ke-DUAPULUH-lima

957 71 19
                                    




"Daamm. Adaamm buruan bikinin teh anget."

"Aku maunya susu."

"Susu Dam susu anget buruaaannn."

"Rusuh lo- ehh kakak kenapa? Kok pucett? Ayo ayo kekamar dulu."

Adam pun mengantar Tata kekamar dan menyuruhnya mandi air hangat, setelah itu ia membuatkan susu hangat untuk kakak perempuannya tersebut.





"Kak, ini susunya diminum dulu biar anget."

Adam mendapati Tata sedang terbaring lemas, tubuhnya menggigil terbalut selimut. Adam menaruh punggung tangannya pada kening Tata. Panas. Tubuh Tata panas.

"Pusing." Tata berucap lemas.

Mungkin kepalanya pusing karena terkena air hujan, ditambah tadi kepalanya terkena bola yang ditendang Rendra.

"Yauda ini diminum dulu ya, biar agak mendingan kak."

Tata menurut dan menghabiskan susu hangatnya dalam satu tegukan. Lalu ia kembali berbaring dan membalut tubuhnya dengan selimut. Adam yang melihat Tata masih kedinginan, membawa satu selimut yang lebih tebal dari lemari agar badan Tata merasa lebih hangat.

Kemudian Resa datang dengan membawa semangkuk bubur dan fever patch. Ternyata sedari tadi ia membuatkan bubur untuk Tata.

"Adee makan dulu ya sayang, abis itu istirahat."

Resa membantu Tata untuk duduk dan menyuapinya. Adam memasang fever patch yang dibawa Resa tadi. Sungguh, Tata itu membuat semua orang iri. Ia sangat beruntung mempunyai dua saudara yang sangat amat menyayanginya, yang selalu mampu membuat Tata nyaman dalam kondisi apapun.

"Udah."

"Loh, dikit lagi lo ini. Tanggung, kalo ga di abisin nanti buburnya nangis." Ucap Resa yang membujuk Tata seperti anak kecil, tapi Tata tetap menggeleng.

"Yauda minum dulu abis itu istirahat ya."

"Temenin."

"Lo aja ya bang yang nemenin, gue ada tugas soalnya."

"Yaudah."

"Cepet sembuh ya kak." Ucap Adam yang kemudian mencium kening Tata dan pergi ke kamarnya.

Resa tidur disamping Tata, sambil memijat kecil kepala Tata agar adiknya merasa nyaman sampai tertidur.





"Kan kata kakak juga apa, jangan ikut takut ujan, kenapa kamu ngeyel hmm? Kalo tadi nurut pasti sekarang kamu gapapa, gak akan demam kaya gini." Ucap Resa bermonolog sambil terus mengusap kepala Tata. Ia tahu kalau adiknya tak akan menjawab karena sudah tertidur.






Tok tok tok



"Resa?"

"Eh mama udah pulang?" Jawab Resa seraya duduk.

"Resa kok gak ngabarin mama kalo adik kamu sakit? Kalo tadi kamu kasih tau kan mama bisa langsung pulang nak."

"Gapapa ma, Tata udah tidur kok dari tadi. Lagian Resa gamau bikin mama khawatir, jadi gak Resa kasih tau."

"Kok gitu? Gapapa dong, lain kali kalo ada apa apa langsung kabarin mama ya?"

"Iya ma."

"Ma?" Panggil Resa pada mamanya yang sedang mengusap kepala Tata lembut.

"Iya sayang?"

"Eumm ituu.. Resa besok gak sekolah dulu boleh ga?"

"Loh kenapa? Resa juga sakit?" Jawab mama sambil menaruh punggung tangannya di dahi Resa.

"Ehh eng-engga kok ma, Resa gapapa. Resa cuma mau nemenin Tata, boleh ya ma?"

"Jangan dong, masa kamu bolos. Lagian besok mama gak akan ke butik dulu, biar mama aja yang jagain Tata ya? Resa gaboleh bolos pokoknya, harus tetep sekolah. Ya sayang?"

"Yauda deh, Resa sekolah."

"Yauda kebawah yu, kita makan malem. Tadi mama udah masak."

"Loh? Kenapa ga panggil Resa aja ma? Pasti mama cape kan pulang kerja langsung masak."

"Gapapa sekali kali. Mama kan cuma bisa masak pas sarapan doang, kali ini mama mau masak buat makan malem juga." Ucap mama sambil tersenyum lembut.

"Yauda ayo, tapi Tata gimana?"

"Mama juga udah bikin bubur kok, nanti dibangunin aja daripada gak makan."













"Maaa." Ucap Tata lemas dan sedikit serak. Ia terbangun dan kemudian pergi ke dapur.

"Ehh anak mama udah bangun, kenapa sayang? Tata mau apa? Makan ya?"

Tata tak menjawab, kemudian duduk di sebelah mama, menaruh kepalanya di meja makan dengan posisi menyamping.

"Makan ya? Biar perutnya keisi, trus cepet sembuh deh." Tanya mama sambil mengusap kepala Tata, dan Tata hanya mengangguk lesu.

"Ini, mau mama suapin atau makan sendiri?"

"Makan sendiri aja, tapi aku mau makan di sofa aja. Pusing kalo sambil duduk."

"Ayo ade anterin."

"Engga gausah, kamu selesain makan aja dulu."

"Aku udah selesai kok makannya, yuk."

Kemudian Tata pergi ke ruang keluarga dengan Adam yang memapahnya. Adam mengambil beberapa bantal agar Tata merebah dengan nyaman.



Melihat Tata yang kesulitan karena makan sambil setengah berbaring, Adam mengambil mangkuk dari tangan Tata.

"Sini biar aku suapin."
Tawar Adam dan dibalas oleh Tata dengan senyuman.

Kemudian Resa datang, mengangkat kepala Tata dan menidurkan dipahanya, mengusapnya pula dengan sangat lembut. Sebenarnya Tata tidak terlalu manja saat sakit, malah lebih manja Resa dan Adam dibandingkan Tata yang notabenenya anak perempuan. Tapi kedua saudaranya selalu begini, memanjakannya dan membuatnya senyaman mungkin ketika ia sedang sakit.


"De, kakak boleh minta tolong?" Ucap Tata kepada Adam, setelah ia menghabiskan buburnya.

"Kenapa? Mau buah?" Tanya Adam yang seperti bisa membaca fikiran Tata.

"Hehe iya, tolong ya. Ehh satu lagi."

"Susu?"

"Pinter deh Adam, makin sayangg."








"Ini kak-" DUG

"Awww" Adam meringis sambil terus mengusap sikutnya yang terantuk ke meja. Seperti ada listrik yang baru saja menyengat sikutnya. Tata ikut meringis, mengusap sikut Adam.

"Hati hati makannya, pelan pelan kan bisa."

"Rusuh sih grasak grusuk kaya curut."

"Brisik lo ikut campur aja."

"Lah gue kan ada disini, lagian mulut mulut gue kenapa situ yang repot." Jawab Resa.

"Ya gue gue juga yang grasak grusuk, kenapa situ yang repot." Balas Adam tak mau kalah.

"Aduh pusing, mau muntah."

"Eh ehhh mau muntah? Ayo ayo kekamar mandi."

"Ya lagian debat didepan orang sakit, nyerocos terus kan aku jadi tambah pusing."

"Yamaap."























Untuk yang ke-berapa kali kalian iri sama Tata?

Thanks for reading!!

Jangan lupa tinggalkan jejak

  ❣❣❣

The Perfect SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang