[34] : Keputusan Akhir

118 9 3
                                    

Cung yang nunggu update?! Yeee baru beres PAT jadi bisa update :)

********

'Melihatmu bahagia, sudah cukup untukku.'

-Miyazono Kaori

********

"Lakukanlah, operasi itu," saut Kousei datar, dengan ekspresi yang sulit di baca.

"Hahahaha," Kaori tertawa tanpa sadar, ia menyenderkan tubuh lewat tembok. "Apa maksudmu?"

"Operasi itu ... apa lagi?"

"Gimana kalau aku gak mau?" Kaori menatap tajam Kousei, seketika ia merasa marah. "Ini hidupku, aku yang memutuskannya."

Kousei terkejut, ia tidak menyangka kalau Kaori akan menolak, dan terlebih lagi marah akan-nya.

"Terus kau mau pergi ke tempat yang jauh?" tanya Kousei dingin. "Kabur seperti waktu itu?"

Kaori memutar bola mata, ia mendengus "Terus apa yang harus kulakukan?" Rasanya, dirinya menjadi sangat menyedihkan, dan tidak berdaya di saat bersamaan.

Walau terkena penyakit mematikan, Kaori tidak pernah putus asa. Padahal dirinya sudah lelah, dan ingin menyerah saja, semua perjuangannya di lakukan untuk orantua-nya, teman-temannya, dan untuk Kousei.

Iya, untuk bermain bersama lagi seperti waktu itu.

"Jangan takut ..."

Kaori tersadar ketika Kousei sudah berdiri di depannya, lelaki itu sedang memasang ekspresi dengan senyuman yang menurutnya sangat bodoh.

"Hehehe."

"Apa sii ...?" Kaori mengalihkan pandangannya.

"Bukannya kita sudah berjanji, bagaimana kita melupakan perasaan itu?"

Ketika lampu terang menyoroti panggung, suara tepuk tangan yang memenuhi ruangan, dan sorakan yang penuh dukungan untuk bermain lagi di atas panggung.

.... bagaimana cara melupakannya?

Walau hanya sekali, atau kesempatan itu hanya terjadi dalam hidupnya sekali lagi. Kaori ingin merasakan perasaan itu, perasaan lega, terpukau, senang, yang membuatnya bisa menemukan jati dirinya.

"Baiklah."

"Beneran?!" Kousei yang terkejut, menatap binar pada Kaori.

Kaori mengangkat bahu, sambil mengangguk kecil. "Tapi ada syaratnya ..."

"Apa itu? Akan kulakukan untukmu .."

"Beneran?"

"Iya!!"

"Serius?!"

"Serius banget ... cepetan, apaan gak?!"

Kaori tersenyum lebar, dengan cepat menujuk Kousei dengan jari telunjuknya. "Kau harus sekolah musik di luar negeri, itu syaratnya!"

Kousei langsung bergidik, pupil matanya bergetar ketakutan, seperti anak kucing yang di telantarkan.  Ini beneran gak nyata kan? Mana ada sekolah musik yang mau menerima pecundang sepertiku ...

shigatsu wa kimi no usoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang