Part 15

9K 590 14
                                    

Begitu sampai rumah, hal pertama yang Gio cari adalah keberadaan Zia. Dia langsung saja masuk ke kamar saat tak menemukan keberadaan Zia di ruang tengah. Keisha yang melihat itupun geleng-geleng kepala saja. Sudah jadi rahasia umum di rumah mereka kalau Gio itu bucinnya Zia.

Gio membuka pintu kamarnya dan tersenyum melihat Zia yang sedang belajar di atas tempat tidur mereka. Dia melangkahkan kakinya memasuki kamar. Tas yang dia bawa dia letakkan di atas sofa. Sementara dia semakin mendekat ke kasur tempat istrinya itu berada.

"Cowok tadi ga macem-macem kan?"

Zia menoleh pada Gio dan mengernyitkan keningnya heran karena hal itulah yang pertama kali Gio tanya. "Enggak Gi. Lagian apa yang mau kamu cemburuin sih? Aku sama teman-teman cowok aku itu cuma temenan biasa. Dan aku juga udah sepenuhnya jadi milik kamu."

"Baguslah. Karena aku ga suka ada yang deketin kamu. Kamu itu cuma milik aku, sayang." Gio mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah Zia. Dibelainya pipi istrinya itu lembut.

Gio menatap tepat ke mata istrinya yang juga memandangnya. Dia tersenyum lalu menundukkan wajahnya berniat mencium bibir Zia.

"Masih sore." Zia menahan wajah Gio dengan tangannya. Giopun tersenyum dan malah menggelitik Zia hingga istrinya itu kegelian. Lalu Gio peluk tubuh istrinya itu.

"I love you, sayang."

"Aku tau," sahut Zia ikut tersenyum. Dia terkekeh saat merasakan Gio mengecup pipinya.

"Makasih udah mau jadi istri aku," bisik Gio yang diangguki Zia.

Gio masih memeluk Zia dan menyenderkan wajahnya di lekukan sang istri. Dia paling suka sekali menciumi aroma tubuh Zia.

"Kok bisa-bisanya kalian yang udah kelas tiga yang diikutin olimpiade? Biasanya yang kelas dua?" tanya Gio heran karena mengingat biasanya kalau sudah kelas tiga jarang diikutkan olimpiade seperti itu.

"Katanya sih emang khusus buat yang kelas tiga. Mungkin sekalian buat kampus promosi kali. Kan sebentar lagi kami bakal lulus terus bakal lanjutin ke kuliah gitu," jelas Zia.

"Iya juga sih. Tapi Keisha kok ga ikut?"

"Dia ga mau."

"Oh. Emang nanti setelah lulus kamu mau kuliah di mana?"

"Belum tau. Aku masih bingung soalnya."

"Di kampus yang sama aku aja ya. Biar aku ga jauh-jauh dari kamu."

"Aku itu mau kuliah. Bukan mau dekat-dekat kamu aja. Ya masa dari sekolah sampai kuliah samaan mulu."

"Ya ga papa dong."

"Liat nanti aja lah."

***

Setelah selesai makan malam, Gio bersama keluarganya kumpul di ruang tengah sambil berbincang-bincang.

"Ke kamar yuk," bisik Gio pelan pada Zia. Zia yang mendengar itupun melototi Gio dan mencubit pinggangnya. Bisa-bisa Gio berpikiran seperti itu di saat mereka lagi kumpul seperti ini.

"Kenapa Zi?" tanya Keisha saat menyadari abang dan sahabatnya itu saling pandang.

"Mau tau aja."

Keisha mendengus sebal saat bukan Zia yang menjawab pertanyaannya itu melainkan abangnya. Apalagi Gio juga sambil mencubit hidungnya yang membuatnya semakin kesal.

"Kalian ini ribut mulu. Kapan akurnya sih?" tanya Kayla geleng-geleng kepala. Dua anaknya itu sudah sama-sama besar. Apalagi Gio juga sudah menikah namun masih saja suka menjahili Keisha.

GIOZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang