PART 4

43 2 0
                                    

LET'S ENJOY THIS PART

****

Sore itu Nindia masih setia duduk di sebuah halte umum yang tak jauh dari sekolahnya.Sudah 30 menit dia menunggu,tapi tidak ada satupun angkutan umum yang lewat.Nindia semakin gelisah,langit terlihat mendung menandakan akan turun hujan tapi Ia tak tau dengan siapa akan pulang ke rumah.Ia tak ingin merepotkan bundanya dan tidak mungkin juga untuk menelpon adiknya karena mengingat adiknya tidak bisa membawa kendaraan.Lalu, terlintas dipikirannya untuk menelpon papanya.Tapi,apakah mungkin papanya ingin menjemputnya ke sekolah?Ia ragu akan hal itu.Namun akhirnya ia tetap mencoba untuk menelpon sang papa.

Nindia mengeluarkan ponselnya dari saku roknya dan mencari salah satu kontak di sana.

Dering pertama berbunyi..

Dering kedua..

Ketiga ...

Keempat...

Dan demikianlah seterusnya,tak terdengar suara seseorang dari seberang sana hingga panggilan tersebut berakhir.

Nindia tetap berpositif thinking,mungkin saja papa nya sedang sibuk jadi tidak sempat untuk mengangkat telponnya. tak berputus asa,ia mencoba menelpon papanya kembali

"Haloo" akhirnya terdengar suara dari seberang sana

"Halo pah,papa sibuk?Nindia udah pulang sekolah dari tadi pah, tapi gak ada angkot yang lewat.Nindia bingung mau pulang sama siapa.Papa bisa jemput Nindia?"Ucap Nindia penuh harap

"Gak bisa,saya sibuk.Kamu tunggu saja angkotnya sebentar lagi"ucap Satya terdengar ketus

"Tapi pah,di sini sepi dan langit mulai mendung"Nindia memandang langit yang sepertinya akan menumpahkan air matanya ke bumi

"Sudah saya bilang saya sibuk.Kamu pulang saja sendiri dan jangan telpon saya lagi"...tut tutt tutt.

Panggilan berakhir begitu saja menyisakan Nindia yang termenung seorang diri di sebuah halte yang sepi.Tak lama kemudian,terdengar suara klakson motor,Nindia memandang ke depan dan benar saja,ada sebuah motor yang berhenti tepat di depannya.Nindia tak bisa mengenali sosok yang mengendarai motor tersebut karena orang itu mengenakan helm full face.Lalu,orang tersebut membuka kaca helm nya dan tersenyum ke arah Nindia.Senyum yang begitu dikenali oleh Nindia,senyum yang mampu meluluhkan hati seluruh siswi di SMA nya,siapa lagi kalau bukan Risco Rahadian.

"Lo kenapa masih di sini?"lamunan Nindia buyar mendengar pertanyaan Risco

"O..ohhh aku mau pulang tapi gak ada angkot"

"Bareng gue yuk?"Ucap Risco sambil menepuk tempat duduk yang kosong dibelakangnya

"Ehh bareng kamu?apa gapapa?"Tanya Nindia hati-hati karena ia takut jika nantinya fans Risco akan melihatnya boncengan dengan sang idola

"Gapapa,yuk naik nanti keburu hujan"Ucap Risco menarik tangan Nindia mendekat ke arah motornya

Nindia akhirnya menerima tawaran Risco karena tak ada pilihan lain.

"Nih pakai"Risco menyodorkan sebuah helm yang berukuran lebih kecil dari punya nya

"Ehh kok kamu bawa dua helm?"Tanya Nindia heran karena seingatnya Risco selalu bawa motor sendiri

"Oh ini?Tadi abis dari rumah tante nganterin adek gue.yaudah buruan naik"ucap Risco mendesak Nindia untuk segera naik kemotornya

"Iya-iya"

Setelah Nindia naik kemotor,Risco langsung menggas motornya membelah jalanan yang agak lumayan sepi.Tak sampai setengah perjalanan,hujan langsung turun dengan deras mengguyur kota.Dengan cepat,Risco langsung menepikan motornya ke sebuah rumah makan yang kebetulan tutup.

"Yah kok pake hujan segala sih,belum juga nyampe"Risco menggerutu sambil melepas helm dan jaketnya

"Bukan hujannya yang salah,tapi kamu yang lambat bawa motornya"Ucap Nindia cekikikan

"Lah kok gue?Bukannya lo yang lama banget tadi naik motornya?pake acara mikir-mikir segala lagi.Emangnya gue mau culik lo apa?"Ucap Risco dengan cemberut karena tak terima disalahkan oleh Nindia

"Hehe iya maaf deh"Nindia tersenyum

Risco terpana melihat senyum itu,mau tak mau ia juga ikut tersenyum.

Sudah lebih dari 10 menit mereka menunggu,tapi hujan juga tak kunjung reda.

"Kok hujannya gak berenti yah?"Ucap Nindia

Tiba-tiba Risco menawarkan sebuah ide kepada Nindia

"Lo mau seru-seruan gak?"tanya Risco memandang Nindia

"Seru-seruan apa?"Tanya Nindia heran

"Kita hujan-hujanan yuk pulangnya,udah lama gak main hujan.Pasti seru.Yah itu kalo lo mau,kalo gak mau gapapa sih.Gue juga gak mau lo sakit gara hujan-hujanan"

"Boleh"ucap Nindia

"Gak usah dipaksain kalo gak mau,gue juga iseng kok tadi"

"Serius gapapa,aku juga kangen main hujan.Dulu waktu kecil aku sering main hujan di teras belakang rumah.Yah walaupun setelah itu kena marah papa sih"ucap Nindia terkecuali kalimat terakhirnya

"Yaudah kalo gitu,tapi pake jaket gue yah,biar gak terlalu dingin"Risco memasangkan jaket yang tadi tersampir dibahunya ke Nindia

"Ehh gak usah,kamu aja yang pakai,kan kamu yang di depan"Tolak Nindia

"Pakai aja kenapa sih,nolak mulu,lama-lama gak jadi pulang nih"Ujar Risco yang sudah mulai kesal dengan penolakan Nindia

"iya-iya"Akhirnya Nindia mengalah dan menerima jaket tersebut

Mereka naik ke motor dan memakai helm.Risco mulai menstater motornya.

"Pegangan yang erat jangan sampai jatuh,gue bakalan laju bawa motornya'Ujar Risco

"Iya"Nindia berpegangan ke bahu Risco

Risco kesal melihat Nindia berpegangan di bahu nya

"Ckk,bukan situ pegangnya,di sini"Risco mengambil tangan Nindia dan mengalungkan di pinggangnya

Nindia terkejut mendapat perlakuan seperti itu dari Risco.Ia merasa pipinya sudah merona sekarang.Untung saja posisinya sekarang membuatnya tidak bisa dilihat oleh Risco,jadi Risco tak akan melihat pipinya yang sudah merona karena perlakuannya.

"Siap?"Tanya Risco

"Siap"Nindia mengucapkannya dengan lantang

Mereka mulai meninggalkan rumah makan tersebut dan pulang dengan menghadang hujan yang tidak terlalu deras seperti tadi tapi tetap juga akan membuat mereka basah kuyup jika sampai rumah nanti.

Di tengah perjalanan,Nindia yang duduk di belakang memandang baju Risco yang sudah basah.Ia bisa melihat dengan jelas punggung Risco karena ternyata kaos yang dikenakannya sangat tipis.Nindia merasa bersalah karena sudah memakai jaketnya dan merepotkannya seperti ini.

"RISCO KAMU GAK DINGIN?KAOS KAMU TIPIS BANGET"Nindia sedikit berteriak karena derasnya hujan dan suara mesin motor membuat suaranya menjadi tidak terdengar oleh Risco

"APA?LO MAU PIPIS?"

Tuh kan,Risco tidak terlalu mendengar suara Nindia.

"BUKAN PIPIS TAPI TIPIS.KAOS KAMU TIPIS"

"OHH..GAPAPA SANS AJA, UDAH BIASA.BENTAR LAGI JUGA NYAMPE"Ujar Risco

Nindia akhirnya diam dan menikmati momen langka nya dengan Risco. Ia tersenyum dan merasa bahagia.Untuk sesaat,ia merasakan bahagia berdekatan dengan Risco dan melupakan kesedihannya tadi.Ia berharap bisa seperti ini lagi dengan Risco,yah walaupun ia tau itu semua hanya mimpi yang tak akan terwujud.

Cek ig : 

RembulanWhere stories live. Discover now