29. Kenalan?

826 99 11
                                    

Aku tidak bisa pura-pura nyaman sama orang lain kalau memang tidak suka. Semenjak Nilla muncul di rumah Rifando, aku tahu kabar kedekatan keduanya, dan Nilla yang menghubungiku ngajakin buat ngopi bareng di kedai dekat kampus.

Aku tahu aku akan semakin dekat dengan jarak patah hati lagi. Tidak lama lagi aku pasti akan mendengar kabar cerita menggemaskan dan bahagia dari Rifando tentang Nilla. Dan sebaliknya, aku hanya menjadi penonton, pendengar, penasihat, dan tempat yang diperlakukan sesukanya alias calon dihempaskan.

Sudah aku yakini dalam diri itu adalah saatnya aku akan pergi menjauh dari hidup Rifando.

Cowok itu tidak mengaku padaku secara gamblang bahwa dia memang ada tujuan, naksir sama Nilla. Tapi mengingat Rifando pernah memuji Nilla yang cantik, bahkan banyak mengunggah foto-foto gadis itu. Aku tahu Rifando tak akan melewatkan saja gadis ini. Nilla pasti masuk dalam cewek urutan pertama yang seleksi cinta bersamanya.

Masih ingat bukan bahwa Rifando jomblo, pedekate setelah putus sama Mala-dengan yang bernama Sinta katanya tidak lancar, mendekati Nindya yang merupakan gebetan sohibnya sendiri yang berakhir pada keributan, dan sepertinya saat ini Rifando akan seleksi cinta dengan Nilla.

Cowok itu menyuruhku untuk datang ke kantin Fikom, aku tahu bahwa di sana akan bertemu juga dengan Nilla yang juga mengirimkan pesan menunggu di kantin Fikom. Lain waktu aku akan mencari alasan yang bisa membuatku tak mau berada dekat-dekat dengan mereka, tanpa membuat mereka curiga.

Aku cukup sulit menghindari Rifando kalau sedang tidak marah. Mungkin jika aku dekat dengan Nilla, aku bisa lebih mengenalnya, dan memiliki nilai tambahan untuk menyetujui dia menjadi pacar Rifando.
Dari seluruh mantan Rifando, aku lumayan senang dengan Dhisty, Nona, Citra, dan lumayan akrab sama Mala -sebelum ketahuan bagaiman dia di belakang membenciku.

Dhisty adalah orang yang cuek, cerdas, cool, dan dingin. Aku suka soalnya dia keren dan bukan tipe cewek yang centil bucin ke cowok padahal saat itu mereka masih remaja banget.

Nona juga cerdas, cuek, stay cool tidak cemburuan sama aku, dan percaya. Sayang mereka putus karena mau Ujian.

Citra, kakak kelasku dan aktif di OSIS bersamaku. Dia kalem dan tidak cemburu padaku. Dia percaya diri soalnya memang cantik sih. Dia bukan cewek drama macam Siska atau Monika.

Dari daftar mantan Rifando yang aku suka, kriteria yang ada bukan hanya cewek melainkan juga harus cerdas, tahu attitude, dan no drama!

Mungkin kalau Nilla memiliki sikap-sikap menyenangkan itu aku akan mulai merelakan dia bersama Rifando. Biar Rifando cepat bahagia bertemu dengan belahan jiwanya.

Lalu aku sendiri kapan ya bahagianya, dan punya kisah asmara sendiri? Ah, entahlah. Rasanya hidupku memang tak ditakdirkan seromantis orang lain. Datar dan dingin saja kayak es batu balok.

Di kantin aku sudah duduk sembari celingukan mencari Rifando yang menjanjikan untuk bertemu di kantin fakultasnya. Mataku terbelalak ketika melihat Rifando sedang bicara dengan Vivi sambil berdiri di dekat dengan keran air samping kantin. Keduanya terlihat sedang bicara tak santai alias menegang. Aku mendekati mereka namun belum sampai dekat sekali sudah terdengar suara Vivi.

"Siapa tuh cewek yang sering ada di foto story Kakak?" tanya Vivi sebal.

"Temen gue, kenapa nanyain sampe neror nanyain terus?" Rifando bertanya balik dengan nada datar.

"Temen cewek baru kok nggak dikenalin? Bukannya itu cewek Maba ya? Katanya kita adek-kakak-an." Vivi mulai memprotes. "Kan kita deket harus banyak cerita."

"Kenapa harus dikenalin ke lo? Sori nih, gue udah sering negasin ke lo kalo kita statusnya cuma hubungan adik-kakak tingkat. Bukan adik-kakak yang jadi bikin drama segala kayak gini," jawab Rifando mulai keluar sadisnya. "Gue gak sedeket itu sama lo lagian, sampe harus cerita segala kehidupan gue."

PekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang