Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
P
agi ini Mel rasanya malas untuk beranjak dari tempat tidurnya itu, alasannya karena dia masih rindu dengan liburan sekolahnya, dan juga dia tak tahu harus apa saat nanti bertemu dengan Jo.
Mamanya sudah mengetuk pintu kamarnya sebanyak tiga kali, jika saja dia tak takut dengan omelan mamanya yang cerewet itu dia tak akan meninggalkan kasur empuknya ini.
Dengan gontai Mel melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi, dan bersiap-siap menyambut hari pertama masuk sekolah setelah libur akhir tahun.
Butuh waktu lima belas menit Mel keluar dari kamar mandinya, dia sudah memakai seragam sekolahannya, sambil mengaca Mel mengambil sisir dan menyisir rambutnya yang cukup kusut.
"Mel sayang, ini Jo sudah nungguin kamu cepet turun!"
Sisir yang di pegang oleh Mel terjatuh, Mel memandang wajahnya yang tiba-tiba menjadi gugup dalam cermin.
Teriakan mamanya itu mampu membuat Mel semakin malas dan enggan untuk membuka pintu kamarnya.
Dengan enggan Mel mengambil tas ranselnya dan memutar kunci pintu kamar membukanya dengan berat hati, dan turun tangga dengan malas-malasan.
Sudah terlihat Jo sedang duduk di kursi makan dan terlibat dalam percakapan bersama papanya.
"Lama banget ngapain aja'sih di kamar. Udah mau telat loh Mel ini" ucap mamanya Mel membuat Jo dan papanya mengalihkan atensinya pada Mel yang masih berdiri di ujung tangga bawah.
Melangkahkan kaki dengan berat Mel duduk berseberangan dengan Jo yang masih menatapanya, dan Mel tak mau membalas tatapan Jo, hatinya belum sekuat baja.
"Maaf ma, tadi malam Mel nggak bisa tidur jadi bangunnya kesiangan" ucap Mel membalas ucapan mamanya sambil mengambil roti bakar selai kacang kesukaanya.
"Kenapa nggak bisa tidur sayang" tanya papanya, membuat Mel gelagapan mau mencari alasan seperti apa. Dia kan malu jika berbicara jujur tentang dia yang tak bisa tidur setelah kejadian dia dengan Jo kemarin.
Mel menggelngkan kepalanya dengan pipi mengembung memakan roti bakarnya.
"Ngedrakor palingan kamu'mah" ujar mamanya dan Mel mengangguk menyetujui.
Setelah itu mereka kembali fokus pada sarapan masing-masing, Jo sesekali melihat pada Mel dan begitupun sebaliknya, jika tatapan merek berisbobrok maka salah satu dari mereka cepat-cepat mengalihkan tatapannya.
"Mel sudah selesai, Mel berangkat ya"ucap Mel setelah beberapa saat menikmati sarapannya, sambil memakai tas ranselnya Mel menyalimi tangan kedua orang tuanya tanpa menunggu Jo yang sedang meminum susunya.
Suruh siapa Jo menumpang sarapan di rumah Mel, memang bisanya juga Jo suka menumpang sarapan di rumahnya saat itu mereka masih baik-baik saja tapi ini kali ini kan beda, setidaknya Jo memberi waktu dulu untuk Mel agar tidak melihat wajah Jo yang membuat Mel gugup, walaupun pembicaraan mereka waktu itu tak ada titik terang tapi dia menjadi gugup sekaligus kesal jika Jo langsung menampakan dirinya seperti tidak terjadi apa-apa itu.
"Tunggu Mel lo bareng sama gue, yuk naik!" Jo mencekal tangan Mel yang akan melenggang tanpa melihat jika Jo sudah ada dengan motornya.
Mel dengan enggan naik ke motor vespanya Jo, dia tidak mau ada drama jika dia tak ingin naik. Tidak sadar saja dari tadi pun Mel sudah memulai drama untuk menghindari Jo.
Tak ada pembicraan saat mereka dalam perjalanan, Mel menikmati angin yang menerpa wajahnya dia menutup matanya dan itu terlihat dari kaca spion motor Jo membuat Jo tersenyum.
Sebenarnya Jo pun merasakan gugup dan ingin sekali menghindari Mel setelah pembicaraannya kemarin sore. Tapi, jika di hindari akan makin tambah rumit walapun dia tahu pembicraannya dengan Mel tak ada jawabannya.
Jo akan pura-pura saja tak pernah terjadi apapun itu, dia akan bersikap seperti biasa. Seperti kalau pagi dia yang akan menumpang sarapan sekaligus menunggu Mel untuk berangakat sekolah bersama.
Biarakanlah perasaan ini luntur dengan sendirinya, jika dia masih ingin melekat di hati Jo, maka Jo tak akan menghapusnya biarakan perasaan itu menggerogoti hati Jo ini. Biarkan hatinya merasakan sakit walaupun terbalas tapi tak mampu bersama karena sekat yang menghalanginya untuk bersama adalah sekat yang sangat tak mudah atau tak bisa di hancurkan.
Tak terasa motor Jo sudah berada di pelataran sekolah tepat di parkiran khusus untuk motor.
Mel turun dari motor Jo dan menunggu Jo untuk membukan helmnya, jujur saja walupun Mel sedang ingin menghindari Jo tapi soal helm dia tak bisa jika tak di bantu oleh Jo.
"Sebentar" Jo mencekal lembut tangannya Mel, membuat Mel gagal untuk cepat-cepat kabur dari Jo.
Mel menunggu Jo untuk berbicara, tanpa sadar mereka sudah saling tatap. "Mel please, kita jalani hari seperti biasanya aja. Aku mohon percakapan kita yang kemarin cukup jadi rahasia di hati kita saja, tanpa membuat kita canggung dan ingin saling menghindari" ucap Jo pada Mel seraya tersenyum.
Mel tak tahu haru apa, hatinya sakit tapi ucapan Jo memang benar. Biarkanlah perasaanya ini mengalir sampai dia bosan dan terlupakan.
Mel mengangguk dengan tersenyum, mereka sama-sama tersenyum untuk menutupi luka dalam hati mereka. Di balik tatapan itu mereka menyimpan kesenduan.
******
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Assalamualaikum...
Maaf ya aku baru up lagi setelah cerita ini menjadi ghosting😂