Natalia tidak mempersiapkan apa pun saat bertemu dengan Dante. Barangkali pria itu akan datang dalam beberapa hari ke depan setelah Jacob sengaja mengekspos dirinya secara terang-terangan, tidak secepat dan semendadak ini. Apalagi Janet berkata jika hanya akan ada reporter dan kameramen saja dari Thomps Media. Tidak ada nama Dante sama sekali.
Rasanya pelukan Dante seperti merenggut sebagian akal sehatnya. Natalia bahkan sampai lupa bagaimana caranya bernapas. Tubuhnya sontak menegang dalam dekapan seorang pria yang sejujurnya sangat tidak ingin ia temui lagi sepanjang hidupnya.
“Apa kau gila, Dante?!”
Suara bernadakan tinggi itu membuat Natalia tersadar dengan apa yang sedang terjadi. Segera ia menarik paksa dirinya dari pelukan Dante, mengambil jarak sejauh mungkin sambil menelan ludah berkali-kali untuk mengurangi rasa gugup yang datang tanpa diundang.
Pekikan tajam itu berasal dari Shopie. Natalia sempat berkenalan dengan wanita itu—yang nantinya akan bertugas mewawancarainya. Ia merasa beruntung karena teriakan Shopie. Walau sejujurnya ia cukup heran kenapa wanita itu memanggil nama Dante dengan sebutan yang kurang sopan. Padahal, Dante adalah atasannya.
Ah! Tapi itu bukan urusannya. Yang jelas ia sudah terselamatkan dari pelukan itu.
“Bagaimana kalau Nona Dixon membatalkan wawancara ini karena sikap tidak sopanmu? Dan kenapa kau tiba-tiba memeluknya?”
Natalia menyaksikan dengan sisa-sisa rasa gugup dan kagetnya jika saat ini Shopie tengah menegur Dante. Kendati wanita itu mencoba untuk berbisik pada Dante, ia masih dapat mendengarnya.
Lagi-lagi hal itu mengundang keheranannya. Baru kali ini ia menemui seorang bawahan yang dengan beraninya memarahi atasannya sendiri.
“Tidak apa-apa. Mari lanjutkan wawancara kita,” ucap Natalia saat ia mendapati Dante dan Shopie mulai berdebat. “Tetapi kalau boleh, aku tidak ingin Tuan Thompson berada di sini.”
“Kalau begitu, lebih baik wawancara ini dibatalkan saja,” balas Dante dengan senyum setengah yang ditujukan pada Natalia.
Sementara pernyataannya membuat Shopie beserta tim liputan yang lain membelalak terkejut. Berbeda dengan Natalia yang masih mempertahankan senyum anggunnya, mencoba untuk tidak terpengaruh dengan Dante yang ingin mengontrol keadaan.
“Pergi dari sini atau kupecat?” ancam Dante pada tim liputan yang langsung dilaksanakan begitu saja. Termasuk Shopie yang sejak awal terus-terusan membantahnya. Sepertinya wanita itu mulai lelah menghadapi Dante yang dianggapnya sudah tidak waras.
“Kalau memang wawancaranya tidak jadi, kau juga bisa pergi. Aku sibuk.” Natalia berbicara dengan nada datar walau kegugupannya belum bisa dikendalikan.
Dante berjalan ke arah pintu ruangan ini, menutup pintunya dengan rapat begitu tim liputan dari Thomps Media sudah tak tampak lagi di penglihatannya. Bersikap seakan-akan ruangan ini adalah miliknya.
Sementara sang empunya ruangan mulai gelisah. Natalia bergerak tidak nyaman. Ada jarak sekitar lima langkah dengan Dante. Ia sudah mengambil ancang-ancang untuk mundur jika pria itu bergerak mendekatinya.
“Jangan mendekat.” Natalia langsung memberi peringatan begitu Dante berjalan ke arahnya dengan gerakan santai dan seringaiannya. “Aku akan menelepon satpam untuk mengusirmu kalau kau terus mendekatiku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Slept with the Billionaire
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Kalau saja bisa, Natalia ingin menghapus ingatannya di masa lalu. Semata-mata agar ia tak lagi terjebak bersama penyesalannya karena pernah menjadi "teman tidur" seorang Dante Thompson. Namun, hal itu jelas tak mungkin...