Prolog

13.3K 527 51
                                    

"Pssst!"

Aku memutar pandangan ke asal suara yang memanggilku tanpa nama. Begitu mendapatinya, ada seorang cowok tinggi dengan kaus putih polos berbalut jaket hitam menyodorkan sebuah paper bag cokelat.

"Apaan?" tanyaku sambil menatapnya heran, mataku menelisik menebak apa isi di dalam tas tersebut.

Itu cowok bicara sambil menyuruhku. "Cobain deh, isinya di dalem ada dress."

Aku membelalakan mata. Heran banget tu cowok membeli dress tanpa sepengetahuanku. "Nggak biasanya beliin dress."

Cowok itu mengangguk. "Hooh, udah cobain buruan. Aku mau liat pas di tubuh apa enggak," katanya nyuruh dengan mata mengendik ke arah pintu kamar rumah lantai bawah.

"Dalam rangka apaan beli dress?"

"Buat acara dinner anniversarry satu tahun nanti." Jawaban cowok itu terdengar amat santai dan datar.

"Pfftt!" Aku mau tertawa namun ditahan, sepertinya suasana hatinya sedang tak bagus. Aku tidak bisa menggoda lebih lama. Raut wajahnya juga sudah tak sabaran menunggu aku melangkah masuk ke dalam kamar untuk mencoba dress selutut dengan warna abu-abu muda.

Di dalam salah satu kamar rumahku, yang biasa digunakan oleh orang rumah untuk menyetrika pakaian. Aku mulai mengganti pakaian atas perintah cowok itu untuk mencoba sebuah dress berwarna abu-abu. Di depan cermin setinggi seluruh tubuh itu bisa menampilkan seluruh pantulan tubuhku.

Aku menarik napas lega saat gaun itu bisa lolos masuk membalut tubuhku. Khususnya bagian atasnya yang modelnya sangat ngepas di tubuh agar terlihat sangat bagus. Setelah menarik retsleting di punggung sampai atas, aku menatap tak percaya pantulan tubuhku di cermin.

Astaga, ternyata aku bisa sekurus cewek itu sampai bisa muat dengan dress ini!

Suara ketukan pintu mengganggu bersamaan dengan suara berat cowok itu. "Kalo nggak muat, jangan dipaksa masuk ya Andah, nanti robek," ucapnya bernada takut. "Aku tau kamu lagi kurus, tapi kayaknya memang nggak sekurus ukuran itu."

"Sembarangan! Ini muat sama aku!" seruku sambil membuka pintu dan menatap keji padanya.

"Lagian lama banget," decak tuh cowok kesal. "Mana sini cepetan aku mau liat!" Mata cowok itu mengarah mencari-cari baju yang menempel di tubuhku.

"Taraaaaa!" Aku keluar dari kamar dan melebarkan rok bagian bahwanya agak pamer. Bahwa tubuhku bisa masuk pas ke dalam dress berukuran kecil itu.

"Kok kamu bisa jadi sekurus Mala?" tanya cowok itu menatapku tak percaya.

"Kenapa kaget? Aku emang kurus kayak dia, tapi sering pake baju over size." Aku masih memamerkan baju itu di tubuhku.

"Diet parah lagi?" Dia masih menatapku penuh selidik, dengan sorot mata yang sedang menerawang entah apa isi pikirannya. Tangannya mengelus dagu dan menggut-manggut kecil. "Cantik ya," pujinya bersuara pelan.

Aku tak mau menjawab pertanyaannya, karena biar itu jadi urusanku yang dirahasiakan dari semua orang. "Aku memang cantik!"

"Bukan," tukasnya cepat. "Bajunya yang cantik. Aku nggak salah milih, akhirnya bisa lega."

"Sialan!" keluhku kesal. "Akunya enggak cantik?"

"Enggak. Coba kamu muter."

"Ini mau dikasih buat acara dinner annive kalian? Kok kamu tau lingkar ukuran tubuh Mala? Ini pasti muat banget dan cocok. Dress-nya cantik."

Aku kini berputar senang menuruti perintahnya. Mungkin lain waktu aku bisa mulai percaya diri menggunakan dress cantik model seperti ini yang bagus banget.

PekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang