ke-LIMAPULUH-sembilan

470 43 1
                                    



Resa membuka pintu rumah ketika mendengar suara motor mendekat dan berhenti, sedangkan Adam mengikutinya di belakang. Kemudian Resa juga membuka pagar rumah, agar motor Tata bisa masuk.

"Loh? Kok Tata sama lo?" Tanya Resa ketika melihat Fadil.

"Iya dong, kita abis nge-date. Iya gak Ta?" Ujar Fadil seraya menaik turunkan alisnya.

"Engga juga." Jawab Tata santai seraya memasukan motornya ke halaman rumah, sedangkan Resa tertawa.

"Tata abis nangis? ADEK GUE LO APAIN HAH?" Resa menarik kerah baju Fadil ketika Tata membuka kaca helmnya, yang memperlihatkan mata sembabnya.

"Et et santai bro, mana mungkin gue ngapa ngapain Tata."

"Udah ah lepasin ngapain sih, aku gapapa kok. Nih liat, tadi kena batang pohon, berdarah, jadi aku nangis." Ujar Tata seraya menunjukkan tangan kanannya yang menggunakan plester.

Sebelum pulang, tadi Tata sengaja memberi plester untuk tangannya. Sebenarnya tidak terjadi apa apa pada tangannya. Hanya saja, Resa pasti melihat mata sembabnya dan bertanya. Jadi Tata terpaksa berbohong dengan berpura pura terluka dan berdarah. Resa sangat tahu, jika Tata terluka dan berdarah, adiknya akan menangis se-sedikit apapun darah yang keluar.

Setelah itu, Tata menyuruh Fadil untuk masuk terlebih dahulu. Namun Fadil menolak, dengan alasan, 'ada mahluk tinggi melototin gue dari tadi, apalagi kalo gue deket deket lo'. Dan ucapannya tersebut dihadiahi pukulan pada helm yang masih melekat dikepalanya oleh Resa.

Tata terburu buru masuk ke dalam kamarnya ketika Fadil sudah pergi, dan menolak ajakan Adam untuk istirahat di ruang keluarga terlebih dahulu.

Kejadian tadi sungguh mengganggu pikirannya. Tega sekali Marcel mengkhianatinya seperti ini. Seharusnya sejak awal Tata tidak berharap. Tapi bagaimana tidak, Marcel sering mengajaknya pergi berdua, mengantarnya ke rumah hingga terkadang Marcel dimarahi oleh Resa karena pulang melewati batas waktu, tapi Marcel tidak menyerah begitu saja. Marcel juga sering membelikan susu kotak untuknya, mengantarkannya ke kelas, juga sesekali memberikannya dengan disertai note penyemangat. Marcel suka mengusak kepala Tata meskipun ia melakukannya sembunyi sembunyi dari Resa. Apa itu semua bukanlah harapan?

Tata pergi ke kamar mandi dan segera membersihkan dirinya. Setidaknya dengan menyiram seluruh tubuhnya dengan air akan membuat pikirannya merasa lebih baik.

Tata pov.

Abis mandi, badan gue emang seger, tapi pikiran gue gak ada seger segernya. Jadi, authornya bohong.

Gue duduk di pinggir kasur setelah selesai pake piama tayo gue. Gue gak mau nangis sebenernya, gue juga gak mau mikirin kejadian tadi. Cuman ya gimana ya, omongan cewek itu tuh emang bener bener kebayang bayang terus. Gimana cara cewek itu ngomong sayang sambil ngerangkul lengannya Marcel, gimana Marcel bales omongan cewek itu dengan tatapan lembut. Gue benci itu. Lebih bikin benci lagi gue bukan siapa siapa dan gak berhak atas apapun.

"Taa...ayo turun, kita makan dulu..!" Teriak kak Resa yang bikin gue kaget.

Males sebenernya, gak mood ngapa ngapain, apalagi makan. Tapi gue turutin aja biar kak Resa sama Adam gak curiga.

"Kenapa makan sekarang? Mama sama papa kan belum pulang."

Emang iya, ini masih sore buat makan malem. Tiba tiba kak Resa nyuruh buat makan. Biasanya kan nunggu mama sama papa dulu.

"Kakak tau kamu belum makan dari siang, jadi yaudah gapapa sekarang aja." Kata kak Resa yang bikin gue ngangguk paham.

"Kok nasinya dikit kak?" Tanya Adam.

The Perfect SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang