Empat

128 43 0
                                    

Hari demi hari,ia lewati jalan kehidupan ini. Meski tanpa ada seorang teman pun yang menemaninya bercerita. Rasanya,Leo seperti hidup sendirian ditengah lautan jutaan manusia. Padahal ia juga manusia sosial yang tak mungkin bisa bertahan hidup sendirian. Dan ia pasti memerlukan manusia lainnya. Namun,ia enggan beradaptasi dengan masyarakat dikota nya yang sekarang. Entah,sampai kapan ia akan menjadi manusia aneh dengan berteman kesepian. Padahal sebenarnya,ia sangat membutuhkan sosok penghibur untuk hari-harinya.

Siang itu,Leo berdandan rapi dengan memakai kemeja kotak-kotak kesayangannya. Tak lupa juga memakai parfum favoritnya. Karena merasa jenuh berdiam diri dirumah,Leo memutuskan untuk ke luar mengelilingi alun-alun kota. Berdiam diri didalam rumah terus-terusan membuat ia seperti burung dalam sangkar. Akan terasa sangat membosankan. Selesai merapikan penampilannya,Leo bergegas untuk segera berangkat dan tancap gas.

Setengah jam dari rumahnya,akhirnya Leo sampai juga ditempat tujuan. Tampak suasana alun-alun kota sangat ramai oleh pengunjung. Banyak penjual makanan,minuman,mainan dan masih banyak lagi yang memadati alun-alun tersebut. Leo duduk bersandar di kursi sambil menikmati suasana alun-alun.

Kebanyakan,anak muda lah yang rami memadati alun-alun tersebut. Sesekali juga,Leo merasa iri dengan kebahagiaan yang orang lain miliki. Mereka terlihat  tertawa bahagia dipenuhi keromantisan. Ingatan Leo pun kembali pada masa percintaan nya dengan almarhum sang istri. Leo yang berjuang mati-matian untuk mendapatkan cinta pertama nya yaitu,Sagitarius. Akhirnya,Leo memutuskan untuk nongkrong di Caffe Green utara alun-alun kota itu.

Leo memesan kopi hitam dan satu piring nasi goreng pedasss kesukaanya. Tak menunggu waktu lama,pesanan pun telah siyap dimejanya. Leo segera menyruput kopi panas tersebut dan langsung menyatap makanan tersebut. Dari meja sampingnya,tampak seorang pria tengah mengamati dirinya. Tapi Leo bersikap acuh dan tak peduli dengan pria tersebut. Tapi tiba-tiba pria tersebut berjalan mendekat mejanya sambil menepuk pundaknya lumayan keras. Leo pun kaget sambil menoleh ke arah tangan pria tersebut tanpa memandang terlebih dahulu pria itu.

"Hei brooo...apa kabar? Gak nyangka udah lama gak ketemu. Ketemu disini akhirnya"ucap pria tersebut.

Leo masih terdiam mengenali pria itu beserta suara tersebut. Ia teringat bahwa itu adalah Ilham teman sekolahnya waktu SMA dulu. Ia begitu kaget dengan tampilan Ilham yang sekarang ini. Dulunya,Ilham anaknya culun dengan badan yang kurus hitam manis terdapat tompel di atas telapak tangannya. Sekarang sudah jauh berbeda. Dari tompel ditanganya tersebut Leo mengenali Ilham sahabatnya itu.

Tak perlu berfikir lama,Leo mempersilakan Ilham duduk semeja dengannya. Leo tidak menyangka bisa bertemu Ilham sahabat terbaiknya sewaktu SMA itu. Memang sejak Leo menikah muda,ia tidak lagi pernah bertemu dengan Ilham. Apalagi bertukar pesan dengan Iham.

Akhirnya mereka ngobrol tentang kehidupan satu sama lain. Masalah kelamnya,ia ceritakan kepada sahabatnya itu. Semua ia ceritakan tanpa terlewat sedikit pun. Dan Ilham sangat sedih mendengarkan cerita sahabatnya itu.

Bicara masalah kelam,rupanya Ilham juga menyimpan rasa kesedihan seperti Leo. Ketika ia sudah mempunyai kekasih yang ingin dia jadikan pendamping hidupnya,kedua orang tuanya menolak pilihannya. Saat itu,ia sangat sedih dan terpukul. Hingga sampai saat ini,akhirnya Ilham masih membujang. Ia tak menyangka,takdir cintanya sebegitu menyakitkan karena terhalang restu orang tua.

Perbincangan mereka masih berlanjut dengan cerita-cerita yang lainnya. Sesekali mereka juga tertawa kecil mengingat sewaktu masih SMA dulu. Masa-masa dimana percintaan nya dengan Sagitarius begitu indah dan romantis nya. Tidak terasa sudah satu jam lamanya mereka berbincang-bincang di Caffe tersebut. Tiba-tiba perbincangan mereka harus terhenti. Karena Ilham harus pergi karena ada urusan penting yang harus ia selesaikan. Akhirnya,Ilham cabut meninggalkan Leo sendirian. Tak lupa juga,ia meninggalkan nomer telepon miliknya. Bagi Leo,bertemu dengan Ilham sahabanya adalah suatu kebahagiaan untuk nya. Terlebih dengan keadaannya yang sekarang ini.

Tak berseling lama,Leo pun beranjak juga dari tempat tersebut. Rencananya setelah ini,ia ingin mampir ke toko buku terkenal di ujung jalan sana. Langsung saja ia menuju tempat itu. Nampak parkiran toko sangat ramai dipadati oleh anak-anak remaja. Namun,Leo tak begitu memikirkannya. Langsung saja Leo memakirkan motornya dan masuk ke dalam.

Leo berjalan menelusuri setiap lorong toko tersebut. Interior dalam toko tersebut sangatlah menarik. Wajar saja peminatnya begitu banyak. Banyak macam buku menarik yang dijual ditoko tersebut. Semua tertata rapi pada rak display.

Selangkah demi selangkah Leo berjalan menghampiri rak buku paling ujung. Ia sibuk memilih buku yang akan ia beli. Lumayan lama Leo mencari buku yang cocok dengan hatinya. Hingga akhirnya,Leo tertarik dengan sebuah buku bersampul gambar seorang pria maco. Disampul buku tersebut bertuliskan judul "STRONG MAN" .
Segera diambilnya buku tersebut dan dibuka satu per satu halamannya. Leo tertarik akan cerita yang ada didalamnya. Dan ia berniat membeli buku tersebut.

Leo pun langsung berjalan menuju kasir. Ia melakukan pembayaran sesuai nominal harga buku tersebut. Dan setelah selesai mendapatkan buku tersebut,ia langsung bergegas pulang. Sebelum jam setengah empat sore, ia sudah tiba dirumah. Ia pun langsung bergegas mandi dan berganti baju. Dan setelah itu,ia merebahkan tubuhnya sebentar di atas kasur.

Ia membuat secangkir kopi panas untuk menemaninya membaca buku yang dibelinya tadi. Tak lupa juga sebungkus rokok yang selalu membuat candu itu. Seperti biasanya ia selalu berada diruang tengah rumahnya. Dan tanpa berfikir panjang lagi,ia langsung memulai membuka buku tersebut.

Halaman demi halaman dibukanya. Ia membaca dengan sangat teliti dan penuh pemahaman. Sesekali ia berhenti untuk meneguk kopi buatannya dan melanjutkan ceritanya. Matanya terfokus dengan cerita yang ada dibuku tersebut. Mulutnya terus komat kamit membaca isi cerita tersebut. Sesekali juga Leo mengucek matanya yang mulai buram karena terlalu lama membaca. Nampaknya matanya mulai kelelahan,begitu juga dengan mulutnya.

Wind  Of  LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang