ke-LIMAPULUH-dua

566 41 4
                                    






Perpustakaan. Tempat yang jarang sekali disinggahi oleh Tata. Tapi entah kenapa hari ini tiba tiba saja ia ingin pergi ke perpustakaan. Bukan mencari buku pelajaran, melainkan buku novel yang ada di sana. Dan tentu saja ia tak ingin sendirian pergi ke perpustakaan.

"Ke perpus kuy!" Ucap Tata setelah mengetahui bahwa pelajaran selanjutnya kosong, atau tidak ada guru.

"Tumben tumbenan ngajak ke perpus. Ngapain?" Tanya Amel heran.

"Ya baca buku lah. Lo pikir gue mau jualan di perpus?"

"Ya kali aja mau bantu beresin buku buku disana gitu. Atau jagain perpus buat tambah tambah uang jajan."

"Udah cepetan elah banyak ngomong lu!"

"Gamau ah, ajak abang lo aja sana!" Ucap Amel dan setelahnya menyimpan kepalanya di atas meja, dengan tangan yang dilipat sebagai tumpuan.

"Ishh ngomong kek daritadi kalo gamau!"

"Bodo amat!"

"KAK RESAAAA!" Teriak Tata dari mejanya.

Tak

"Gak usah teriak teriak bego!" Ucap Amel setelah memukul kepala Tata menggunakan tempat pensil.

"Jahat ih Amel. Tidur ya tidur aja kenapa sensi!"

"Berisik lu! Mau sekali lagi?"

"Amel galak!" Ucap Tata seraya berlari ke arah meja Resa.

"Kak Resaaa."

"Hmm?" Jawab Resa yang sedang fokus bermain game pada handphone-nya.

"Temenin ke perpus yukk!"

"Ngapain?"

"Ya mau baca buku lah kakk, emang ngapain lagi?"

"Bentar bentar tanggung ini."

"Ishh mainnya di perpus aja yuuuk!" Ujar Tata seraya menarik narik kecil lengan seragam Resa.

"Iya iya bentar dulu dikit lagi dek!"

Sampai akhirnya Tata menarik tangan Resa untuk keluar dari kelas, dan Resa menarik kerah Fadil untuk ikut dengannya dan bermain game di perpustakaan.

"Kenapa sih tumben tumbenan mau ke perpus?" Tanya Resa yang ada di belakangnya.

"Kaya yang gak boleh kalo adeknya rajin." Jawab Tata.

"Bukan gak boleh. Ya tumben aja gitu, biasanya kan kamu kalo cari referensi belajar gak pernah minjem buku ke perpus, lebih milih internet."

"Kata siapa aku mau cari referensi belajar?"

"Lah terus?"

"Mau baca baca novel aja, hehe."

"Bener Ta. Lo gak usah khawatir masa depan lo suram karena gak baca buku pelajaran. Karena nanti masa depan lo akan cerah sama gue."

Resa menatap Fadil -yang berjalan di sampingnya- dengan tajam, dan siap untuk menerkam. Padahal setiap ia mengatakan gombalannya kepada Tata, Resa selalu bereaksi. Entah itu memukul kepalanya, menyentil dahinya, ataupun memiting lehernya. Tapi tetap saja ia tidak kapok.

"ANJIRR SAA KENAPA LO NENDANG KAKI GUE GILA!"

Dan sekarang, Resa menendang tulang kering Fadil sampai Fadil meringis dan berjongkok untuk mengusap kakinya.

"Daripada gue tendang kepala lo!" Ucap Resa, dan Tata hanya tertawa melihat reaksi Fadil.

"Lagian mulut lo! Udah tau bakal di apa apain sama kak Resa, masih aja hahaha." Ucap Tata yang diakhiri dengan tawaan.

The Perfect SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang