Author Pov.
'Tin..tin...tin..'
Dikediaman rumah keluarga Choi. Terdengar suara klakson mobil dari arah luar rumah menuju garasi.
Kevin yang sedari tadi hanya menatap jalan raya kosong yang dihiasi lampu-lampu jalan. Kini ia sampai dirumah nya. Kediaman keluarga Choi.
Kevin beranjak dari duduk nya, melewati halaman rumah, dan memasuki ruang utama. Terlihat kedua orang tua nya yang tengah duduk sambil menatap layar tv.
"Kevin.." Ucap Tuan Choi. Kevin hanya membalikkan tubuh nya menghadap kearah kedua orang tua nya.
"Sudah sampai? Kenapa tidak mengatakan pada Appa kalau kau ingin bertamu kerumah teman mu selepas pulang sekolah?" Tanya Tuan Choi.
"Kevin tidak bertamu. Hanya meneduh sebentar."
"Apa tadi hujannya sangat lebat? Pasti diluar sana sangat dingin. Terlebih sebentar lagi musim salju akan tiba. Kenapa tidak menelfon rumah saja? Jadi tidak perlu meneduh dirumah teman Appa mu." Ujar Nyonya Choi.
"Tidak begitu. Aku sudah mencoba beberapa kali menelfon telfon rumah, tapi tidak ada yang mengangkat nya. Lagi pula anak teman Appa itu kan teman Kevin juga. Sudah lah Eomma, Appa, Kevin ingin istirahat. Hari pertama disekolah baru cukup menguras tenaga sedikit." Ucap Kevin menjauh dari hadapan kedua orang tua nya.
Kedua nya hanya diam menatap punggung putra tunggal nya yang semakin menjauh dari nya. Sesekali melirik satu sama lain layak nya tengah melemparkan pertanyaan lewat tatapan mata mereka dengan bergantian.
~~~
"Aahhk.. Bukan kah ini sungguh nikmat. Badan ku terasa sedikit sakit dan lelah sekarang." Gumam Kevin sambil menidurkan badannya diatas ranjang empuk nya.
"Apa yang dikatakan Soo-ya benar? Kalau memang, aku merasa sedikit lebih tenang sekarang, karna besok aku tidak harus diam seperti tadi disekolah. Jujur saja. Diam berjam-jam di sekolah dan tidak melakukan apa-pun lebih lelah dan membosankan dibanding mengadu argumen dengan Hanna dan lari mencari tempat teduh dengan Soo-ya." Rengek nya sambil memegang daerah leher dan bahu nya.
Hembusan angin malam yang masuk lewat rongga jendela yang sedikit terbuka menyentuh indra perabah nya. Selaras dengan matanya yang semakin meredup menandakan lelah yang teukir di wajah pria berdarah Korea-Inggris itu. Memasuki alam mimpinya. Menantikan hari esok. Hari baru di kehidupan baru nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Author Pov.
Kicau-an burung terdengar menandakan pagi kan tiba. Seiring berjalannya detik-an jarum jam. Matahari membawa kehangatan nya. Menyinari sebagian bumi. Sinar nya menembus kamar seorang remaja pria. Mengisi setiap ruangan yang tak terhalang benda dengan cahaya nya. Menyelimuti seluruh tubuh pria itu dengan hangat nya sinar mentari. Merambat dan membiarkan cahaya itu mengenai wajah pria berdarah Korea-Inggris itu. Perlahan membuka mata hijau coklat nya. Beranjak dari tidur malam nya yang nikmat.
"Aahhhk... Sudah pagi? Kenapa terang sekali?" Lirih nya sambil meregangkan otot tubuh nya yang terasa sedikit pegal.
"Hmm..? Apa aku lupa menutup jendela kamar tadi malam? Ku rasa kemarin adalah hari yang cukup melelah kan untuk tubuh ku." Gumam nya seraya beranjak dari tempat tidur. Memasuki toilet kamar nya, dan bersiap untuk hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle in December
RomanceJisoo Pov Dear Dairy.. Bukankah semua orang memiliki takdir nya sendiri-sendiri? Walaupun begitu, bukankah mereka semua tidak bisa melihat, membuat, bahkan mengubah takdir dengan sendiri nya? Yaa.. begitu juga dengan kami. Maksud ku, aku dan ke-tiga...