"Chan lo turun mana?" Tanya Jaemin sembari menengok ke belakang, tempat dimana Haechan singgah di mobilnya."Disana aja noh, deket gerbang gedung FIB." Jawab Haechan menunjuk lokasi yang dimaksud.
"Oke." Jaemin menepikan brionya di tempat yang tadi ditunjuk Haechan, dan memberhentikan mobilnya tepat di sisi gerbang. "Sini Chan?"
"Yo', makasih ya Jaem. Zur gue duluan." Haechan menepuk bahu Jaemin dan Zura bergantian lalu anak manajemen itu segera turun sambil menyampirkan jaket di lengan kirinya.
"Hati hati chan!" Jaemin menekan klakson sebagai pengganti kata 'mari'. Kemudian mobilnya ia putar arah menuju parkiran gedung FKG. Selepas kepergian Haechan, Jadilah zura dan Jaemin berduaan di dalam mobil.
Canggung? Oh enggak, suasana sudah kembali cair lagi setelah Jaemin kembali bersikap biasa selama diperjalanan tadi. Syukurlah, sekali kali jantung Zura diberi jeda jangan goyang dombret mulu.
"Langsung ke markas kan Jaem?" Tanya Zura dengan menengok sekilas ke eksistensi si penyetir.
"Iya, lo mau mampir dulu?" Jaemin masih fokus lihat kedepan.
"Enggak, gue malah yang mau nanya itu."
"Semuanya udah dimarkas, jadi langsung ke markas aja."
"Rame ya disana?'
Jaemin tersenyum samar, ia tahu betul alasan Zura kenapa menanyakan hal itu. "Lumayan, tapi banyak yang gak hadir kok. Kating sih kebanyakan."
"Apa markas gak sempit?"
"Kan di teras Zur, bukan di dalem, kayak arisan gitu."
Zura membulatkan mulutnya "Ooh."
"Gausah takut ya, ada gue kok." Jaemin menaikkan ujung bibirnya sekilas, hingga tanpa sadar Zura melihat jelas pemandangan manis itu karena kebetulan badannya sedang menyerong menghadap Jaemin. Si gadis membalas senyumnya, walau kemungkinan besar, Jaemin gak melihat senyum tulusnya itu karena fokus nyetir.
"Yok turun, dah nyampe." Balon lamunan Zura seketika meletus setelah menyadari kalau mobil yang ia tumpangi sudah sampai di lokasi parkiran. Otomatis Zura kembali memfokuskan pikiran dan siap siap untuk turun dari mobil, menyusul Jaemin yang sudah keluar duluan dan menunggunya diluar.
NIT NIT
Setelah dipastikan tidak ada barang yang tertinggal, Jaemin pun menekan ikon gembok pada kunci mobilnya dan segera beranjak pergi dari parkiran dengan Zura yang setia berada di sisi-nya.
"Zur." Sapa Jaemin membuka obrolan "Kata Jeno nanti lo ada janji pergi ya sama dia?"
Zura menengok sekilas kearah Jaemin yang juga tengah menolehnya "Iya, dia mau nraktir gue es krim, upeti karna udah nemenin dia ke gedung tekhnik."
Alis Jaemin meringsut "ke Gedung gue? Ngapain?"
"Nemuin lo lah!"
"Oh, yang waktu itu kita pertama kali ketemu lagi setelah seminggu?" Tanya Jaemin dengan selipan meledek.
"Iya yang itu, ah males banget tau gue waktu ketemu lo lagi!" kata Zura cemberut.
"Kok ketemu relawan ongkos, malah males?" Zura menepuk pelan lengan Jaemin. "Kok gue dipukul???" Jaemin nyengir.
"Lo nya ngeselin!"
"Harusnya lo bersyukur ketemu gue, nih lo jadi akrab sama gue."
"Idih mas-nya pede selangit!"
"Pede emang harus selangit, tapi pembawaan diri tetep harus serendah kaki menapak tanah."
Zura melirik Jaemin "Lo anak tekhnik apa ada sastra indonesia sih??"
KAMU SEDANG MEMBACA
RELAWAN [Na Jaemin]
Fanfic"Gausah dibuktiin pake pemikiran, dengan mengandalkan perasaan, Lo bakal ngerti artinya pembuktian Nyaman" -Dari Jaemin, si Relawan wajah rupawan tapi kelakuan bikin sawan . Hanya Zura yang bisa tahan