"Perjodohan?"
Sella tak habis pikir saat mendengan Daniel mengatakan akan menjodohkannya dengan cucu dari sahabat baiknya.
"Iya, Opa berniat menjodohkan kamu dengan cucunya Opa Martin. Dia sangat tampan dan baik, Opa yakin kamu pasti akan menyukainya."
"Opa...," rajuk Sella. "Aku bahkan nggak kenal dengan orangnya, bagaimana bisa Opa menjodohkanku dengan orang yang bahkan nggak pernah kutemui?"
"Tenang saja, beberapa hari lagi Opa akan mempertemukan kalian berdua."
"Maaf Opa, aku menolak!"
"Kamu kan bisa kenalan dulu dengannya dan berteman baik dengannya," ujar Elisa. "Oma yakin kalian bisa jadi dekat dan saling suka setelah berteman."
"Nggak, aku nggak akan pernah bisa menyukainya. Aku sudah punya orang yang kusuka!"
"Dio?" sergah Daniel dengan nada tinggi.
"Ya, aku mencintainya. Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali," tegas Sella.
"Hentikan semua omong kosongmu, Sella! Opa tidak suka kamu dekat-dekat dengan pria tak berguna sepertinya."
Kedua tangan Sella mengepal saat mendengar Opa-nya merendahkan Dio. "Kenapa Opa selalu memperlakukan Uncle D seperti itu?" tanya Sella dengan tatapan terluka.
"Karena Opa tidak mau kamu menderita! Dan lagi apa kata orang jika kamu berhubungan dengan pria yang berstatus duda sepertinya. Bukan hanya itu, bagaimanapun juga dia tetaplah pamanmu! Kamu harus sadar posisimu Sella!" tegas Daniel.
"Opa nggak akan pernah mengerti perasaan Sella!" bentak gadis itu.
"Sella, kamu nggak boleh bicara seperti itu, kami sangat menyayangimu dan kami tidak ingin melihatmu menderita," ujar Elisa.
"Menderita? Aku akan jauh lebih menderita jika tidak bersama dengan dia!"
"Sella...."
"Selama ini orang yang selalu membuat mama tetap berada di sisiku adalah dia, bahkan Oma dan Opa tak lagi mau peduli dengan keadaan mama bukan? Selama ini yang berjuang untuk Sella hanyalah Uncle D dan Daddy Gio, bukan kalian!"
"Sella!" bentak Daniel.
Elisa mulai menangis mendengar semua yang Sella ucapkan. Mereka bukan tidak peduli, hanya saja melihat Miki dalam kondisi seperti itu membuat hati mereka sakit. Mereka menganggap apa yang Dio dan Gio lakukan selama ini hanyalah kesia-siaan belaka. Karena faktanya Miki tidak akan pernah bangun lagi. Mereka berdua hanya memberikan harapan palsu kepada cucunya. Bayangkan saja ini sudah 19 tahun berlalu tapi Miki tetap juga tak ada kemajuan, bahkan kini tubuh menantunya itu sudah semakin hancur. Sejujurnya mereka lebih memelih melihat Miki tenang bersama Rafael.
"Oma dan Opa nggak pernah bisa mengerti hati Sella." Mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
Daniel memelingkan wajah emosinya dari tatapan Sang Cucu. "Kembalilah ke kamarmu, tenangkan pikiranmu. Besok kita bicara lagi!"
Sella menggelang. "Aku mau pulang!"
"Kembali ke kamarmu!" tegas Daniel sekali lagi.
Sella tak mengindahkan ucapan Daniel, gadis itu lebih memilih berlari keluar rumah sambil menangis. Seruan Elisa pun tak dihiraukannya. "Sella!"
Daniel menghela napas, dia pun menghentikan langksh Elisa yang mencoba mengejar Sella. "Biarkan dia pulang, nanti setelah emosinya mereda aku akan bicara lagi kepadanya."
●●●●●
Saat ini Sella berada di depan pintu apartemen Dio dalam kondisi basah kuyub. Gadis itu berlari menerjang hujan, ia sama sekali tak membawa apa pun selain ponselnya saat keluar dari kediaman Opa dan Oma-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle D, Please be Mine
RomanceWARNING!!! : Adult Content 21++ (On Going) "Sampai saat ini aku masih mencintaimu, Uncle!" ungkap Sella. Dia masih belum menyerah juga, batin Dio-Sang Paman. Dio menghela napas. "Oh, ayolah! Aku ini pamanmu, umur kita beda jauh. Aku sudah menganggap...