ke-LIMAPULUH-tujuh

458 34 7
                                    






"Apa sih ah, ganggu lo!"

"Ta sumpah gue gak bohong, gue liat Ta."

"Dahlah pergi sana, percuma, gue gak akan percaya sama lo!"

Kemudian Tata pergi meninggalkan Martya yang masih meneriaki namanya. Ia sangat kesal, sebenci itukah Martya pada Tata, sebab ia menghalanginya untuk dekat dengan Adam waktu itu. Martya selalu saja mengganggunya dengan cara apapun.

Beberapa hari yang lalu, Martya memberitahukan pada Tata dengan memberikan ia beberapa pesan. Martya bilang, ia melihat Marcel sedang berduaan dengan gadis selain dirinya. Apa apaan.

Tata bukannya ingin langsung mempercayai Martya, mengingat Martya seperti memiliki dendam kepadanya dan terus berulah di depannya. Tapi kata kata yang Martya sampaikan terus terngiang ngiang di kepalanya, membuat Tata agak murung beberapa hari belakangan ini.

Tata mencoba berpikir positif. Mengabaikan seluruh prasangka buruknya terhadap Marcel. Ia juga menganggap pernyataan Martya itu hanya main main, hanya untuk membuat dirinya kesal atau bahkan sedih. Martya itu, arghh. Definisi menyebalkan yang sesungguhnya!

Tata tak boleh murung seperti kemarin. Ia harus yakin bahwa Marcel tak main main dengannya. Kalaupun Tata merasa gelisah, ia tak boleh terlalu menunjukkannya.

"Kenapa sih? Cemberut gitu?" Tanya Resa ketika Tata sampai di kelas.

"Tau tuh si Martya, ganggu terus. Masa dia bilang-"

"Tataaa yuhuuu..." Tiba tiba saja Amanda berteriak dari arah pintu, membuat ucapan Tata terpotong.

"Berisik bego!" Ujar Riska seraya mendorong kepala Amanda dengan jari telunjuknya.

"Ke kantin yu, cepetan gue laper nih."

Kali ini Tata tak menolak, dan membiarkan teman temannya menariknya untuk pergi ke kantin. Bagaimanapun, Tata ingin menyembunyikan perasaan cemasnya.

"Nah gitu dong, gak usah lo sok sok-an nolak kalo diajak ke kantin. Kelaperan kan kita juga yang repot!" Cibir Riska.

"Oh jadi lo gak mau gue repotin? Yaudah sana!"

"Ett baperan amat jadi orang. Gak usah lo belaga marah. Bukannya takut gue malah pengen ketawa." Sambung Riska.

Akhirnya mereka menikmati makanan mereka masing masing, termasuk Tata. Sebelum akhirnya Marcel menghampiri meja mereka.

"Ta, maaf ya. Kayaknya besok kita gak jadi pergi deh. Gue lupa udah ada janji. Hari ini juga gue gak bisa, ada kumpul sama anak anak." Ujar Marcel.

"O-ohh yaudah deh, lain kali aja kita main." Balas Tata seraya terpaksa senyum.

"Sorry ya, gue duluan." Ujar Marcel seraya mengusak kepala Tata dan berlalu pergi.

Hufftt... padahal akhir akhir ini mereka jarang sekali pergi bersama. Namun pada saat sudah direncanakan, mengapa Marcel membatalkannya begitu saja.

"Heh, ngelamun lo!" Ucap Amel seraya menepuk lengan Tata.

"Gara gara Marcel, ya?" Tanya Amel, dan Tata mengangguk menyetujui.

"Santai aja kali Ta, mungkin dia mau kasih lo surprise." Sambung Riska.

"Dih? Surprise atas apa?" Tanya Tata.

"Mana saya tau, saya kan ikan." Jawab Riska, membuat Tata menjulurkan tangannya untuk menoyor kepala Riska.

Tata kembali melahap makanan yang sudah ia beli, sebelum akhirnya satu pesan membuat niatnya untuk berpikir positif lenyap begitu saja.

Martya: Kalo lo gak percaya, gue punya bukti

Tidak tidak, bisa saja Martya memanipulasi apa saja seakan nyata. Tata tak boleh percaya begitu saja. Lihatlah, siapa yang memberinya pesan. Seseorang yang terlihat benci kepadanya karena ia sempat menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan apa yang ia mau. Orang yang selalu saja membuat Tata naik pitam. Sekali lagi, Martya sangat menyebalkan! Dan Tata harap ini-lah kata menyebalkan terakhir yang ia tujukan kepada Martya.

Martya: Gue denger Marcel mau pergi besok. Dan gue yakin, besok dia pergi sama cewe itu.

Tata menoleh ke segala arah, kemudian menemukan Martya tepat di meja belakangnya sedang melambaikan tangan seraya memasang wajah jahil.

Tata mengalihkan pandangannya lagi, melanjutkan makan yang sempat tertunda. Tapi Martya sepertinya tak mau diam, sebelum Tata menurutinya.

Martya: Kalo lo masih gak mau percaya, kita ikutin dia besok. Gue tunggu.

"Bisa diem gak sih lo!" Teriak Tata seraya menggebrak mejanya, membuat Amanda dan Riska yang sedang berebut saos terdiam.

"Nyantai Ta, galak amat." Ucap Riska pelan, dan memberikan botol saos kepada Amanda.

Martya: Widih, malu gak tuh!

Tata menoleh ke arah belakang, Martya sudah tidak ada di saja. Benar benar ARGHH! Sialan!







































Widihh kenapa tuhh?

Thanks for readingg!!

Ett bentar mau tanya

Kalo cerita ini bentar lagi abis, gimana?

Seneng kah? Atau justru sedih?

Nanya doang sih hehee

Jangan lupa voment teman temann

  ❣❣❣

The Perfect SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang