tigapuluhenam

175 20 0
                                    

Chinta kembali ke ruang tv di mana Jimin berada. Jimin yang gak tau situasi, terus bertanya.

"Chinta, itu ada Arum terus ada Amanda jadinya Suga mesti gimana tuh?" Seperti tidak ada hentinya, Jimin terus bertanya.

"Sebenarnya, Amanda tuh taruhan gitu."

"Hah?"

"Katanya mereka bakal lihat siapa yang dipilih sama Yoongi. Amanda udah suka Yoongi dari lama, tapi Yoongi anggapnya sebatas sahabat doang."

"Kira-kira, Suga milih siapa?" tanya Jimin penasaran.

"Nah itu aku nggak tau. Tapi, kayaknya Arum deh. Kalau kamu jadi Yoongi, kamu bakal pilih siapa? Sahabat kecil kamu atau aku?" Chinta malah balik nanya ke Jimin.

"Aku gak bisa milih..." Jawaban Jimin membuat Chinta bingung.

"Eh? Kok gak bisa? Harus pilih satu dong, Jimin."

"Gimana, ya? Sahabat kecil aku tuh Taehyung sama Jungkook. Sampai sekarang kita masih sahabatan udah kayak saudara. Tapi, kamu pacar aku dan aku sayang sama kamu. Jadi, aku harus milih siapa dong?" tanya Jimin dengan polosnya. Padahal Chinta mau Jimin berpikir di posisi Suga.

"Jimin... maksud aku kamu tuh bayangin kamu di posisinya Yoongi."

"Gak bisa ngebayangin soalnya sahabat kecil aku 'kan Taehyung sama Jungkook."

"Ih anggap aja Jimin... kamu tuh anggap aja punya sahabat cewek."

"Gak bisa..."

"Kalau gitu gak usah dibayangin deh..."

"Kalau kamu gimana?"

"Aku rasa sih ya Yoongi pilih Arum. Arum 'kan pacarnya. Walaupun gak tau ini memilih dalam konteks apa."

"Mau dengerin mereka gak?" ajak Jimin.

"Ih... kan kedengeran juga."

"Kecil suaranya."

"Jangan ah, Jimin. Kita main game aja, gimana?" Jimin melupakan niat mengupingnya dan lebih memilih bermain game.

Sementara itu di ruang tamu ada Suga yang dihadapkan dua cewek. Satu pacarnya dan satu lagi sahabat kecilnya.

Suga gak tau kenapa dia mesti dihadapkan dengan situasi seperti ini. Dia cukup canggung. Padahal tadi Suga sedang rebahan dengan santainya, tapi kenapa sekarang jadi begini?

"Apaan sih? Kok megang-megang?" kata Suga risih. Dia menepis tangan Amanda.

"Waktu kecil lo sering banget pegang tangan gue." Amanda masih gak mau kalah.

"Ituㅡ"

"Suga, lo pilih gue ata dia?" Amanda mengatakan itu tiba-tiba. Suga yang dari tadi udah canggung sekarang bertambah menjadi bingung. Kenapa sekarang dia harus memilih?

"Maksudnya? Kenapa gue harus pilih kalian berdua?" tanya Suga.

"Katanya, dia kemarin mau buat kamu milih antara aku atau dia." Kali ini Arum yang jawab.

"Arum pacar gue dan lo sahabat kecil gue. Terus gue harus milih apa?"

"Lo pilih aja," kata Amanda.

"Nggak. Gue gak bisa."

"Gak bisa kenapa?" Arum penasaran karena kata Suga dia gak bisa milih.

"Gimana ya. Aㅡ"

"Kalau gitu pilih gue atau dia sebagai cewek yang suka sama lo." Lagi-lagi Amanda memotong perkataan Suga. Untung Suga masih sabar.

"Kenapa sih? Kenapa gue harus milih?"

"Jawab aja."

"Okay. Kalau lo bilang pilih kalian berdua dan gue lihat sebagai cewek yang suka sama gue, jelas gue lebih pilih Arum," jawab Suga yang jelas membuat Amanda tidak terima.

"Why you choose her? Kita udah sahabatan dari kecil. Lo bahkan kenal dia gak selama lo kenal sama gue. Alasannya?" Amanda tidak terima diperlakukan seperti ini. Padahal kemarin dia yang membuat taruhan.

"Karena gue suka sama dia, dan dia juga suka sama gue."

"Tapi, gue juga suka saㅡ"

"Masalahnya gue gak suka sama lo," sela Suga. "Kita sahabatan. Dan selamanya bakal begitu."

"Guㅡ"

"Rum, ayo," ajak Suga pergi. Mereka berdua meninggalkan Amanda yang masih tidak terima kenyataan kalau Suga lebih pilih pacarnya. Padahal dia merasa dia yang lebih mengenal Suga.

Amanda masih bertahan di ruang tamu. Dia menangis sampai kedengeran ke ruang tv di mana Jimin sama Chinta lagi main game.

"Eh kok ada suara nangis? Jangan-jangan... ada setan???" Jimin berniat menakut-nakuti Chinta.

"Setan kalau siang mah gak ada. Itu kayak suaranya Amanda deh. EH YOONGI BIKIN DIA NANGIS???" Chinta jadi heboh sendiri.

"Kamu samperin aja," usul Jimin.

"Temenin aku kalau gitu."

Akhirnya mereka berdua menghampiri Amanda yang masih menangis di ruang tamu. Chinta sama Jimin tidak melihat keberadaan Suga sama Arum.

Ini kenapa Yoongi ninggalin cewek nangis di sini sih, batin Chinta.

"Amanda... lo kenapa?" tanya Chinta.

"Dia nangis," bisik Jimin padahal Chinta bertanya alasannya Amanda menangis. Kalau itu dia juga tau.

"Su-suga... lebih milih pacarnya... HUAAAAAAAAAAAA." Amanda semakin berteriak. Chinta jadi bingung mau gimanain cewek satu ini.

"Ya lo juga. Kenapa mesti nyuruh dia milih lo atau pacarnya? Jelas pacarnya lah yang dia pilih," kata Chinta. Kata-kata itu jelas tidak menenangkan Amanda.

"Gue udah lebih lama kenal sama dia. Kenapa dia gitu?"

"Bukan masalah lama kenal atau nggak. Tapi, Yoongi sukanya sama siapa? Lo kenapa tetap kayak gini sih? Waktu Yoongi pacaran dulu lo juga giniin dia. Itu yang bikin dia gak suka sama sikap lo yang kayak gini."

Amanda masih tetap nangis. Jimin sama Chinta tambah kebingungan.

"Browㅡ eh Amanda, mending lo cari cowok lain. Cowok juga bukan cuma Suga doang," usul Jimin.

"GUE KAN SUKANYA SAMA DIA!" Perkataan Amanda membuat Chinta sama Jimin kaget.

"Lo harus terima kenyataan juga dong kalau dia gak suka sama lo dan gak bisa balas perasaan lo."

"Bener tuh, Jim."

"Lo berdua kok gak ngedukung sih?" Amanda masih terisak. "Gue mau pulang aja!"

"Pulang aja kalau mau pulang. Jangan sampai mau bunuh diri gara-gara Yoongi."

"Heh! Gue masih waras!" sewot Amanda dan pergi.

"Kalau aku gak suka sama kamu, kamu juga bakal gitu gak?" tanya Jimin random setelah Amanda sudah tak terlihat.

"Enggak lah! Aku mau suka ke orang lain aja!" Chinta meninggalkan Jimin dan berjalan duluan.

"Ih jangan gitu dong... aku suka sama kamu kok." Jimin berlari mengikutinya.










To be continued,
vote & comment.

•Fall In Love• [Min Yoongi]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang