Sudah terhitung tiga hari sejak hari dimana Rania dirawat, dan kemarin ia sudah diijinkan untuk pulang. Sejak kemarin, Rania terus dibuat heran dengan sikap kedua kakaknya yang tiba-tiba berubah. Bahkan kemarin malam, Lia datang ke kamarnya hanya untuk meminta maaf karena telah membuatnya jatuh sakit.
Sekarang, mereka bertiga sedang melakukan rutinitas pagi seperti biasa, yaitu sarapan. Namun yang membedakan adalah interaksi yang dilakukan mereka bertiga. Ralat, hanya kedua gadis yang lebih tua. Rania hanya sesekali ikut dalam obrolan karena ia masih canggung dengan suasana ini.
"Em...kak aku pergi sekolah dulu ya"
"Tidak mau pergi bersama kami?" Tanya Agatha yang juga sudah selesai dengan sarapannya.
"Aku naik sepeda saja, lagipula arahnya berlawanan" jawab Rania sambil memakai sepatunya.
"Tidak tidak, kau jangan terlalu lelah. Pokoknya kita akan pergi bersama, titik." Balas Lia yang juga sudah selesai dengan sarapannya dan meletakan piring kotor ke dalam wastafel.
"Tunggu aku mencuci ini sebentar, setelah itu kita pergi bersama"
Rania mau tidak mau mengikuti keinginan kedua kakaknya, setelah menangkap tatapan tidak mau dibantah dari Agatha. Walau terpaksa, di dalam hatinya ia merasa senang karena kakak-kakaknya mulai kembali menyayanginya seperti dulu.
"Ayo berangkat" ucap Lia yang sudah selesai dengan urusan mencucinya lalu beranjak keluar disusul Agatha dan Rania.
.
.
.
.
."Belajar yang benar, aku akan menjemputmu nanti" ucap Agatha saat Rania turun dari mobil.
"Iya, hati-hati kak" balas Rania melambaikan tangannya sebelum memasuki gerbang sekolah.
"Hah...berapa lama kita harus seperti ini? Baru tiga hari saja aku sudah muak" keluh Lia saat mobil mereka sudah pergi dari sekolah Rania.
"Sabarlah sedikit, anak itu harus percaya dulu dengan kita" jawab Agatha disambut helaan kasar dari Lia.
.
.
.
.
.Tiga sekawan yang sering disebut 'Pilar Sekolah' sedang berada di kantin saat ini untuk mengisi perut kosong mereka. Julukan 'Pilar Sekolah' diberikan pada mereka atas prestasinya di bidang masing-masing yang mampu membawa nama sekolah mereka semakin tinggi.
Seperti Deana yang sering mengikuti ajang kompetisi menyanyi, baik tingkat provinsi sampai nasional. Yuta dengan kegiatan basketnya dan Rania dengan pertunjukan biolanya. Karena itu tidak jarang mereka menjadi bahan perbincangan murid-murid lainnya.
"Ran kau diantar tadi pagi? Biasanya kau naik sepeda" tanya Yuta disela makan mereka.
"Ah itu... iya aku diantar"
"Diantar bibi Tifanny? Tidak biasanya..." sambar Deana disetujui Yuta, karena yang mereka tahu Tifanny adalah wanita karir yang sibuk.
"Bukan, aku diantar kak Aga dan Kak Lia" jawaban Rania menimbulkan raut terkejut diwajah kedua temannya.
"Kak Agatha dan Kak Lia? Kedua kakak yang membencimu itu?. Kau sudah berbaikan dengan mereka?" Tanya Yuta beruntun. Deana pun tak kalah penasaran menunggu penjelasan Rania.
"Hm...sepertinya sudah. Kau ingat saat aku ijin tidak masuk karena sakit kemarin? Sejak hari itu sikap mereka berubah"
"Kau......tidak curiga?" Bisik yuta mulai mencondongkan badannya mendekat.
"Curiga kenapa?"
"Jangan-jangan mereka ada maksud lain. Kau tahu seperti di film-film, selalu ada rencana jahat dibalik perlakuan manis musuh"

KAMU SEDANG MEMBACA
FAULT [END]
General FictionOrangtua adalah sosok yang sangat berarti bagi setiap orang didalam kehidupan mereka. Namun, bagaimana jika sosok itu harus pergi lebih cepat dari yang seharusnya? Menorehkan luka mendalam bagi yang ditinggalkan. Rania Akcaya, si bungsu dari keluarg...