Part 19

7.8K 596 41
                                    

Ulangan semester Zia dan Keisha telah usai. Tentu saja mereka berdua mendapatkan hasil yang memuaskan. Kini mereka hanya harus fokus pada persiapan try out, Ujian Nasional dan ujian-ujian lainnya untuk kelulusan sekolah.

"Ngapa sih Kei. Mukanya gitu amat?" tanya Zia karena melihat muka cemberut sahabat sekaligus adik iparnya itu.

"Nyesel aku ikut kalian. Jadi obat nyamuk doang," keluh Keisha. Bagaimana tidak, yang dia lihat Zia dan abangnya selalu saja bermesraan. Dia jadi menyesal mengiyakan ajakan mereka untuk makan bakso bersama. Kalau tau seperti ini lebih baik dia tidak usah ikut saja.

"Udah jangan cemberut. Nanti cantiknya ilang terus pindah ke Zia," sahut Gio.

"Di mata abang kan Zia emang segala-galanya. Ga mau tau kalian harus traktir aku sepuasnya. Siapa suruh jadiin aku obat nyamuk."

"Iya-iya. Tapi jangan banyak-banyak. Gendut nanti ga ada yang suka loh."

"Abanggg!"

Keisha kesal dan mencubit pinggang Gio. "Doain adiknya begitu amat."

Sementara itu Zia hanya tersenyum saja melihat Gio dan Keisha. Kakak beradik itu sudah begitu dari dulu. Mereka suka berdebat tapi pada dasarnya saling menyayangi.

"Tambah lagi gak sayang?" tanya Gio pada Zia.

"Enggak. Udah cukup kok," sahut Zia tersenyum. Giopun ikut tersenyum dan mengacak rambut Zia.

"Mulai lagi dah," cibir Keisha yang membuat keduanya terkekeh. "Nasib jomblo emang. Kapan coba aku punya pacar juga?"

"Sama sahabat abang mau Kei?"

"Ogah! Paling sebelas dua belas sifatnya kayak abang. Mesum!"

"Enak kali dimesumin, tanya aja Zia nih. Tapi kalau udah nikah ya, kalau belum jangan coba-coba."

"Iya dah serahlah yang udah nikah mah bebas."

***

Hari demi hari berlalu begitu cepat. Zia dan Keisha pun mulai sibuk dengan semester akhir sekolah mereka. Banyak hal yang harus mereka persiapkan untuk menghadapi ujian. Salah satunya dengan giat belajar.

Saat ini Keisha sedang menemani Zia ke toilet setelah selesai try out mereka yang pertama. Dia menunggu di depan wastafel seraya merapikan penampilannya. Keningnya mengkerut begitu tak sengaja mendengar suara Zia yang muntah-muntah di dalam sana. Karena khawatir dia pun langsung mengetuk pintu toilet itu.

"Zi kamu ga papa?"

Tak ada sahutan dari Zia karena Keisha masih bisa mendengar suara muntahan. Lalu kemudian dia mendengar suara air yang dihidupkan. Tak lama setelah itu pintu toilet pun terbuka menampilkan wajah Zia yang pucat.

"Aku ga papa Kei."

"Serius? Tapi wajah kamu pucat loh."

"Iya paling masuk angin aja," sahut Zia lagi.

Mereka berdua sama-sama terdiam begitu melihat ada yang memasuki toilet itu juga.

"Loh Kei, Zia kenapa? Kok mukanya pucat?" tanya Clara, teman sekelas mereka.

"Masuk angin kayaknya dia. Tadi muntah-muntah soalnya," jawab Keisha.

Clara nampak mengernyitkan keningnya. Lalu dia memandang Zia dari atas ke bawah. "Syukur deh kalo cuma masuk angin aja. Takutnya kan Zia hamil gitu."

"Maksud lo?" tanya Keisha.

"Ya kan kita pada tau kalau Zia pacaran sama abang lo Kei. Kali aja mereka pernah begituan terus Zia hamil. Tapi syukur deh kalo cuma masuk angin aja."

GIOZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang