Part 7.

12K 781 91
                                    

Keisha mengernyitkan keningnya melihat Zia yang dari tadi melamun saja. Bahkan sahabatnya itu tak begitu mendengarkan penjelasan guru di depan kelas. Dia pun menyikut pelan siku Zia untuk menyadarkannya.

"Zi, kamu ngelamunin apa?" tanya Keisha pelan agar tak terdengar oleh guru.

"Ga papa kok Kei."

Keisha semakin bingung saja. Dia sudah hafal betul kalau Zia berkata 'ga papa' itu malah artinya ada apa-apa. "Kenapa sama abang aku?" tanya Keisha lagi. Apalagi yang bisa membuat Zia melamun kalau bukan tentang abangnya itu kan? Pastinya tidak ada.

"Nanti aja ceritanya. Nanti kita dihukum kalau ketahuan ngobrol."

"Tapi janji nanti ceritain. Kalau engga aku ngambek loh."

"Iya-iya."

Setelah beberapa jam belajar Kimia dengan rumus-rumus yang membuat pusing itu. Akhirnya tibalah waktu istirahat. Guru yang tadi mengajar sudah keluar kelas beberapa menit yang lalu. Teman-teman sekelasnya pun sudah pada keluar dan menuju kantin. Sementara Keisha masih bertahan di tempatnya dan mendesak Zia untuk bercerita.

"Jadi sebenarnya ada apa?" tanya Keisha langsung.

"Aku jadi ragu kalau abang kamu beneran cinta sama aku Kei," ujar Zia pelan. Keisha yang mendengar itu tentu saja semakin heran dibuatnya. Setahunya abangnya sangat mencintai Zia.

"Kenapa?"

"Kamu tau kan kalau aku udah pernah begituan sama abang kamu? Ya aku pikir dia cuma nafsu sama aku. Bukan cinta."

"Kamu kenapa bisa mikir kayak gitu? Bukannya kita berdua tau kalau abang aku itu cinta banget sama kamu?"

"Masalahnya yang aku rasa. Selama ini dia cuma mau tubuh aku. Dia akhir-akhir ini sering banget ngelakuin itu. Bahkan yang lebih parahnya kemarin dia gituin aku di toilet kafe. Gimana bisa aku ga mikir kalau abang kamu cuma mau tubuh aku aja Kei," lirih Zia.

"Abang aku gituin kamu di toilet kafe? Seriusan?"

"Iya. Makanya itu yang bikin aku takut. Makin hari nafsu dia makin ga terkontrol. Aku takut ketahuan dan hamil."

"Kamu udah coba bilang ketakutan kamu ini sama dia?"

"Udah."

"Terus jawaban dia?"

"Dia bakal lebih hati-hati."

"Hh.. kalau menurut aku abang aku itu cinta sama kamu Zi. Ya cuma hasrat dia ke kamu itu terlalu besar. Makanya dia mau gituin kamu terus."

"Tapi enak kan pas dia gituin hayo?"

"Apa sih Kei!"

"Jujur aja deh. Enak kan pasti? Makanya abang aku aja ketagihan gituin kamu."

"Iya enak. Puas?" kesal Zia.

"Ya gak puas lah. Soalnya aku kan belum pernah wkwk," kekeh Keisha.

"Makanya jangan coba-coba. Cukup aku sama abang kamu aja yang begini."

"Iya kakak ipar. Lagian mau coba sama siapa juga. Pacar aja ga punya."

***

Sudah dua hari berlalu sejak kejadian di perpustakaan waktu itu. Gio tak begitu memperdulikan ucapan orang itu. Dia masih santai saja bersama teman-temannya. Hingga akhirnya dia terkejut saat papanya menelpon dan menyuruhnya ke ruangan sang papa.

Gio melangkahkan kakinya menuju ruangan papanya itu. Dia ketuk pintu ruangannya lebih dulu. Setelah dipersilahkan masuk barulah dia membuka dan melangkah ke dalam ruangan itu.

GIOZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang