Tiga

150 47 9
                                    

Tidak terasa satu minggu sudah Leo tinggal di kota ini. Tak banyak hal yang dia lakukan. Ia lebih suka menghabiskan waktunya berada dalam rumah. Sebenarnya ia merasa kesepian karena tidak ada teman yang bisa di ajaknya ngobrol. Hari harinya begitu tidak lagi berwarna. Jauh berbeda saat masih bersama Sagitarius almarhum sang istri.

Di usianya yang baru menginjak 23 tahun, ia sudah harus menyandang status menjadi duda. Dulu ia memang memilih untuk menikah muda dengan Sagitarius. Tapi walaupun sekarang ia duda, Leo masih terlihat sangat tampan. Leo memiliki postur tubuh yang tinggi, kulit putih serta dada yang bidang. Bagi perempuan yang melihat Leo,pasti tidak akan percaya bahwa cowok setampan Leo sudah berstatus menjadi duda.

Pagi itu,ia duduk di kursi teras rumahnya. Ia menikmati suasana pagi yang begitu meneduhkan pandangan matanya. Tanah becek masih terlihat akibat hujan deras kemarin. Didepan matanya,tampak tumbuhan hijau subur masih basah akibat tetesan air hujan. Leo menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan. Ia begitu bersyukur masih bisa menghirup udara segar pagi ini.

Nampak dari rumahnya,anak-anak kecil sedang asik berkendara sepeda di jalan. Sesekali mereka tertawa gembira bersama salah seorang temannya.

"Sepertinya kembali menjadi anak kecil itu menyenangkan. Masa dimana aku belum memikul beban hidup yang berat. Yang aku tahu dulu,cuma main dan bermain" monolog Leo.

Leo tersenyum kecil mengingat masa kecilnya dulu.  Ia pun langsung meneguk kopi pahit yang ada dimeja sampingnya sampai habis tak tersisa. Barulah ia beranjak dari kursi tempatnya tadi duduk.

Jam didingnya baru menunjukkan pukul 06.35 WIB. Masih begitu sangat pagi. Leo pun berjalan menuju kamarnya. Ia ke luar kamar mengenakan kaos,celana pendek dan sepatu sport. Tak lupa dilehernya dikalungkan sebuah handuk kecil. Rencananya Leo ingin lari-lari pagi di sekitar tempatnya tinggal.

Leo berlari-lari kecil mengelilingi komplek rumahnya yang tidak terlalu luas itu. Saat itu terik matahari mulai panas membakar kulit. Keringat bercucuran menembus pakaian Leo. Kulitnya yang putih mengkilap basah akibat keringatnya. Raut wajahnya pun kemerah-merahan menambah ketampanan Leo. Sesekali ia berhenti sejenak untuk mengelap wajahnya dengan handuk,dan kembali melanjutkan larinya.

Leo melintasi beberapa ibu-ibu yang tengah berbelanja sayuran di tukang sayur keliling. Mereka semua melongo melihat Leo yang tampan itu lewat. Matanya tak berkedip sama sekali.

"Ehh..ibu-ibu jadi gak to ini beli sayurnya? Malah pada bengong aja!" tegur tukang sayur yang melihat mereka terkesima dengan Leo.

"Diem bentar napa sih bang crewet aja!" ucap Yuli yang serasa terhipnotis oleh ketampanan Leo.

"Ngganteng temenan arek kui. Kiro-kiro wes rabi durung yo yo? Mbok tak olehne anak ku Yeni e menowo gelem. Ben iso ngepiki keturunanku" (Tampan sekali anak itu. Kira-kira sudah menikah belum ya ya?  Ingin saya jodohkan dengan anakku Yeni kalau mau. Biar bisa memperbaiki keturunanku)" ucap Bu Tatik tak kapak terkesimanya.

Ibu-ibu masih melongo menatap Leo sampai ia terlihat jauh. Mereka begitu kagum dengan wajah tampannya Leo. Belum ada dikompleknya cowok seperti Leo. Yang ada wajah cuma datar dan pas-pasan.

"Tetttt..tettttttttttttttttt.....tettttttttttttttttttttttt" suara bel tukang sayur membuyarkan lamunan ibu-ibu.

"Apa si bang...pecah ni gendang kuping"kesal Bu Eva sembari menekuk-nekuk sayur sawi yang ada ditangannya.

"Ehhh....ibu-ibu.... umur udah tua sadar diri. Matanya kalau lihat yang kinclong-kinclong langsung melek aja"ledek tukang sayur.

"Apaaa..? Masih muda gini juga dibilang tua, abang tuh yang udah tua"sahut Bu Ajeng dengan raut wajah tak enak.

"Gimana ibu-ibu.. jadi beli sayur apa tidak? Kalau tidak aku tak jalan"ujar tukang sayur lagi.

Ibu-ibu itu memilah-milah sayur dengan masih membicarakan ketampanan Leo. Membuat tukang sayur menggeleng-gelengkan kepalanya yang tidak pegal sebenarnya.

***

Waktu menunjukkan pukul 07.10 WIB. Leo tiba dirumahnya dengan nafas ngosss-ngosssan. Ia segera menuju dapur untuk mengambil minuman. Kini tenggorokannya yang kering sudah basah disapu air dingin dikulkasnya. Barulah setelah itu ia mandi membersihkan tubuhnya dari keringat.

Ia melihat seisi rumah tampak kotor berdebu. Memang Leo jarang sekali membersihkan rumahnya. Dulu yang mengerjakan seisi rumah adalah Sagitarius sang istri,tapi sekarang apa-apa harus ia kerjakan sendiri tanpa bantuan siapaun. Memang berat? tapi bagaimana lagi.

Sigap saja,Leo segera membersihkan setiap sudut ruangan rumahnya. Satu jam lamanya akhirnya pekerjaan itu selesai ia kerjakan.

Leo segera membantingkan tubuhnya di atas soffa ruang tamu. Sesekali ia menutup mulut karena menguap. Karena rasa capeknya mungkin ia mengantuk. Tak lama kemudian ia tidur sangat pulas.

Seketika Leo terjaga dari tidurnya. Perutnya terasa sangat keroncongan. Ia segera berjalan ke dapur untuk mencari makanan. Ia hanya menemukan mie instan dan telur mentah,selain itu tak ada lagi yang lain. Memang selama tinggal disini,Leo belum pernah keluar untuk berbelanja kebutuhan pokok. Akhirnya karena malas untuk memasak,akhirnya Leo memutuskan membeli makanan lewat aplikasi Online Grab.

Tak perlu menunggu lama,makanan pun sudah diantar. Leo segera menyantap lahap makanan tersebut tanpa tersisa sedikitpun. Ia seperti harimau kelaparan tidak makan satu bulan. Tak lupa satu Botol Coffie Latte ikut mengisi perutnya.

Malam datang menyapu kota kecil tersebut. Dan Leo masih sama dengan kesendiriannya. Ia masih tampak menikmati itu semua. Malam itu, ia bermain alunan gitar untuk menemaninya bercerita. Suasana hatinya diungkapkan lewat satu buah lagu "MY HEART WILL GO ON" . Lagu tersebut adalah lagu tema film Titanic tahun 1997. Musik lagu ini di gubah oleh James Horer,liriknya dikarang oleh Will  Jennings,dan diproduksi oleh Simon Franglen,James Horner,Walter Afanasieff.
Lagu itu adalah lagu favorit Leo dan Sagitarius sang istri.

Leo duduk diruang tengah rumahnya. Dengan ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok,ia memainkan alunan gitar miliknya. Ia menyanyikan sepenggal lirik lagu favoritnya tersebut.
       
         #  Love can touch us one time      
          
            And last for a lifetime

            And never let go 'til we're gone

            Love was when I loved you

            One true time I'd hold to

            In my life we'll always go on

            Near, far, wherever you are
       
            I believe that the heart does go on #


Leo sangat menghayati lagu tersebut. Ke dua matanya berkaca-kaca setelah menyanyikan lagu itu. Ia teringat akan sosok Sagitarius,istri yang paling dia cintai. Dia teringat sewaktu sekolah pernah bernyanyi bersama dengan almarhum sang istri.

Ia meraih ponsel miliknya dan membuka gallery. Ia menatap dalam-dalam foto Sagitarius. Air mata menetes dari kedua pelupuk matanya. Hanya dengan foto itulah ia dapat meluapkan rasa rindunya. Leo memejamkan matanya sambil mencium foto Sagitarius. Ia teramat sangat merindukan sang istri.

ke part selanjutnya untuk membaca😉

          

Wind  Of  LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang