13

50 4 0
                                    

Matahari bersinar cerah diatas sana, mencurahkan sinar hangatnya bagi sebagian penduduk bumi. Termasuk seorang gadis yang sedang duduk menunduk di taman salah satu rumah sakit. Bosan hanya berbaring selama satu minggu di ruangannya, Rania kabur dari kamarnya saat tidak ada yang menjaganya.

Tangannya meremukkan satu keping biskuit yang dibawanya, lalu diberikan pada burung-burung merpati yang ada disana. Bibirnya yang pucat melekuk tersenyum hanya dengan menyaksikan para burung dihadapannya.

"Kalian masih lapar? Biskuitnya sudah habis.." ujar Rania menunjukkan bungkus kosong.

Namun seketika para burung merpati itu terbang menjauh saat seseorang datang dan duduk disebelah Rania. Melirik sekilas, Rania menghela nafasnya kemudian bangkit berdiri hendak pergi dari taman.

"Mau kemana? Duduklah dulu.." ujar gadis itu menahan tangan Rania.

"Aku ingin mengobrol denganmu" lanjut gadis itu. Tidak menjawab, Rania kembali duduk di tempatnya.

"Sudah lama ya kita tidak ke taman berdua... Maaf aku dan Lia terlalu sibuk hingga jarang menghabiskan waktu bersamamu" ucap Agatha tersenyum tipis.

"Tidak perlu merasa bersalah, lagipula aku hanya beban bagi kalian..."

"Apa maksudmu?? Kenapa kau berpikir seperti itu?" Bingung Agatha.

"Hah....berhentilah peduli padaku, kalau itu hanya sandiwara." Rania berdiri dan hendak pergi dari taman, namun Agatha kembali menahan tangannya.

"Jelaskan maksud ucapanmu, kenapa kau bicara seperti itu??"

"Kenapa? Itu benar kan?. Kalian tidak benar-benar menerimaku..!! Kalian hanya ingin mempermainkanku, iya kan?!!!" Bentak Rania menarik perhatian orang-orang disekitar mereka.

"Aku sudah tahu rencana kalian, jadi mulai sekarang tidak usah bersikap baik lagi padaku"

Rania melenggang pergi mendorong tiang infusnya, meninggalkan Agatha yang masih terduduk diam mencerna semua ucapan Rania. Beberapa pasien yang ada di taman mulai berbisik-bisik membicarakan mereka berdua.

"Apa yang dia maksud..???" Batin Agatha menatap bingung kepergian Rania.

.
.
.
.
.

Siang hari, ruang rawat Rania terlihat lebih berwarna dengan kehadiran dua orang temannya, Yuta dan Deana. Mereka langsung  datang menjenguk Rania selepas pulang sekolah. Dua temannya itu berhasil membuat senyum muncul diwajah Rania yang telah hilang seminggu belakangan ini. Bahkan Rania tidak menyadari kedatangan kedua kakaknya karena terlalu senang berbincang.

"Jadi, apa kau akan melakukannya kali ini?" Tanya Yuta yang sibuk mengupas apel untuk Rania.

"Tidak, aku tidak akan melakukannya"

"Oh...oke"

"K-kau tidak marah..?" Rania menatap bingung Yuta saat mendengar reaksinya.

"Terus kau mau aku marah-marah begitu?, itu hak mu mau melakukannya atau tidak. Lagipula kau pasti punya alasan kenapa menolaknya kan?" balas Yuta yang tanpa sadar mengundang tatapan tajam dua orang dewasa dibelakang mereka.

"Ya tentu aku punya alasan, tapi rahasia " jawab Ran menjulurkan lidahnya.

"Ehem..."

Rania terperanjat kaget mendengar suara dari seberang kasurnya. Dilihatnya dua wanita dewasa yang menatap tajam mereka bertiga, namun Deana dan Yuta tetap bersikap biasa saja. Selesai menyuapi apel untuk Rania, mereka berdua berpamitan untuk pulang karena hari sudah sore.

"Kami pulang dulu, akan kubawakan coklat nanti..." bisik Yuta diakhir ucapannya.

"Oke hati-hati dijalan.." balas Rania memeluk kedua sahabatnya sebelum mereka keluar.

FAULT  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang