ke-LIMAPULUH-tiga

531 48 0
                                    




Sudah satu bulan lebih semenjak perayaan ulang tahunnya, kini Resa memiliki SIM. Kalian tahu apa artinya? Artinya, Resa sudah bisa membawa motor sport-nya sekarang. Bahkan ketika ia pergi ke sekolah.

Ini juga menjadi kesenangan bagi Adam. Bukan ia ikut senang karena Resa memiliki SIM. Tapi ia senang karena ia bisa membawa motor matic yang awalnya dipakai Resa untuk ke sekolah. Awalnya ia hanya diantar oleh papa, lalu ia memesan ojek ketika pulang. Atau terkadang juga Firdan memberikannya tumpangan untuk pulang, walaupun Adam yang harus mengendarai.

"Dek nyobain keliling komplek yuk!" Ajak Resa yang bersemangat mengeluarkan motornya.

"Dih kampung!" Sindir Adam.

"Apa? Lo mau gue ajak? Ayo lo ditengah!" Ujar Resa pada Adam.

"Ditengah jalan maksudnya, entar tau tau lo udah nyangkut di pohon aja." Sambung Resa yang kemudian tertawa. Sementara Adam hanya mengerutkan keningnya.

"Gak jelas anjir!" Ucap Adam dan berlalu pergi ke kamarnya, seraya membawa satu toples snack.

"Ayo Ta mau gak?" Tanya Resa lagi.

"Ayo!"

Kemudian Tata naik ke motor dengan sangat hati hati agar tidak terjatuh.

"Udah?" Tanya Resa.

"Udah kak."

"Pegangan ya, tapi jangan meluk!" Ujar Resa.

"Loh? Kenapa emangnya?" Tanya Tata heran.

"Gak boleh pokoknya, pegangan aja ke sini." Ujar Resa seraya menepuk pundaknya sendiri.

Tata menurut meskipun ia bingung. Mengapa ia tak boleh memeluk kakaknya? Bagaimana jika ia terjatuh? Jok motor milik Resa ini kan lumayan tinggi.

Resa mulai menjalankan motornya untuk sekedar berkeliling komplek. Namun kemudian Tata menepuk bahunya.

"Kak, sekalian beli nasi goreng aja hehe." Ujar Tata pada Resa.

"Emang jam segini udah buka?"

"Gatau sih, coba aja."

Tapi setelah sampai di hadapan warung nasi goreng ujung komplek favorite-nya, ternyata masih tutup.

"Yahh masih tutup.." Ucap Tata.

"Ya iyalah, kan bukanya nanti agak malem. Sekarang baru jam berapa coba? Tuh baru jam empat lebih." Ujar Resa.

"Yahh yaudah deh, kita pulang aja."

Kemudian Resa menjalankan motornya, bahkan sebelum Tata siap. Tata terkejut yang kemudian memukul bahu Resa.

"Ihh kak Resa tunggu dulu, aku belum pegangan!" Rutuk Tata.

"Lagian kenapa sih gak boleh meluk? Jok motornya kan tinggi kak, nanti aku jatoh gimana?"

"Justru karena jok motornya tinggi, kamu gak boleh meluk Ta." Jawab Resa membuat Tata mengerutkan keningnya heran.

Resa yang menyadari kebingungan Tata pun menunjuk sesuatu dengan dagunya.

"Tuh liat. Kalo kamu meluk nanti jadinya gitu." Ujar Resa.

Tata menoleh ke arah yang Resa maksud. Memperhatikannya lamat lamat, namun terganggu oleh ucapan Resa selanjutnya.

"Kakak gak mau!"

Ohh... Resa tak ingin jika Tata memeluknya, maka posisinya akan sedikit, emm... tak enak dilihat. Aku yakin kalian bisa membayangkannya, kan?

The Perfect SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang