10. Meet Nindya

912 106 19
                                    

"Aku inginnya kita bukan hanya pura-pura bermesraan. Ada harapan di setiap kejadian saat dia bersikap manis padaku. Apakah lain kali kita bisa seperti itu bukan hanya karena pura-pura saja?"

💖💖💖

Kami sampai di sana saat langit sudah menggelap, tidak pernah aku sangka biasanya jalanan yang biasa memakan waktu hanya sepuluh menit dengan motor, dan mobil bisa lebih tapi tidak selama ini. Saat ini menjadi nyaris dua jam karena ada penggalian jalanan yang membuat arus melambat.

Suasana kafe mulai rame, ya seperti biasa, banyak didatangi oleh orang-orang habis kuliahan bahkan para pekerja kantoran yang sudah pulang dari kerja yang berada di sekitar sini.

Karena para temanku sudah pernah diajak ke Tiramissyou, mereka sama sekali tidak asing langsung masuk saja melihat-lihat isi kafe. Sambil berbicara heboh pastinya karena mulut mereka sulit dikunci sebentar, sedangkan Natasya hanya diam saja namun matanya terlihat sedang mengamati sekitarnya.

Kemunculan kami ternyata ditunggu-tunggu oleh Kakakku, pemuda berjaket jeans dengan warna mulai pudar itu mendekatiku dari pintu D. Kelvin sedikit terlihat aneh melihat diriku, ya aku tahu pasti dia sedang terkejut melihat siapa yang sedang bersamaku saat ini.

"Hey Andah lama banget! Kirain nggak bakalan dateng," keluh Kelvin sambil menghela napas. "Rame banget bawa temennya!" Ucapan selanjutnya dia sambil berbisik pelan padaku. Cowok berwajah dengan rahang tegas, mata bersorot seksi dan hidung mancung itu sudah tampak menyeramkan walau sedang tidak marah.

"Sori, nggak sengaja kebawa-" Aku jadi balas berbisik. Aku mengamati raut wajah Kelvin yang berusaha keras tidak sinis padaku, sepertinya dia sedang kesal padaku.

"Aku marah," ujar Kelvin sedikit tapi menyeramkan. Matanya yang bulat bersorot tajam itu menyorotkan segalanya.

"Hai, Vin!" Suara lembut itu menyapa pria di depanku, sangat tegar dan santai sosok Natasya mengurai senyum manis juga.

"Oh, hai Nat. Andah maksa kamu ya buat nebeng nganter ke sini?" tanya Kelvin nadanya menyebalkan.

Natasya terkekeh pelan menutupi rasa awkward mereka, aku tahu itu. "Enggak kok, tadi abis ngobrol sebentar di kantin."

"Natasya mah baik! Emang kamu Bang, ngajak tapi nggak mau jemput!" Aku lirik si Natasya hanya ketawa kecil.

"Aku bantuin Jonny buat masang kabel, soalnya Bang Jay rada sibuk juga di konternya," kata Kelvin dengan raut wajah tak mau disalahkan yang jelek-jelek.

"Duduk yuk Ndah, capek nih," keluh Sasa sambil mengipaskan tangannya ke leher. Mungkin karena ramai tidak sesejuk biasanya jadi panas.

"Eh, kalian pesen minuman ya? Ntar nggak boleh nonton doang sama Bang Jay!" Kelvin mengingatkan. Dia bercanda atau bagaimana karena rautnya sama sekali tak bercanda.

Walau tampang Rifando suka datar, kalau bercanda pasti kelihatan. Beda sama Kelvin yang tampangnya tak bisa berekspresi baik, apalagi ramah. Muka seram.

"Masa?" Aku malas banget harus beli minuman, mahal banget gitu loh. Menurutku mahal, mending beli minuman di minimarket.

"Tenang aja Bang, kita nih udah aus banget kok, mana mungkin mulut kita buka mulu tapi nggak minum. Emang kita Onta? Tapi Onta kan nggak banyak ngomong kayak kita gini," cetus Sasa.

"Kalo Onta ngomong, sebenarnya dia bakalan aus mulu, Bang," jawab Tika juga menambahkan.

"Yang murah apaan Bang? Air putih kalo sebotol ceban, nanti beli satu buat barengan aja dah!" seru Viska.

PekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang