Alex menguap untuk yang kesekian kalinya malam itu. Dia melirik jam dinding. Jam sebelas lewat sepuluh malam.
"Kamu belum mau pergi tidur?" tegur Oma.
Alex menatap neneknya. Rupanya sang nenek juga sedang mengamatinya. "Oma nggak mau tidur juga? Sebentar lagi setengah dua belas, lho."
"Alexandra...." Oma adalah jenis nenek yang selalu memanggil cucunya dengan nama lengkap. "Justru kamu yang harus tidur. Dari tadi Oma lihat kamu udah menguap delapan kali."
Oma menghitung kuapku? "Aku mau nunggu Papa pulang."
"Kalau kamu memang ngantuk, tidur aja di kamar. Nanti pas Papa kamu pulang, Oma bangunin. Gimana?"
"Nggak apa-apa, Oma." Alex merasa lemah dibandingkan neneknya yang sudah berumur tujuh puluh lima tahun itu. Masa aku yang masih dua puluh tahun ini kalah staminanya dibandingkan Oma? "Aku di sini aja."
Oma manggut-manggut, menyesap air lambat-lambat dari gelas, lalu meneruskan menyulam. Sebuah syal warna biru langit hampir selesai dikerjakan.
Alex membelalakkan matanya lebar-lebar, berupaya tetap terjaga. Seharusnya aku tidur siang lebih lama tadi. Dia mengecek ponselnya. Belum ada pesan balasan dari ayahnya.
"Coba kamu telepon lagi," kata Oma, menyadari kerisauan cucunya sementara jari-jarinya yang keriput menggerakkan tusuk sulam dengan lihai. "Mungkin sekarang diangkat."
Alex menurut dan menelepon ayahnya. Kali ini dia tidak menelepon lewat WhatsApp, tetapi panggilan seluler langsung.
Tut... tut... tut...
Tidak ada jawaban.
'Nomor yang Anda tuju tidak menjawab.'
"Nggak diangkat," Alex mematikan panggilan itu. Log panggilan di ponsel menunjukkan bahwa yang tadi itu adalah upaya ketujuh Alex menghubungi ayahnya. Dan semuanya tidak diangkat.
"Kalau Pak Beni?" usul Oma. "Coba kamu telepon dia lagi."
Pak Beni adalah sopir ayahnya. Sebagai salah satu karyawan senior di tempatnya bekerja, Papa Alex dapat fasilitas mobil perusahaan. Mobil itu diparkir di rumah Pak Beni, tapi ia siap mengantar Papa Alex ke manapun.
Alex menelusuri Log panggilan. Dia juga sudah menelepon Pak Beni empat kali. Dicobanya sekali lagi.
"Halo?" suara Pak Beni kedengaran mengantuk. "Ada apa Neng Alex?"
"Pak Beni, apa Papa masih di kantor?"
"Wah, saya nggak tahu, Neng. Pak Keenan menyuruh saya pulang duluan."
"Pulang duluan? Kok bisa?"
"Iya, Neng. Tadi sekitar jam setengah sebelas Pak Keenan telepon, katanya saya balik duluan aja. Saya menolak, tapi bapak kekeuh banget, Neng."
Setengah sebelas. Alex mengecek jam dinding itu lagi. Sekitar satu jam yang lalu. "Papa nggak bilang kenapa nggak mau ditungguin sampai selesai?"
"Bapak bilang masih banyak kerjaan. Bapak kasihan kalau saya nunggu terlalu lama, makanya saya disuruh pulang duluan. Saya sudah menawarkan untuk menjemput Bapak kalau sudah selesai. Tapi katanya Bapak mau naik taksi aja."
Alex mengernyit. Ini tidak biasa. "Memangnya Papa lagi ada meeting?"
"Wah, kalau soal itu... maaf, saya kurang tahu, Neng."
KAMU SEDANG MEMBACA
X: ENIGMA [TAMAT]
Misterio / SuspensoAyah Alexandra tewas dalam kebakaran tragis yang terjadi di kantornya. Alex pun jadi yatim piatu karena ibunya juga sudah meninggal setahun yang lalu. Namun beberapa minggu setelah tragedi itu, beberapa peristiwa aneh terjadi. Bermula dari kemuncula...