Bab 22

978 143 20
                                    

Ish masuk kembali ke dalam ruangan yang menurutnya terlalu terang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ish masuk kembali ke dalam ruangan yang menurutnya terlalu terang. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dengan langkah panjang Ish duduk di sofa, lalu menjadikan kepala Win sebagai alas untuk kaki panjang itu. Win menatap Ish dengan tatapan yang sinis.

"Kenapa? Apa kau tidak suka? Huh?" tanya Ish lalu mengambil kotak rokok dari dalam saku baju, mengeluarkan satu batang nikotin, lalu menyulutnya dengan api. Asap rokok yang menyesakkan itu mulai dihirup dan ditiup ringan. Win tidak menyukai bau ini, dadanya selalu sesak setiap menghirup asap itu.

"Jika kau ingin merokok, bisakah kau tidak merokok di depanku?" tanya Win dengan nada datar, sebenarnya Win sudah mengetahui pertanyaan yang ia berikan adalah pertanyaan retoris.

Ish mengangkat kaki dan beranjak dari duduknya, lalu berjongkok di depan kelinci itu, "Apa? Seperti itukah kau berbicara dengan orang yang lebih tua?" ucap Ish lalu meniupkan asap nikotin itu tepat di wajah Win, membuat Win terbatuk karena paru-parunya tidak menyukai asap itu. "Huh, hanya begini kau sudah terbatuk. Dasar lemah. Sepertinya sebutan bayi memang tepat untukmu, bocah," ejek Ish lalu kembali duduk di atas sofa merah dengan kaki kayu yang dipernis sampai halus, menyilangkan kaki bagai seorang penguasa, menopang dagu dengan salah satu tangan, dan tangan lainnya fokus memegang batang rokok yang perlahan mulai berubah menjadi abu.

Sofa merah ini, Win tahu tempat ini. Ini adalah rumahku! Ck, Jane sialan. Akanku balas setelah semua ini selesai, batin Win menggerutu, bisa-bisanya wanita itu memilih tempat ini sebagai tempat untuk skenario penculikan dirinya.

"Kenapa kau tersenyum? Apa ada yang lucu?" tanya Ish heran karena melihat sudut bibir Win yang sedikit terangkat.

"Memangnya kenapa kalau aku tersenyum? Apa itu masalah untukmu? Huh?" balas Win dengan nada yang lumayan keras, ia seperti menjadi orang lain jika berbicara dengan timbre vokal ini.

"Jika bukan karena wanita psikopat itu, mungkin aku sudah membunuhmu di sini sekarang juga, sama seperti kedua orang tuamu dulu," ucap Ish kesal, bisa-bisanya dirinya diberikan tugas untuk menjaga anak kurang ajar ini, mata Ish mencoba mengalihkan pandangannya dari wajah Win yang sama persis dengan L adiknya. Tidak heran kalian mirip, kalian adalah saudara kembar, pikir Ish, senyumnya mengembang entah mengapa. Ish lalu berjalan menuju jendela yang ada di sisi utara rumah itu, melihat bulan yang bersinar tanpa halangan dan bintang yang sombong sedang memamerkan cahaya mereka.

Win yang mendengar Ish yang menyebutkan kedua orang tuanya hanya bisa diam. Setidaknya dirinya sudah memiliki bukti bahwa kematian orang tuanya adalah ulah dari manusia yang sekarang. Sesaat sebelum Jane keluar untuk melakukan tugasnya, wanita itu memberikan voice recorder untuk Win yang diselipkan di baju yang Win kenakan.

"Bocah, apa kau tidak ingin berteriak?" tanya Ish heran karena Win sedari tadi diam dan tidak memberontak.

"Untuk apa aku berteriak, itu hanya membuang banyak tenaga. Sejak tahun lalu perumahan ini mulai kosong, para pemiliknya pergi di distrik lain. Kalau pun aku berteriak, tidak akan ada yang mendengarku," jawab Win santai.

[BL] The Murderer ✔ || BrightWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang