Une

11.3K 935 61
                                    

.
.

Para sosialita gila yang tidak waras mungkin dapat menjabarkan tentang mereka. Bergosip melebihi anak muda, memamerkan bentuk keindahan yang menghiasi tubuh mereka. Glamor namun menyakiti mata.

Sakura berdesis melihat itu, ia berpindah mendekati meja terdekat. Menjauhi sang ibu yang entah kenapa jauh lebih cerewet dari sebelumnya. Bukan apa, Sakura hanya ingin mengurangi sedikit saja dengungan ditelinga nya ketika para ibu-ibu itu bercengkrama.

Pesta yang diselenggarakan oleh kolega yang juga merupakan sahabat karib sang ayah ini benar-benar ramai. Setiap sudut ballroom hotel nampak dipenuhi dengan para pembisnis serta keluarga mereka. Mempercantik ruangan dengan gaya mereka yang melebihi seksualitas masa kini.

Sakura mendengus samar, penampilan mereka tidak lebih seperti manekin yang membawa kemewahan dari perhiasan-perhiasan yang kerap kali ia jumpai ketika berbelanja dengan sang ibu.

Ia memilih menyendiri dimeja tak jauh dari ibunya yang nampak kosong. Tak ada makhluk penjilat apapun yang mendiami meja ini. Seolah memang sudah ditakdirkan untuk bersama nya.

Sakura terpaksa memenuhi ajakan sang ayah dan ibu nya yang memohon supaya ia bisa memperkenalkan diri didepan umum sebagai Haruno Sakura. Pasangan pembisnis serta dokter bedah terkenal di Jepang.

Ia seringkali menolak ajakan mereka dengan alasan sibuk dengan tugas kuliah yang terbengkalai. Namun ketika mereka justru mendatangi kamar nya sembari bersikap dramatis, sakura hanya dapat menahan jengkel mengiyakan.

Bagaimana tidak, ayah nya bahkan berkata dia akan mati jika dirinya tidak datang di acara ini. Tck, keluarga pesinetron memang beda. Dan sial nya ia merupakan bagian dari keluarga ini.

Sakura meletakkan gelas yang semula berwarna ungu pekat itu kembali dimeja Setelah tandas ia minum. Kembali menyahut gelas lain dengan warna yang sama, Sakura mengalihkan atensi ketika Namikaze Minato mulai menyampaikan pidato.

Tidak banyak yang ia pahami selain tentang pria yang seumuran dengan sang ayah itu turun atau pensiun dari jabatannya. Digantikan dengan Uzumaki Naruto sang putra.

Pesta ini tepat sesuai dugaan nya, terlalu lama dan menyita banyak waktu. Kedua tungkai kaki nya mulai lelah karena terlalu lama berdiri. Sakura menghela nafas, menarik satu piring berisi pancake untuk ia makan.

" Bosan? "

Berjengit ketika sebuah suara bariton tepat berada dibelakang nya. Sakura menoleh dan membelalak mendapati Uchiha Sasuke mengambil tempat disamping nya. Ia terbatuk kecil merasa pancake yang semula lumer di mulut itu entah kenapa tiba-tiba seperti bongkahan es. Menyakitkan ketika ditelan.

Kenapa pria itu disini?

Pertanyaan bodoh. Tentu saja dia disini karena pria itu juga merupakan salah satu dari sekian banyak pembisnis Jepang. Yang jadi masalah adalah, kenapa pria itu menghampiri nya?

Apa Sasuke sudah mengenalinya? Secepat itu?!

Sakura membasahi bibir, memilih meminum kembali minuman nya. Tak berniat menjawab. Ia bahkan tak yakin apa pria itu bicara pada nya.

Fokus nya terus terpaku pada sosok Uzumaki Naruto yang berdiri dipanggung. Setidaknya untuk menghindari matanya yang terus berniat melirik eksistensi pria itu.

" Aku bertanya padamu, sakura "

Sakura merasa Darah nya berdesir saat Sasuke memanggil nama kecilnya. Seolah mereka telah akrab lama. Sakura sejenak berdehem kecil, mengetes sampai mana oktaf suaranya hilang karena perilaku mengejutkan pria itu.

" Ah maaf " Hanya itu, namun Sakura merasa suaranya bergetar tanpa alasan jelas.

Disampingnya Sasuke mendengus kecil, melirik sekilas sebelum kembali menatap depan.
" Aku tidak menyangka kau hadir diacara ini "

Holyshit!! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang