Part 1

17.3K 930 51
                                    

Beberapa tahun yang lalu.......

Gio membukakan pintu rumahnya ketika mendengar suara bel dibunyikan. Senyumnya mengembang saat melihat siapa yang datang.

"Eh ada Zia. Nyariin aku ya?" tanya Gio dengan percaya dirinya. Dia menyenderkan tubuhnya di pintu dengan tangan yang berlipat di dada.

"Zia mau cari Keisha, bukan kakak."

Gio terkekeh mendengar jawaban gadis itu. Tak lupa dia menyuruhnya masuk dan melangkahkan kakinya di samping Zia.

"Kamu makin cantik aja deh Zi. Mau ga jadi pacar aku?" tanya Gio langsung. Zia yang mendengar itu wajahnya sontak memerah. Sudah sering sekali dia digodai Gio seperti itu.

"Abangggg! Jangan godain Zia mulu. Yuk Zi ke kamar aku aja," ajak Keisha yang baru saja datang dan menarik tangan Zia menuju kamarnya.

"Aku tunggu jawaban kamu loh, Zia sayang..." ujar Gio semakin menjadi. Dia bahkan memberikan senyum termanis untuk gadis itu.

"Udah jangan didengerin. Abang aku emang kayak gitu," ujar Keisha begitu mereka masuk ke kamarnya. Namun, dia mengernyitkan keningnya karena melihat Zia yang sepertinya salah tingkah.

"Zi, kamu ga baper sama abang aku kan?" tanya Keisha menyelidik.

"Apaan sih!" kilah Zia.

"Kamu juga suka sama abang aku kan? Hayo ngaku. Kalau engga, ngapain muka kamu merah begitu. Hayooo," ledek Keisha.

"Apaan sih Kei. Ingat aku kesini karena kamu mau belajar bareng. Bukan malah ledekin aku sama abang kamu,"

"Dih marah. Beneran suka ya? Aku sih seneng-seneng aja kalau kamu sama abang aku."

"Kei, aku pulang nih!"

"Iya-iya."

***

Gio tersenyum sendiri saat mengingat wajah Zia yang tadi memerah karena dia goda. Dia semakin gemas saja dengan gadis itu. Entah kenapa sejak kecil dia memang suka sekali menjahili ataupun menggoda Zia. Tapi saat dia beranjak remaja dia malah merasakan perasaan yang lebih pada Zia. Gadis itu terlihat cantik dan menggemaskan di matanya.

Dia mengangkat wajahnya dari ponsel saat mendengar suara langkah kaki menuruni tangga. Dia yakin sekali itu Keisha yang ingin mengantarkan Zia untuk pulang. Tanpa basa-basi dia memasukkan ponsel ke sakunya dan mengambil kunci motornya.

"Yuk, Zi. Aku anter pulangnya."

"Ga usah, kak. Aku bisa pulang sendiri kok," tolak Zia langsung.

"Udah sama aku aja. Ayoo." Gio meraih tangan Zia dan menggenggamnya. Lalu diapun menggandeng Zia untuk keluar rumah.

"Anterin Zia pulang ya bang. Awas kalo macem-macem sama dia aku laporin papa!"

"Iya ah bawel."

"Ayo Zi," ajak Gio lagi. Dia sudah menaiki motornya dan menunggu Zia untuk naik. Dia mengerutkan dahinya melihat Zia yang nampak ragu.

"Udah ayo ga usah banyak mikir."

Zia menghela napas pasrah. Dia melirik Keisha sekilas sebelum akhirnya naik ke atas boncengan Gio. Dia sengaja duduk jauh-jauh dari Gio.

"Pegangan nanti jatuh." Gio meraih tangan Zia dan melingkarkan di perutnya. Dia senyum-senyum sendiri dari balik helm yang dia pakai.

"Hati-hati bang," pesan Keisha saat Gio mulai melajukan motornya.

Zia merasa risih karena terlalu dekat dengan Gio. Mereka seperti sedang berpelukan saja karena lengannya yang melingkari perut Gio. Dia ingin menarik lepas tangannya, tapi laki-laki itu malah menahannya.

"Udah jangan dilepas. Biarin aja begini," ujar Gio tersenyum saat menolehkan wajahnya pada Zia. Gio sengaja menjalankan motornya dengan kecepatan sedang karena ingin lama-lama berduaan dengan Zia seperti ini. Dia bahkan sengaja me-rem motornya untuk memodusi Zia.

"Zi," panggil Gio pada gadis itu. Dari tadi Zia hanya diam saja seraya membuang pandangannya ke arah lain.

"Kenapa kak?" tanya Zia. Baru kali ini dia menolehkan wajahnya pada Gio.

"Soal yang aku bilang tadi, aku serius. Kamu mau ga jadi pacar aku?"

Zia terdiam mendengarnya. Bagaimana bisa Gio menembaknya. Padahal dia hanyalah gadis yang bahkan masih kelas tiga SMP. Sedangkan laki-laki itu kelas dua SMA. Masa Gio menyukainya sementara di luaran sana masih banyak gadis yang lebih darinya.

"Kita masih sekolah, kak." Hanya seperti itulah yang bisa Zia jawab. Karena dia bingung harus menjawab apa.

Gio yang mendengarnya tersenyum simpul. Jawaban Zia barusan pertanda kalau Zia mau menerimanya. Hanya saja gadis itu masih ragu karena mereka masih sekolah.

"Aku akan tunggu jawaban kamu. Lagian asal ga ganggu pelajaran, aku rasa masih sah-sah aja kalau kita pacaran."

"Emang kak Gio beneran suka sama aku?" tanya Zia memberanikan diri.

"Kalau aku ga suka ga mungkin aku ngejar kamu."

"Kenapa?"

"Because you are special. Kalau kamu tanya detailnya aku ga bisa jawab karena terlalu banyak hal yang bikin aku suka sama kamu."

Wajah Zia semakin memerah saja mendengarnya. Gio ini bisa sekali membuatnya salah tingkah. Mulut dan juga sikapnya sangat manis hingga membuatnya speechless. Apakah dia begitu juga dengan teman-teman gadisnya? pikir Zia.

"Aku kayak gini cuma sama kamu kok, Zi. Kamu ga perlu khawatir."

Seolah tau isi hati Zia, Gio malah berkata seperti itu.

"Stop kak, sampai sini aja."

Gio mengernyitkan keningnya saat Zia menyuruhnya berhenti.

"Kenapa disini?"

"Ga papa kok. Cuma ga enak sama orang tua aku."

"Aku anterin sampai rumah aja."

"Ga usah kak. Kalau kakak nganter sampai rumah lain kali aku ga mau ikut kakak lagi."

"Berarti nanti mau aku anterin pulang lagi dong?"

"Eh." Zia tesadar dengan ucapannya barusan. Sementara Gio nampak mengulum senyum.

"Yaudah deh. Kamu hati-hati jalan ke rumahnya," ujar Gio. Dia menggerakkan tangannya mengacak rambut Zia.

"Hm. Makasih kak."

"Apapun buat kamu, sayang."

Gio semakin gemas saja dibuat oleh Zia. Ingin sekali rasanya dia memeluk dan mencium bibir gadis itu yang begitu menggemaskan. Namun, dia harus menahan diri. Dia tidak ingin Zia malah tidak menyukainya.

"Udah kamu duluan, aku tungguin disini dulu."

Zia hanya mengangguk saja. Dia pun melangkahkan kakinya meninggalkan Gio. Dia sengaja tidak menoleh lagi ke belakang karena wajahnya yang sudah semerah kepiting rebus.

"Zia, Zia," gumam Gio tersenyum.  "Kamu pasti akan jadi milik aku Zi."

***

Yuhuuuu part 1 meluncur. Jangan lupa vote dan komennya ya guys ♥️😂

GIOZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang