Part 17

7.8K 617 42
                                    

Zia tersentak kaget saat merasakan pelukan di belakangnya. Dia pun menoleh dan mendapati Gio yang tersenyum padanya.

"Udah malem sayang. Istirahat dulu, biar dilanjut besok belajarnya," ujar Gio pada istrinya itu. Beberapa hari lagi Zia dan Keisha akan memasuki ulangan semester. Mereka kerap belajar untuk mendapatkan nilai yang memuaskan.

Meskipun sebenarnya Gio yakin istri dan adiknya pasti sukses dalam ulangan semester ini. Karena pada saat olimpiade kemarin saja sekolah Zia menempati posisi juara umum dengan yang paling banyak menang di berbagai bidang. Termasuk istrinya yang bisa menang juara 1. Gio bangga sekali pada Zia.

Gio selalu mensupport istri dan adiknya. Dia juga tidak meminta jatahnya dulu dalam beberapa waktu ini agar tidak mengganggu konsentrasi belajar Zia. Dia ingin istrinya itu fokus untuk menyelesaikan sekolahnya.

"Bentar lagi."

"Dilanjut besok ya sayang. Sekarang istirahat dulu," bujuk Gio. Dia tidak ingin Zia terlalu memporsir waktu belajarnya yang kemungkinan malah akan membuat Zia sakit.

"Iya." Zia akhirnya mengalah dan membereskan buku-bukunya. Giopun tersenyum senang lalu membawa Zia untuk menuju tempat tidur. Mereka pun langsung merebahkan diri dengan Gio yang memeluk pinggang Zia.

"Udah ayo tidur sayang," ujar Gio ketika melihat mata Zia masih terbuka menatapnya.

"Kamu tumben beberapa hari ini ga minta jatah?" tanya Zia heran.

"Kamu kan lagi sibuk belajar. Ga mungkinlah aku ganggu dengan minta itu. Udah ah yuk tidur."

Zia tersenyum mendengar jawaban Gio itu. Meskipun mesum, tapi ternyata suaminya itu masih bisa menahan diri juga terkecuali kejadian di toilet waktu itu mungkin Gio sudah lepas kendali.

Zia mendekatkan dirinya lalu memeluk Gio. Dia pun mencoba memejamkan matanya dalam pelukan suaminya itu.

***

Semakin hari Nanda semakin dibuat kesal saja karena kemesraan Gio dan Zia. Akhir-akhir ini Gio suka sekali memamerkan foto mesranya dengan Zia di instagram. Tentu saja membuat hati Nanda semakin panas. Apalagi jika dia ingat perkataan Nevan kalau Gio dan Zia sudah pernah tidur bersama. Dia tidak rela!

Nanda melangkahkan kakinya memasuki toilet laki-laki saat melihat Gio masuk ke sana beberapa menit yang lalu. Dia bahkan tidak mempedulikan tatapan heran laki-laki yang baru saja keluar dari toilet itu dan berpapasan dengannya.

"Nanda. Lo ngapain di sini?" heran Gio ketika melihat gadis itu ada di toilet laki-laki.

"Aku mau kamu putusin pacar kamu itu Gi. Aku bakal ngelakuin apapun demi kamu. Termasuk tidur bareng kamu pun aku mau. Asal kamu putusin dia dan cuma jadiin aku pacar kamu."

"Lo ngomong apa sih?" tanya Gio dengan alis yang bertaut bingung karena tak mengerti.

"Aku tau kamu udah pernah tidur sama dia."

"Gue udah tidur ataupun ngapain aja itu bukan urusan lo, Nan. Lagian gue ga tertarik buat tidur sama lo. Gue hanya akan setia sama cewek gue. Sorry aja gue bukan bajingan yang suka nidurin sembarang cewek."

Gio tak terima dengan ucapan Nanda yang seolah mengatakan kalau dia tipe laki-laki brengsek yang hanya mementingkan selangkangan saja. Oke, dia mengakui kalau dia sering berhubungan badan. Tapi itu hanya bersama Zia. Tak pernah sedikitpun dia berniat untuk melakukannya dengan perempuan lain yang bahkan bukan siapa-siapanya.

Dia marah tapi tidak bisa meluapkan kemarahannya pada Nanda. Dia tidak mungkin bersikap kasar pada perempuan. Papanya tak pernah mengajari itu. Makanya dia berniat pergi tanpa mempedulikan Nanda.

"Jangan sok jual mahal deh Gi. Aku tau kalau kamu mau. Cuma kamu gengsi aja."

Gio menghentikan langkah kakinya sesaat. Lalu dia pun berbalik menghampiri Nanda kembali. Jarak antara mereka berdua kini sudah dekat. Giopun menunduk dan membisikkan sesuatu di telinga Nanda.

"Lo kalau mau jadi pelacur jangan di sini Nan. Ini kampus tempat buat nyari ilmu. Apa yang lo bicarain saat ini ga ada faedahnya sama sekali," ujar Gio telak.

Nanda tak terima dengan ucapan Gio. Dia merendahkan diri seperti ini hanya untuk Gio. Tapi apa balasan laki-laki itu? Tanpa aba-aba diapun menangkup wajah Gio dan mencium bibirnya ganas.

"Lo apa-apaan?" marah Gio. Apa jadinya kalau Zia tahu ada yang sudah menciumnya. Bisa-bisa dia tidak akan mendapatkan jatah dari istri tercintanya itu.

"Ayolah sayang jangan malu-malu." Nanda nekat membuka satu persatu kancing kemeja lengan pendeknya hingga menamakkan dalamannya. Gio yang melihat itu membelalakkan matanya. Dia berniat pergi dari sana agar tidak meladeni kegilaan Nanda. Namun perempuan itu malah menarik kemejanya.

Sreet

Gio terbelalak saat melihat kemejanya yang sedikit robek di bagian punggung akibat tarikan Nanda. Kuku perempuan itu yang cukup panjang membuat kemejanya rusak. Dia pun menatap tajam Nanda.

"Ayolah sayang." Nanda memeluk Gio dan menempelkan tubuhnya dengan Gio. Gio tentu saja berontak dan berusaha mendorong Nanda. Saat dia berhasil mendorong wanita itu menjauh, diapun berniat langsung keluar dari sana. Namun, rupanya dia sedang dalam kesialan karena ada salah satu dosen beserta beberapa mahasiswa masuk ke toilet itu dan melihat dirinya dengan Nanda.

"Apa-apaan ini?" bentak dosen itu. Dia terkejut saat melihat kondisi pakaian Nanda yang berantakan. Lalu dia pun menoleh pada Gio dan melihat kemeja Gio yang robek. Dan lagi di dalam sana hanya ada Gio berduaan dengan Nanda.

"Ini ga seperti apa yang bapak lihat."

"Kalian berdua ikut saya ke ruangan papa kamu Gio!" ujar dosen itu telak tak bisa dibantah.

Gio menghela napasnya. Gara-gara tingkah Gila Nanda mungkin mereka akan mendapat masalah. Namun, dia harus yakin karena dia tidak bersalah di sini.

Desas-desus tentang kejadian itu begitu cepat menyebar ke seantero kampus. Berita tentang Gio sang anak dosen tertangkap basah berduaan di dalam toilet dengan sesama mahasiswa. Banyak yang tidak menyangka dengan hal itu.

Namun, ada satu orang yang tampak tertawa bahagia mendengar itu semua. Siapa lagi kalau bukan Nevan. Dia lah dalang yang membuat dosen itu datang ke toilet dan memergoki Gio bersama Nanda. Dan dia juga yang sudah menyebarkannya ke seluruh penjuru kampus.

***

Felix kebingungan saat ruangannya di datangi beberapa orang dosen dan juga mahasiswa. Terlebih anaknya pun ada di sana. Dia pun menatap orang itu satu persatu untuk meminta penjelasan.

"Jadi begini pak Felix. Saya menemukan anak Anda sedang berduaan dengan mahasiswi ini di toilet. Apalagi pakaian mereka sama-sama berantakan. Saya pikir mereka sudah bertindak tak senonoh di kampus kita ini pak."

"Itu ga benar, Pa. Gio bisa jelasin kejadian yang sebenarnya," sahut Gio langsung. Sayang sekali daerah toilet tidak ada cctv. Kalau saja ada itu bisa menjadi saksi untuknya.

"Jelaskan Gio."

"Gio dijebak Pa. Dia sengaja mau jebak Gio. Dia yang lepas bajunya sendiri. Demi Tuhan Gio ga pernah ada niat mau ngapa-ngapain dia." Gio menatap papanya berharap sang papa bisa mengetahui kebenarannya. Mana mungkin dia melakukan hal bodoh itu dan menyakiti hati Zia. Jawabannya jelas tidak mungkin.

"Itu ga benar pak. Gio yang bawa saya ke toilet itu. Dia yang paksa saya padahal saya ga mau."

Gio membelalakkan matanya mendengar pengakuan palsu perempuan itu. Dia menatap perempuan itu yang pandai sekali berakting sedih. Padahal kenyataannya dia lah yang coba menggodanya tadi.

"Papa percaya kan sama Gio pa? Gio ga mungkin bertindak ga senonoh kayak gitu. Apalagi ini kampus pa."

***

TBC

Yuhuuu maafkan kalau semakin ga jelas dan mirip sinet😂😂😂

Ebook tersedia di Google Playstore

GIOZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang