Part 18

7.4K 639 45
                                    

Tandain typo ya guys ♥️

***

"Kalau papa dan bapak-bapak ga percaya. Robekan kemeja Gio ini jadi saksi kalau Gio yang dipaksa. Seandainya Gio yang maksa pasti baju dia yang robek. Bukan sebaliknya," ujar Gio telak. Sontak saja Felix dan beberapa dosen itu terdiam karena membenarkan. Sementara Nanda tampak ketakutan.

"Kamu bisa jelasin yang sebenarnya Nanda?"

"Saya beneran dipaksa sama Gio pak. Ga mungkin saya yang maksa Gio." Meskipun takut tapi Nanda masih bersikeras dengan perkataannya semula.

"Bapak-bapak semuanya. Bukan maksud saya untuk membela anak saya. Tapi apa yang dikatakan Gio benar. Kalau dia yang memaksa atau ingin memperkosa mahasiswi ini harusnya bukan pakaian Gio yang robek, tapi pakaian dia. Saya kenal betul siapa anak saya, Pak. Kalau memang terbukti dia seperti itu saya tidak akan segan menghukum dia." Felix menatap Gio dan tak menemukan kebohongan di mata anaknya itu. Apalagi Gio itu persis dirinya yang kalau sudah jatuh cinta dengan satu orang perempuan maka tidak bisa berpaling ke lain lagi. Jadi mana mungkin dia bisa berbuat yang seperti ini.

"Dan untuk kamu, Nanda. Saya harap kamu bicara yang sejujurnya. Kalau tidak kamu akan mendapatkan sangsi atau malah dikeluarkan dari kampus ini. Jadi sekali lagi saya tanya benar kalau Gio memaksa kamu atau malah sebaliknya?"

Nanda terdiam tak tau harus berkata seperti apa. Sementara dosen-dosen itu malah menatapnya meminta penjelasan. Dia tidak menyangka kalau niatnya yang ingin menjebak Gio malah dia yang kena batunya.

"Ayo jawab Nanda. Atau jangan-jangan benar ini cuma akal-akalan kamu aja?" desak dosen yang tadi memergoki mereka.

"A-anu pak."

"Jawab yang jelas!" suruh Gio tak sabaran. Dia tidak terima karena namanya lah yang disini dirugikan. Apalagi seluruh kampus pasti sudah tahu.

"I-iya pak. S-saya yang jebak Gio."

"Tuh kan, apa juga saya bilang pak. Saya gak salah," ujar Gio merasa senang karena Nanda mau mengakui kesalahannya. Dia bisa menghela napas lega.

"Benar-benar kamu Nanda. Bisa-bisanya kamu memfitnah Gio seperti itu. Siap-siap saja kamu akan mendapatkan hukuman."

"Pak, saya mohon jangan keluarin saya ya pak. Saya ngaku salah dan janji ga akan ngulangin itu lagi,"

"Ayo kamu ikut saya menghadap dekan."

"Pak, saya mohon pak. Saya ngaku salah. Tapi jangan keluarkan saya." Nanda masih saja memohon pada dosen itu. Dia tidak ingin dikeluarkan dari kampus ini. Bisa-bisa dia habis kena marah orang tuanya kalau sampai tahu hal ini.

"Kami permisi dulu pak Felix. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Gio bapak juga minta maaf sama kamu."

"Iya pak, saya bisa mengerti," sahut Felix maklum. Sementara Gio hanya mengangguk saja. Dosen itu pun akhirnya pergi meninggalkan ruangan Felix dengan membawa serta Nanda. Hingga kini hanya tinggal Gio dan papanya yang ada di sana.

"Makasih ya pa. Papa udah percaya sama Gio."

Felix tersenyum lalu menepuk bahu putranya itu.

"Kamu itu persis papa Gio. Kalau kamu sudah cinta sama seseorang ya cuma sama orang itulah kamu. Persis kayak papa ke mama. Dan papa juga tau kalau mesum kamu juga sama Zia. Jadi mana mungkin kamu berani sampai mau merkosa anak orang kalau gak dipaksa. Apalagi ini di kampus. Papa tau kamu ga sebodoh itu."

"Makasih, pa. Gio tau papa memang papa yang hebat."

Felix terkekeh lalu dia menepuk bahu anaknya itu.

GIOZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang