Part 14

9.5K 631 25
                                    

Selepas jam kuliahnya usai, Gio melangkahkan kakinya menuju tempat tongkrongan yang sudah ada dua sahabatnya itu. Dia meletakkan tasnya dan duduk di salah satu kursi di sana. Senyum mengembang di bibirnya begitu ingat apa yang sudah dia lakukan semalam bersama Zia.

Dia merasa senang karena bisa berhubungan suami istri kembali dengan Zia setelah dua minggu tak pernah melakukannya lagi. Istrinya itu benar-benar sukses menjadi candu untuknya. Sebentar saja tidak menyentuh Zia membuatnya rindu kehangatan sang istri. Begitu pula saat dia sudah menyentuh Zia rasanya tak ingin berhenti.

Zia begitu pandai menyenangkannya meskipun istrinya itu cenderung bersikap pasif. Karena di saat dia sudah menyatu seutuhnya dengan Zia dia lupa diri.

"Woy ni anak bener-bener udah ga waras kayaknya." Bastian geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh Gio. Semakin hari Gio semakin aneh saja. Sahabatnya itu sering sekali tersenyum sendiri seperti itu.

"Yoi Bas. Mungkin dia stress karena ga dapat jatah dari Zia," sahut Fino.

"Bisa jadi."

Mereka berdua masih memandangi Gio dengan tatapan heran dan prihatin. Kalau seperti ini terus mereka takut Gio jadi gila.

"Kalian ngapain liatin gue begitu?"

Bastian dan Fino pun serempak tersentak saat melihat Gio sudah berhenti tersenyum. Laki-laki itu memandangi keduanya dengan kening berkerut.

"Lo yang kenapa? Pagi-pagi bikin heboh aja gara-gara senyum ga jelas," sahut Fino.

"Ya gue senanglah."

"Senang kenapa lo?"

"Semalem gue dapat jatah. Goyangan Zia makin mantep gila. Membayangkannya aja gue udah pengen lagi."

"Dasar bangsul! Masih pagi udah mikir jorok aja lo!" gerutu Fino seraya menoyor kepala Gio dengan buku.

"Gila ya lo. Tobaaat jangan gituin anak orang mulu. Kalau jadi janin tau rasa lo," ujar Bastian geleng-geleng kepala.

"Ya gak mungkinlah. Gue kan udah pro soal begituan. Lagian kalau Zia hamil pun ga masalah," sahut Gio enteng.

"Ga masalah pala lo. Lo gituin anak orang tapi ga dinikahin. Bangsul lo!"

"Jangan berisik bisa ga sih kalian? Nanti orang-orang pada dengar," tegur Gio pada kedua sahabatnya itu.

"Ya elu sarap main gituin anak orang segala. Emang gimana ceritanya lo semalem bisa gituin Zia?"

"Ya tinggal lepas baju terus masukin deh. Langsung goyang aja."

Plakkk

Kini gantian Bastian yang menoyor kepala Gio karena jawaban gilanya itu.

"Benar-benar udah ga waras nih kayaknya."

"Lah emang ada yang salah sama jawaban gue? Benar kan? Kalau mau gituan ya lepas baju dulu. Terus baru deh tusukin itunya ke punya dia."

"Serah lo dah serah. Susah emang ngomong sama lo."

Bastian mencoba mengabaikan perkataan Gio itu. Dia mengedarkan pandangannya ke penjuru kampus. Matanya menyipit saat melihat beberapa orang berjalan di koridor kampus mereka.

"Fin, liat itu deh."

Fino pun menoleh dan ikut melihat ke arah pandangan Bastian. "Loh Gi. Itu bukannya Zia?" tanya Fino.

Gio langsung menoleh saat mendengar nama istrinya disebut. Dia menatap ke arah beberapa orang yang memang terdapat istrinya di sana. Tapi untuk apa Zia ke kampusnya? Terus siapa pula laki-laki yang ada di rombongan istrinya itu.

"Gila sih makin cantik aja dia sekarang. Bodynya juga makin oke." Fino bahkan tak sadar sudah memuji Zia di depan Gio. Dia sudah lama tidak bertemu Zia dan tidak menyangka kalau Zia semakin bertambah cantik saja.

"Iya Fin. Apalagi dada sama pinggulnya itu loh beh..." Bastian pun malah ikut-ikutan memuji Zia. Mereka berdua masih tidak sadar kalau Gio menatap mereka dengan tatapan murka.

"Kalian berdua ngapain liatin Zia begitu?" tanya Gio langsung. Alhasil kedua sahabatnya itu pun tersadar dan mengalihkan pandangannya dari Zia ke arah lain.

"Gue lupa kalau di sini ada pawangnya Bas."

"Hoooh."

"Gue tanya kalian ngapain ngeliatin Zia?" tanya Gio lagi.

"Cuma liat biasa aja Gi. Soalnya Zia makin cantik aja. Bodynya juga makin oke. Pantesan lo klepek-klepek sama dia."

"Awas aja kalau kalian berdua niat nikung. Satu hal yang perlu tau. Body dia begitu karena ulah gue," ujar Gio tersenyum mesum saat mengingat kalau dia sering meremas dada maupun pinggul istrinya itu.

"Dasar mesum lo Gi. Bisa-bisanya Zia mau sama lo."

"Terserah kalian dah. Gue mau nyusulin dia dulu."

***

Gio mempercepat langkah kakinya untuk mengejar Zia. Dia mengepalkan tangannya saat melihat laki-laki yang ada bersama Zia itu seperti sengaja curi-curi pandang pada istrinya. Sebagai sesama laki-laki pastilah Gio tahu gelagat laki-laki itu yang seperti menaruh hati pada Zia.

Gio semakin melebarkan langkah kakinya saat mereka sudah dekat. Dia menggeram marah begitu melihat modus laki-laki itu yang pura-pura melihat buku Zia. Padahal dia hafal kalau keinginan laki-laki itu hanya untuk menyentuh tangan istrinya.

"Zia." Tanpa membuang waktu lagi, Giopun memanggil nama istrinya itu. Zia beserta teman-temannya refleks menoleh.

"Kamu ngapain kesini?" tanya Gio. Dia bisa melihat laki-laki itu mendengus kesal karena melihat kehadirannya. Teman-teman Zia pastilah sudah tau dengannya karena dulu mereka pun satu sekolah.

"Kalian duluan aja. Nanti aku nyusul," ujar Zia pada teman-temannya itu. Mereka pun mengangguk dan meninggalkan Gio bersama Zia.

"Jadi kenapa?" tanya Gio lagi.

"Kita kesini karena habis ikut TM olimpiade sains yang kampus kamu adain."

"Kok kamu ga ngasih tau aku?"

"Aku lupa, Gi."

"Terus ngapain harus sama cowok itu juga?"

"Dia juga perwakilan sekolah. Kebetulan lagi dia pasangan aku di olimpiade Fisika."

"What? Kok bisa?"

"Bisa aja. Namanya juga sekolah yang udah ngatur."

"Ga bisa ganti apa? Sama yang cewek?"

"Ga bisa Gi. Yang cewek udah dapat bagian masing-masing."

Gio menghela napasnya. Dia paling tidak suka jika Zia dekat dengan laki-laki lain.

"Kamu ga perlu cemburu. Lagian ini juga cuma buat lomba."

"Yaudah deh. Tapi kamu jangan macem-macem."

"Iya."

"Habis ini langsung balik ke sekolah? Mau aku anterin?"

"Ga usah Gi. Aku bareng mereka aja. Kamu lanjutin kuliahnya aja."

"Yaudah. Yuk aku anterin ke depan."

Gio meraih pergelangan tangan Zia lalu menggenggamnya.

Apa yang dilakukan Gio bersama Zia tentu saja menyita perhatian warga kampus. Terkhusus para gadis yang menaruh hati pada Gio. Apalagi Nanda sangat kesal dan panas melihat Gio menghampiri gadis SMA dan malah menggenggam tangannya mesra.

"Sialan. Siapa sih tu cewek?"

"Ceweknya kali Nan."

"Mana mungkin ceweknya Gio anak SMA gitu? Ga percaya gue."

"Yasudah kalau lo ga percaya. Tapi tu cewek cantik loh Nan. Lebih cantik dari elo malah."

"Sialan lo!"

***

TBC

Tandain typo biar kuedit. Ini nulis langsung post aja soalnya 😂😂😂

REPOST

23-01-2021

GIOZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang