Pernyataan Cinta

1 0 0
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Tak terasa malam ini adalah malam terakhir  Mel dan yang lainnya di Bali. Besok pagi-pagi mereka akan pulang kembali ke Bandung.

Malam ini mereka habiskan untuk jalan-jalan malam di sekitar vila. Mereka memisahkan diri dan berjalan dengan pasangannya.

Mel sendiri berjalan-jalan di dekat Vila dengan Caca, Akbar, dan Kafka.

Mereka berjalan menuju pantai yang berada dekat dengan Vila itu. Desiran ombak dan angin malam membuat Mel mengeratkan sweater rajut yang dia keenakan.

Semenjak tangisannya dan pelukannya bersama Jo hari itu, Mel merasa Jo mulai menjaga jarak lagi dengannya. Setiap berpapasan di Vila atau semobil saat jalan-jalan mengitari Bali Jo mencoba abai padanya.

Mel sendiri membiarkan Jo yang seperti itu, karena jujur saja Mel tidak mau naif pada dirinya sendiri bahwa sedikit banyaknya perasaanya pada Jo masih ada. Tapi dia bersyukur dia bisa mengendalikan perasaannya, dan akan memulai menata hatinya kembali. Mel jadi teringat bahwa dia terlalu memuja seorang insan yang membuatnya kadang melupakan tuhannya, dan mungkin inilah balasannya dengan patah hati yang menyakitkan dan mulai sadar akan tuhannya yang menyayanginya lewat sakit hatinya ini.

Dia tahu mungkin sakit hati ini akan sementara, dan akan sembuh pada waktunya. Dan Mel berharap untuk nanti seseorang yang akan menjaga hatinya kelak, semoga dia orang yang seiman dengannya, dan mencintai dia karena tuhannya.

Mel yang berjalan dan melamun itu tersentak kaget saat ada yang menimpa bahunya dan tubuh belakangnya dengan sebuah jaket yang di dilampirkan oleh seseorang.

"Biar nggak terlalu dingin" ucap seseorang, yaitu Kafka.

Mel tersenyum dan mengertakan jaket yang dilampirkan oleh Kafka itu. Dia berjalan sudah tertinggal jauh oleh Caca dan Akbar, yang sepertinya sebentar lagi akan ada kabar gembira dari mereka, dengan berpaacarannya mereka berdua.

Tinggal Mel dan Kafka yang di landa kebisuan di tengan dinginnya malam dan seruan ombak. Mel sadar betul sedari tadi Kafka memperhatikannya, namun Mel sengaja tak acuh dan pura-pura melihat sekitar.

Di rasa ada yang bertaut pada jemarinya Mel melihat ke bawah pada tautan tangannya yang kini bertaut dengan Kafka.

"Kita duduk di sana" tunjuk Kafka pada sebuah kursi panjang dan menghadap pada pantai, Kafka menyeret pelan Mel dan mendudukan Mel di situ.

Mereka berdua di landa kebisuan lagi, Mel sudah merasakan adanya hawa canggung dan detakan jantung yang saling bertalu-talu di dalam dirinya saat Kafka lagi-lagi menautkan jemarinya yang tadi sempat terlepaskan.

Kafka sudah memusatkan perhatiannya pada Mel seutuhnya dan Mel masih pura-pura menikamati deburan air pantai yang jika di lihat dari malam hari mengerikan karena suara dari ombaknya.

"Mel, gue tahu ini bukan waktu yang tepat buat ngomongin hal ini." Saat Kafka berucap seperti itu perasaan Mel sudah tak menentu lagi

Terlihat Kafka yang mengela nafas dulu dan Mel merasakan keeratan dalam tautan jemarinya dari jemari Kafka.

KAMU [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang