XIII: Penyelidikan

5.9K 1.4K 72
                                    


Alex tidak sadar ponselnya berdering keras. Seluruh perhatiannya sedang terpusat pada laporan Nino si reporter dari Museum Macan.

"Alexandra..." panggil Oma agak keras dari ruang makan. "Lagi melamun, ya? Itu, ada telepon masuk."

"Oh, iya."

Alex mengangkat ponselnya.

"Kamu lihat berita?"

Yang berbicara adalah Rama. "Iya." jawab Alex.

"Enigma dicuri! Seiji uring-uringan! Dia syok berat begitu tahu!"

"Tapi apa betul dicuri? Di berita hanya dibilang lukisan itu lenyap."

"Mana mungkin keenam lukisan itu lenyap sekaligus? Apalagi museum itu dijaga ketat! Kita sendiri melihat keenam lukisan itu masih ada di galeri saat meninggalkan museum kemarin. Dan semua peserta lelang sudah berkumpul di galeri sejak sore tadi."

"Keenam lukisan itu kan memang mahal, jadi wajar saja kalau dicuri."

"Sini, biar gue yang ngomong!"

Suara Seiji terdengar di latar belakang, disusul bunyi grasak-grusuk yang sibuk dari seberang sana. Lalu suara Rama digantikan suara Seiji sepenuhnya. Alex menebak si blasteran Jepang merampas ponsel Rama.

"Alex?" Seiji terengah-engah. "Siap-siap, ya!"

"Buat apa, Seiji?"

"Kita ke Museum Macan sekarang!" jawab Seiji bersemangat. "Kita bakal jemput kamu setengah jam lagi. Ini akan jadi kasus kita yang pertama!"


...


Alex setengah mati menahan dorongan untuk mengkemplang kepala cowok itu dengan tasnya.

Di baris depan mobil, Rama mendebat Seiji yang menyetir seperti orang gila soal rencana dadakan ini. Dengan seenak perut, Seiji memutuskan bahwa merekalah yang akan turun tangan. "Tapi kita kan nggak bisa menerobos begitu saja ke museum!"

"Ya ampun, memangnya kita pencurinya?" Seiji bersungut-sungut. "Kita nggak akan menerobos, Rama! Kita akan masuk lewat pintu depan!"

"Tapi polisi pasti sudah tiba di museum," kata Rama. "Dan galeri itu pasti sudah dipasangi garis polisi. Nggak sembarangan orang boleh keluar masuk!"

"Bisa jadi seluruh museum juga," celetuk Billy dari sebelah Alex.

Alex mengangkat tangan. Sebetulnya dia tidak perlu melakukan itu, tapi karena ketiga cowok itu sedari tadi sedang berdebat dengan seru, Alex terpaksa melakukannya supaya bisa didengar.

"Alex mau ngomong sesuatu," kata Billy baik hati.

"Nanti aja," potong Seiji masa bodo. "Lagi nyetir."

"Alex juga bagian dari tim kita sekarang," protes Rama. "Dia punya hak untuk mengungkapkan pendapatnya."

"Memangnya kamu mau bilang apa, Lex?" tanya Seiji gusar. "Kalau nggak penting, sebaiknya disimpan dulu. Rama udah cukup cerewet malam ini. Kuping aku sampai pengang."

"Kenapa kita tidak membiarkan polisi saja yang menyelidiki?" tanya Alex cepat-cepat.

"Kalian nggak mau uang?" tantang Seiji. "Kalau kita bisa menemukan siapa pencuri Enigma sekaligus mengembalikan lukisan itu, pihak museum pasti mau membayar kita. Nggak perlu minta banyak-banyak, cukup setengah saja dari harga satu kanvas Enigma."

X: ENIGMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang