[15] : Sayonara

613 40 6
                                    

Jangan lupa Vote dan Comment

Happy Reading!

*******

Perlahan-lahan, ku buka mataku, dan yang pertama kali ku lihat adalah sebuah cahaya kuning yang sangat indah.

Aku menyipitkan mataku, saat melihat seseorang duduk dibawah pohon dengan di sebelahnya ada biola.

Siapa dia? Dimana aku?

Aku berjalan menghampirinya, saat aku sudah dekat dia langsung mengangkat wajahnya.

"Kaori?"

Bukannya menjawab Kaori malah tersenyum. Jika aku katakan saat ini apa yang kulihat, Kaori sangat cantik memakai gaun berwarna putih, pas dengan tubuhnya yang mungil.

"Hei Kousei"

"Kita dimana?" Aku sangat penasaran dimana aku saat ini.

Kaori menggeleng sebagai jawaban. "Aku juga tidak tahu, bagaimana kalau kita duduk dulu?" Kaori menepuk tempat disebelahnya, mengisyaratkan aku untuk duduk disana.

"Kenapa kau bisa disini?" Tanyaku saat sudah duduk disebelahnya, saat aku menyentuh pundak Kaori tanpa sengaja jantungku langsung berdegup sangat kencang.

"Entahlah."

Tiba-tiba aku langsung teringat akan kejadian tadi sewaktu di cafe. "Kau mau pergi kemana?"

"Saat kau sudah bangun, baca saja surat yang aku kasih".

Aku tersenyum meremehkan. "Jika boleh aku bilang, kau tidak jago berbohong Kaori."

Kaori membulatkan mata, sedangkan aku menyeringai.

"Sejak kapan?"

Saat aku mulai berkata, Kaori mulai berani menatapku.

"Dulu sekali, jika aku boleh berkata. Kedua orangtuaku sangat menyukaimu, sewaktu kau masih kecil dan kau masih bermain piano. Kedua orangtuaku adalah penggemarmu, jadi jangan kaget saat kau melihat mereka." Saat Kaori bercerita, aku merasakan sensasi aneh. Sepertinya aku akan sangat merindukan suasana seperti ini yang jarang ku lakukan terhadap orang lain.

"Saat kau pergi, mungkin aku akan sangat merindukan mu." Ungkapku dengan jujur.

Aku ingin tertawa saat melihat pipi Kaori merona merah. Sungguh menggemaskan, ingin kubawa pulang dengan karung kalau bisa.

"Iya, terlebih lagi pada pukulanmu." Aku tertawa saat mengingatnya. "Rasanya sangat sakit."

Seketika aku merinding saat melihat mata merah itu, dan aura hitam disekeliling Kaori, "Mau coba? Biar ga lupa rasanya"

Aku menggeleng, "Canda doang".

Kemudian Kaori tersenyum saat aku tertawa, lalu ia berdiri dan melihat sekeliling. Sudah lama sekali aku tidak tertawa seperti ini, mungkin saat aku masih kecil dan ibuku masih ada didunia ini.

"Bagaimana jika kita membuat perjanjian?" Kaori membungkuk di hadapanku, aku bisa langsung melihat senyuman tulus di wajahnya.

shigatsu wa kimi no usoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang