Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
******
Pagi yang cerah, pagi yang menyegarkan, pagi yang penuh semangat untuk seorang perempuan yang sudah siap dengan seragam sekolahnya dan sudah duduk manis di kursi makan. Perempuan itu adalah, Mel.
Dia sarapan dengan roti bakar dengan selai kacang kesukaannya yang ibunya sudah buatkan.
Sarapan kali ini hanya di isi oleh obrolan kedua orang tuanya dan sesekali Mel pun ikuta dalam obrolan.
Sarapan pagi ini Jo tidak ke rumah Mel, karena mungkin mamanya Jo sudah buat sarapan untuk Mel atau dia enggan datang ke sini karena dia tidak akan berangkat sekolah bersama.
Mel semalam menghubungi Jo untuk tidak perlu menunggunya berangkat sekolah bersama, karena Mel akan berangkat dengan Kafka, cowok yang belakangan ini menjadi dekat dengannya. Mel nyaman-nyaman saja dengan Kafka, apalagi setelah tahu apa hubungan Kafka dan Jo, yang waktu itu Jo menceritakan kenapa dia bisa kenal Kafka sebaik itu. Memang, Mel itu orangnya bodo amatan, yang dia tahu Kafka dan Jo itu musuhan, dan dia tak memikirkan itu sama sekali tentang hal itu.
Hubungan mereka memang masih canggung, tapi mereka mengatasinya dengan melupakan kejadian itu dan bersikap seperti biasanya saja.
Dengan meminum habis susunya Mel pamit pada orang tuanya setelah melihat chat masuk dari Kafka bahwa dia sudah ada di depan rumahnya.
Saat sudah berhadapan di depan Kafka yang menunggunya, Mel tersenyum dan siap menerima helm yang akan Kafka gunakan pada Mel. Bukannya manja, tapi sudah kebiasaan jadi Mel malas saja buat memasang, mengunci, dan melepas helm.
"Siap?" Tanya Kafka pada Mel yang sudah duduk manis di boncengan Kafka.
Mel menjawab dengan menepuk bahunya Kafka "Siap, mas ojeg!"
Mendengar apa jawaban dari Mel membuat Kafka tertawa di ikuti oleh Mel. Kafka tak apa, sekarang di sebut tukang ojegnya Mel siapa tahu dari sini kisah mereka berawal dan berakhir menjadi manis. Semoga saja.
Setelah tawa mereka berdua mereda, Kafka melajukan motornya meninggalkan seseorang yang melihat keseruan mereka di balik celah pagar rumahnya itu dengan kesedihan yang segera dia hapus dan ikut melajukan motornya juga keluar dari rumahnya setelah melihat motor Kafka sudah tidak terlihat. Dia, Jo seseorang yang sedang belajar ikhlas dengan perasaanya pada Mle dan sedang fokus pada impiannya yang ingin menjadi seorang dokter.
*****
"Mel tadi lo di anter sama Kafka?" Tanya Caca setelah guru pelajaran pertama keluar, dan mereka ada waktu sedikit untuk mengobrol atau melakukan hal lain sebelum guru Fisika datang.
Mel mengalihkan tatapanya dari yang tadi sedang melihat papan tulis dan sedang menulis tugas dari guru B. Indonesianya itu pada Caca.
"Iya, eman kenapa?" Tanya Mel menutup buku tulisnya karena sudah selesai.
Caca terlihat mesem-mesem membuat Mel ngeri menatap temannya itu "Kenapa lo, sakit jiwa?"
Ucapan dari Mel membuat Caca merengut kesal, padahal dia sedang tersenyum bahagia atas perbuatan Kafka pada Mel. Caca sudah tahu bahwa sepupunya itu menyukai temannya dan dia merestui itu, daripada Mel harus terus galau karena Jo yang membuat semuanya akan rumit.
"Ish bukan Mel, amit-amit deh gue sakit jiwa. Tapi paling sakit hati gue kalau tahu oppa gue di Korea punya pacar" ucap Caca sambil mengetukan kepalan tangannya pada meja, tapi di lanjut dengan senyuman yang membuat Mel takut dengan Caca yang kadar halu pada idol kpop itu sudah tinggi "tapi gue seneng lo udah mulai mau nerima cowok lain buat deket lo, nggak melulu Jo yang nempel sama lo sepet mata gue Mel liat dia lama-lama" lanjut Caca dengan tertawa.
Mel menggelngkan kepalanya saja melihat tingkah salah satu temannya ini.
"Dulu gue bukannya nggak mau deket sama cowok lain, tapi gue mager aja udah nyaman temenan sama satu cowok aja. Yang tahu-tahunya malah kejebak Freindzone tapi saat tahu perasaan masing-masing malah makin rumit. Guenya juga sih yang males buat pacaran, walaupun gue tahu kalau kita pacaran pun nggak akan bisa bersama sampai ke jenjang yang lebih serius. Gue masih takut Ca sama tuhan gue, gue mengikuti jalan takdirnya aja" curhat Mel pada Caca yang sedang menepuk punggung Mel, menyabarkan agar perasaanya cepat hilang pada pada Jo.
"Uadahlah Mel, gue tahu lo emang males banget buat ngejalanin suatu hubungan. Tapi gue harap lo sama sepupu gue menjadi pasangan yang serasi, dan lo sama Jo cukup berteman aja." Ucap Caca lalu melihat ke depan karena sudah ada guru Fisika yang mulai mengabsen.
Mel merenungkan kata-kata yang di ucapkan oleh Caca, dan Mel berpikir siapa pun jodohnya nanti dia harus yang seagama, dan bisa menerima dia apa adanya.
Mel memang merasa senang saat dia sedang bersama Kafka, dan Mel pun merasakan hubungannya dengan Jo agak merenggang walaupun mereka berdua sudah mencoba mengubah rasa canggung, dan melakukan hal seperti biasanya. Dulu Mel memang suka mengagumi Jo dalam diam, tapi setelah semuanya teruangkapkan ada rasa lega di hatinya dan kini rasa menggebu-gebu untuk mengagumi Jo dalam diam itu hilang dalam sekejap saja.
Tapi beda lagi dengan Kafka sekarang Mel juga merasakan seperti dulu saat ada perasaan pada Jo. Tapi Mel tak akan mengatakan apapun biarlah berjalan seperti air yang mengalir dengan tenang, dan Mel menginginkan akhir yang bahagia.
Mel sekarang kelas XII yang berarti sedang sibuk-sibuknya menyiapakan diri untuk lulus dari SMA ini, dan kuliah dengan apa yanh dia inginkan untuk mewujudkan impiannya.
******
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Assalamualaikum semuanya.....
Apa kabar kalian? Semoga sehat-sehat selalu ya😊
Jangan lupa Vote, commenta dan share juga. Terima kasih😚🙏
Oh iya, kalau ceritanya membosankan atau banyak Typo dan kesalahan lainnya mohon di maafkan ya. Soalnya aku juga masih dalam tahap belajar.🙏😊