"Baby Girl ...," bujuk Reea kepada Sella yang masih merajuk di atas ranjang hangatnya.
"I'm not a baby, Mom!" ketusnya.
Reea tertawa kecil. "Tapi kelakuanmu masih seperti bayi. Masih suka merajuk seperti ini."
"Memangnya salah kalau aku merajuk? Aku kesal! Kalian orang dewasa selalu saja bertindak seenaknya dan kenapa tidak ada yang mau mendengar pendapatku?"
"Dulu waktu mommy seumuran kamu, semua orang dewasa di sekitar mommy juga seperti itu. Bahkan daddy-mu juga sering bertindak seenaknya sama mommy."
"Benarkah?"
Reea mengangguk. "Daddy-mu adalah orang yang paling mengesalkan. Tapi kita kesampingkan dulu soal daddy-mu. Nanti kapan-kapan akan mommy ceritakan, betapa mengesalkannya daddy-mu saat masih muda." Reea tertawa.
Sella pun ikut tertawa. Dia bangkit dari posisi meringkuknya saat Reea mulai lanjut bercerita, Sella merasa tertarik. Dia duduk bersila di hadapan Reea yang saat ini sedang tersenyum kepadanya. Reea pun melanjutkan cerita.
"Mommy juga dulu pernah ada di posisi kamu. Orang dewasa memang selalu seperti itu. Awalnya memang sangat membuat kesal. Tapi seiring berjalannya waktu, semua yang mereka lakukan ternyata ada tujuannya. Tergantung kita yang muda bisa menyikapinya atau tidak. Perlu waktu lama memang untuk terbiasa dan kita bisa belajar dari semua sikap mereka. Tidak ada yang buruk dari setiap niat baik. Begitu juga niat opa sama kamu, opa hanya mau kamu mendapatkan yang terbaik."
"Tapi memangnya opa tahu kalau Joshua itu yang terbaik buat Sella? Opa kan belum tahu, Mom."
"Memang, tapi niat baiknya opa akan selalu ada di dalam setiap tindakannya. Sebagai cucu yang baik semestinya kamu bisa menghargai sikap baik opa. Dengan kamu berbicara dan bertindak seperti tadi, mommy yakin opa pasti sangat kecewa."
"Sella juga kecewa sama opa!"
Reea menghela napasnya, memang tidak mudah membujuk Sella yang masih kekanakan seperti ini. "Kamu tahu, sikap kamu tadi juga sudah membuat mommy, daddy dan uncle-mu jadi kecewa loh."
Sella mengerutkan dahi, dan Reea melanjutkan kalimatnya. "Kamu tumbuh dan besar lebih banyak bersama dengan kami. Kalau kamu bersikap seperti itu di hadapan opa, mommy sama daddy harus berkata apa? Beliau pasti merasa bahwa mommy dan daddy tidak becus dalam membesarkan cucunya, hingga cucunya yang cantik ini bisa bersikap tidak sopan seperti tadi. Mommy dan daddy jadi sedih melihatnya."
"Mommy …." Sella mulai merasa menyesal.
"Mommy berharap kamu bisa lebih dewasa lagi. Mommy yakin cepat atau lambat opa akan mengerti tentang perasaanmu saat ini."
"Maafin Sella, Mom ...."
Reea membalas genggaman erat tangan Sella saat gadis itu tulus meminta maaf. "Aku juga harus minta maaf sama daddy dan uncle, karena sudah membentak dan berkata kasar tadi," ujar Sella lalu beranjak dari kasurnya.
Reea tersenyum, namun sesaat tadi dia sempat merasa bahwa suhu tubuh Sella terasa hangat. Saat ingin memastikan, Sella sudah menghilang dari balik pintu kamar.
●●●●●
Sayup-sayup Sella mendengar suara Gio dan Dio dari arah ruang kerja. Dengan bersemangat, gadis itu hendak menghampiri keduanya.
Namun tak lama kemudian langkahnya terhenti saat dia mendengar Dio menyebut nama Miki.
"Tubuh Miki terlalu lemah untuk menjalani operasi," ujar Dio dari dalam.
"Oprasi? Mama mau dioperasi?" gumam Sella sambil tetap mendengarkan percakapan mereka dari balik pintu yang setengah terbuka.
"Riwayat penyakit Ginjal Polikistik yang Miki derita saat ini sudah mulai membebani tubuhnya. Pihak rumah sakit hanya bisa menyerahkan semua masalah ini pada anggota keluarganya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle D, Please be Mine
RomanceWARNING!!! : Adult Content 21++ (On Going) "Sampai saat ini aku masih mencintaimu, Uncle!" ungkap Sella. Dia masih belum menyerah juga, batin Dio-Sang Paman. Dio menghela napas. "Oh, ayolah! Aku ini pamanmu, umur kita beda jauh. Aku sudah menganggap...