KRINGG.....
Bel istirahat berbunyi,semua murid berhamburan keluar kelas tapi tidak dengan Nindia dan Fania.Dua orang itu masih di dalam kelas karena Fania mendapatkan hukuman untuk menghapus papan tulis dulu sebelum keluar kelas.
"Siyapp...udah ah yuk Nin ke lapangan"Ucap Fania sambil meletakkan penghapus
"Ngapain ke lapangan?"Nindia bingung mendengar ajakan Fania
"Nonton anak cowok main basket,ehh lu tau gak?Katanya hari ini yang main anak 12 MIPA 3 lohh..itu kan kelasnya Risco,cowok yang lu taksir"Fania berucap sambil menyenggol lengan Nindia.Ia sengaja memancing-mancing Nindia.
Nindia malu mendengar hal itu,apakah kentara kali kalau selama ini ia diam-diam suka Risco?Tapi seingatnya ia selalu berusaha untuk biasa-biasa saja kalau bertemu dengan Risco ataupun ketika Fania membahas mengenai Risco.Memang insting seorang Playgirls tidak bisa ditandingi
"Ihhh ihh tuh kan malu tuh,mukanya merah-merah gitu"Fania mencolek-colek dagunya
"Apaan sih"Nindia menepis tangan Fania
"Udahlah gak usah sok malu-malu gitu,kalau emang suka ya gapapa gak usah merona gitu"
"Emangnya keliatan banget yah?'Nindia bertanya sambil memandang Fania dengan tatapan penasaran
"Yaiyalah,gimana gak keliatan coba..tiap kali dia main basket pasti mata kamu itu berbinar-binar"
"Berarti kamu sering perhatiin aku dong?"
"Biarpun gini-gini,aku juga tipe yang peduli dengan sahabatnya..hal sekecil apapun aku perhatiin"
"Ihhh so sweeeet"Ujar Nindia mencubit gemas Pipi Fania
"Lepas jijik ah,udah kelapangan yuk"Fania langsung menyeret tangan Nindia menuju lapangan
Nindia dan Fania mengambil tempat duduk yang strategis,dimana mereka bisa melihat pertandingan dengan leluasa tanpa dihalangi oleh siswi-siswi.
Nindia melihat sosok yang paling mencolok dilapangan tersebut. Sosok dengan tubuhnya yang tinggi,kulitnya yang tetap putih walaupun sering terkena panas matahari,hidungnya yang mancung,bibirnya yang tipis,dan rambutnya yang hitam membuat semua siswi di sekolah menyukainya.Ditambah lagi sikapnya yang ramah dan baik hati membuat semua kaum hawa tergila-gila padanya,bahkan tak heran jika dia sering mendapat surat cinta dan sampai ada yang nekat menembaknya.Tapi tak ada satupun dari mereka yang mampu meluluhkan hatinya.
Nindia terus memandanginya hingga beberapa detik kemudian mata mereka bertemu
Untuk beberapa saat mereka saling berpandangan dan tiba-tiba cowok itu menyunggingkan senyum manis kepadanya..
Sesaat ia terpaku dengan keadaan,Ia tak percaya bahwa seorang Risco tersenyum kepadanya.Ini merupakan sebuah keajaiban
Nindia tersadar dari lamunannya ketika sebuah tepukan mendarat di bahunya.
"Hoii ngelamun aja lo,gak usah segitunya ngeliatin Risco"
"E...ehh en..nggakk kok'Ucap Nindia gugup
"Heleh ngeles aja lo kek bajai"
Jantung Nindia berdetak kencang.Jujur,baru kali ini ia merasakan perasaan seperti ini.Hahhhh ingatkan dia untuk memeriksakan jantungnya ke dokter,mana tau ada yang bermasalah.
Nindia baru saja melangkahkan kakinya ke dalam rumah.Ia meletakkan sepatunya yang berada tak jauh dari pintu masuk .Ketika ia berjalan melewati Ruang keluarga,Sesaat ia melihat sosok papa nya tengah duduk bersantai membaca koran dengan layar tv yang menyala.Nindia bersikap acuh dan meneruskan jalannya menuju kamar,namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika seseorang memanggilnya.
"Nindia,jam berapa sekarang?Sekolah apa yang pulang sampai sore-sore begini?"Tanya Satya yang sudah meletakkan korannya di atas meja dan berjalan ke arah Nindia."Kadang saya menjadi ragu,apakah kamu benar pergi ke sekolah atau keluyuran kemana-mana"
Nindia yang tadinya masih membelakangi Satya sekarang merubah posisinya berbalik memandangi Satya
"Nindia bener ke sekolah pah,gak pernah keluyuran kemana-mana.Cuma tadi Nindia pergi ke perpus dulu buat mencari beberapa materi untuk persiapan ujian akhir nanti,makanya Nindia pulang agak lambat"Terang Nindia kepada papa nya yang tampak mulai mempercayainya
"Baiklah kali ini saya maafkan,ini karena saya tidak mau para tetangga menilai saya buruk tentang mendidik kamu. Membiarkan anak gadis pulang malam walaupun saya sama sekali tidak peduli dengan kamu"
Setelah mengatakan itu, Satya melewati Nindia begitu saja tanpa sepatah katapun.
Sementara Nindia masih terpaku di tempat karena ucapan Satya barusan.
"Ya Allah,kenapa papa selalu bersikap seperti ini padaku.Aku ingin sekaliii saja papa memperlakukanku sebagai anak nya.Aku ingin disayang papa Ya Allah"Gumam Nindia kepada diri nya sendiri
Setelah itu Nindia berjalan menuju kamarnya dam bersiap untuk membantu Bunda nya untuk menyiapkan makan malam.
halooo para pembaca "Rembulan"..
jadi,supaya lebih mudah aku ingin menetapkan nama untuk semua pembaca rembulan.Mulai sekarang aku akan manggil kalian Remders.Jadi gimana?setuju gak?Komen yang banyak yah kalau kalian setuju..
okey see you in the next part guys..
YOU ARE READING
Rembulan
Romance{PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT} Nindia Ayu Kusuma Seorang gadis berusia 18 tahun yang tak pernah mendapatkan kasih sayang orang tua sedari kecil.Ayah nya begitu membencinya karena kesalahpahaman dengan mendiang istrinya,Ibu Nindia. Berbagai cacian dan...