10

52 5 2
                                    

Agatha dengan setelan kantornya, berjalan santai memasuki gedung perusahaan tempat ia bekerja. Sesekali tersenyum manis dan menundukkan kepala menyapa para karyawan lainnya. Kedua kakinya dituntun memasuki lift, dan menuju lantai 3 dimana ruangannya berada.

Sesampainya di lantai 3, Agatha langsung berjalan menuju ruangannya yang tidak jauh dari ruangan bibinya, Tifanny. Saat melewati ruangan Tifanny, tidak sengaja Agatha bertabrakan dengan seorang pria yang baru keluar dari ruangan bibinya.

Agatha dan pria itu terjatuh dengan berkas-berkas mereka berserakan dimana-mana. Dengan panik, pria itu langsung merapikan berkas-berkasnya dan pergi meninggalkan Agatha tanpa mengucap maaf, atau membantunya.

"Ish...tidak punya hati" gumam Agatha yang juga sibuk merapikan berkas-berkasnya.

Dengan hati dongkol, Agatha mulai melangkah menuju ruangannya yang tinggal beberapa langkah.

.
.
.
.
.

Hari ini, Rania dibuat heran oleh sikap kakak keduanya. Mulai dengan dibuatkan sarapan, diantar ke sekolah, hingga dijemput bahkan ditemani untuk check up. Sesuatu yang tidak pernah lagi Lia lakukan semenjak insiden tiga tahun lalu.

Sekarang, dua kakak beradik itu tengah duduk di lorong rumah sakit menunggu hasil pemeriksaannya keluar. Sejak keluar dari rumah sakit karena alerginya, Rania menjadi lebih sering sesak nafas walau tidak melakukan pekerjaan berat.

"Pasien Rania Akcaya.." panggil seorang suster

"Terima kasih sus" ucap Rania setelah menerima hasil pemeriksaannya.

"Berikan padaku" ucap Lia tepat saat Rania akan membuka hasilnya. Bersikap acuh, Rania menuruti kakaknya dan memberikan amplop putih itu pada Lia.

Lia sedikit membulatkan matanya melihat hasil Rontgen Rania juga laporan kesehatannya. Setiap kata dibacanya perlahan memastikan hal yang dilihatnya salah. Namun nyatanya, tidak ada yang berubah dari setiap rentetan huruf yang dibacanya.

"Kak Lia.."

"Kak?? Kak Lia..?" Rania menepuk pelan tangan Lia, menyadarkannya dari lamunan.

"I-iya..kenapa?" Tanya Lia menyimpan kertas putih itu kedalam tasnya.

"Kakak kenapa melamun? Bagaimana hasilnya?"

"Hanya kelelahan, ayo pulang" Lia langsung menggandeng tangan Rania, tidak menghiraukan tatapan bingung Rania.

.
.
.
.
.

Agatha yang sudah selesai membuat laporan tersentak kaget saat salah satu laporannya terjatuh dari tumpukan. Dengan malas ia mengambil benda tebal itu dari lantai, dan meletakannya kembali diatas tumpukan. Namun, gerakannya terhenti disaat membaca judul yang tertera di bagian atas laporan itu.

"Hasil penyelidikan kasus kecelakaan tunggal, sabtu 07 Juli 2017" gumam Agatha membaca setiap kata dari judul laporan itu.

Karena penasaran, Agatha mulai membaca laporan itu lembar demi lembar. Perhatiannya terfokus sepenuhnya, membaca dengan teliti tidak melewatkan satu informasi pun. Gerakannya terhenti dengan mata membulat, nafasnya tertahan melihat tulisan yang tertera disana.

"Ti-tidak mungkin..." gumamnya menatap sebaris kalimat yang tertera disana.

Dengan cepat ia bangkit dari kursinya, melangkah keluar dengan laporan tebal itu di tangannya menemui seseorang untuk diminta penjelasan.

Brak...

Tifanny terlonjak kaget saat pintu ruangannya dibuka kasar oleh keponakannya sendiri. Agatha datang menghampirinya dengan raut wajah yang tidak bisa ia jelaskan.

FAULT  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang