Bab 14

1K 144 4
                                    

Ish sedang berdiri di halaman belakang kastel miliknya, di depannya terdapat pagar yang memisahkan halaman belakang dengan kolam besar yang ada di sana, ia menggunakan celana panjang, jaket kulit, sepasang sepatu, dan sarung tangan dengan warna se...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ish sedang berdiri di halaman belakang kastel miliknya, di depannya terdapat pagar yang memisahkan halaman belakang dengan kolam besar yang ada di sana, ia menggunakan celana panjang, jaket kulit, sepasang sepatu, dan sarung tangan dengan warna senada, hitam. Ia sedang menenteng sebuah kantong yang cukup besar di tangan kanan lalu menjatuhkan kantong besar dan mulai membuka ikatannya. Saat kantong plastik itu sudah terbuka, terlihat seorang wanita dengan kondisi yang sudah tanpa nyawa meringkuk di dalam sana. Aroma darah segar menguar mengundang sesuatu yang ada di hadapan Ish. Setelah moncong binatang tersebut terlihat, senyum picik terukir di wajah Ish, ia lalu bersiul dan memanggil semua peliharaan adik-adiknya, "Kemari kalian! Lihat apa yang aku bawa!" teriak Ish pada tiga buaya yang kini sudah berjejer menunggu santapan yang akan mengisi perut mereka, "apa kalian sudah lapar?" tanya Ish pada buaya yang ia miliki.

Salah satu dari reptil itu membuka lebar moncong dan menampilkan deret gigi yang tajam yang siap menyantap makanan yang dibawa majikannya, ekornya bergerak ke kanan dan ke kiri, mata mereka menatap tajam. "Ohoo... aku tahu kalian sudah lapar," ucap Ish dengan senyum yang lebar.

Ish lalu mengangkat kepala yang sudah terpisah dari tubuhnya keluar dari kantong. Darah masih menetes dari leher mayat itu. Ish lalu melemparkan kepala wanita itu ke arah salah satu buaya yang ia miliki dan dengan gerakan cepat buaya itu langsung melahap kepala wanita yang diberikan padanya, suara derak tengkorak yang hancur dalam kunyahan buaya itu terdengar seperti lagu untuk Ish. Ketiga buaya tersebut tidak saling berebut, mereka tahu bahwa majikan mereka akan memberikan makanan kepada mereka semua, dua buaya yang belum mendapatkan jatah menunggu dengan binar yang terpancar di matanya.

"Siapa yang menginginkan potongan tangan ini?" tanya Ish masih dengan senyuman yang sama. Ish memegang lengan tanpa rasa jijik atau perasaan negatif, ia memainkan lengan itu lalu di lemparkan ke dalam kandang peliharaannya. Satu persatu bagian tubuh yang telah Ish jagal bagai daging potong akhirnya habis. Ketiga buaya yang sudah merasa kenyang karena perut mereka sudah terisi, kembali masuk ke dalam kolam.

Ish mengangkat kantong yang tadi ia gunakan, masih ada sisa darah di dalam sana. Ish lalu pergi ke hutan yang ada di belakang kastelnya, melempar kantong dan sarung tangan yang ia kenakan ke dalam peti, lalu mengambil satu botol minyak tanah dan menyiramkan minyak itu ke atas kantong dan beberapa sampah yang ada di sana. Disulutnya dengan api dan ditutupnya peti sampah itu, Ish lalu kembali masuk ke dalam kastel untuk membersihkan tubuhnya. Ish menanggalkan satu persatu pakaian yang ia kenakan, "Haruskah aku membakar pakaian ini?" ucapnya pada diri sendiri. Baju yang sudah lepas dari tubuhnya lalu diguyur menggunakan air, warna merah dari darah yang menempel di kain itu luluh dan mengalir bersama air. Ponsel Ish berdering saat dirinya sedang membasahi tubuhnya dengan air yang mengalir dari pancuran yang memiliki bentuk kepala naga.

Ish mematikan keran dan mengambil ponselnya. Bedebah ini, sekarang apa yang dia inginkan? pikir Ish kesal saat melihat nama yang tertera di layar ponsel. "Halo, Tuan? Apa ada yang bisa aku bantu?" jawab Ish sopan.

[BL] The Murderer ✔ || BrightWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang