Chapter 8

33 8 0
                                    

Author Pov.

Beberapa saat berlalu. Siswa dan siswi yang siap ber-olahraga pun mulai mendatangi lapangan olahraga.

Hanna dan Jisoo yang sedari tadi sudah berada ditengah lapangan dan bersiap untuk memulai pemanasan. Sedangkan Kevin dan Leon yang baru saja menuruni anak tangga dan langsung bergabung dengan Hanna dan Jisoo.

"Mau apa kalian? Apa mau mengintip lagi hahh?!" Ketus Hanna pada kedua teman pria nya itu.

"Shuttt... Tidak baik berburuk sangka pada orang lain, apa lagi pada orang seperti kami." Ucap Leon melirik Kevin dan Jisoo sambil sedikit meledek Hanna

"Tidak peduli!" Gumam Hanna. Jisoo hanya diam sambil tertawa kecil.

"Baik lahh semuanya. Mari kita mulai berbaris." Teriak seorang guru olahraga yang tengah berdiri ditengah lapangan.

Semua murid berbaris dan memulai pemanasan. Menit-menit pemanasan berlalu. Hembusan angin terasa sesekali. Langit semakin terang. Mentari pun ikut menemani iringan awan dengan riang. Memantul kan cahaya. Membuat bayangan diseluruh permukaan yang terkena sinar nya.

"Hari ini materi pembelajaran kita adalah permainan bola besar. Bola besar yang akan kita main kan adalah bola basket. Karna keterbatasan jumlah murid dalam kelas ini hanya ada 27 siswa. Jadi kita akan membentuk dua grup untuk menjadikannya dua tim. Pemain grup 1 terdiri dari no absen A-K. Dan sisa nya ada digrup 2, mengerti?"

"Mengerti."

Siswa dan siswi pun bergegas membentuk grup basket menjadi 2.

"Tunggu. Berarti cuma aku yang terpisah?. Kenapa guru itu jahat sekali sih. Aku akan bertukar dengan yang lain biar tetap bersama kalian."

"Maaf tuan Lee. Tapi guru olahraga kita sudah mententukan yang terbaik. Jadi kau tidak usah berbuat yang tidak-tidak deh." Celetuk Hanna.

"Curang.." Gumam Leon.

"Sudah lah.. Ini cuma permainan doang kok." Ucap Jisoo

"Yaudah ayo kesana. Tunggu, kecuali kau tuan Lee." Ledek Kevin.

"Dasar manusia-manusia aneh." Dengus Leon sebal.


    Permainan basket pun dimulai. Setiap pemain mempertahankan grup nya masing masing. Beberapa dari mereka ada yang mencoba mengiring, mengoper, bahkan merebut bola dari lawan. Yang menghasilkan setiap kelompok mendapat kan skor nya masing masing.


"Apa kau lelah?." Tanya Hanna.

"Sedikit." Jawab Jisoo.

"Istirahat lah sebentar. Kau pucat sekali."

"Tidak apa. Aku masih bisa main."

"Jangan memaksakan diri. Tidak baik untuk diri mu."

"Baik lah.."

Jisoo pun berjalan menjauh dari area permainan basket itu. Tidak jauh dari tempat ia berdiri, bola itu pun tiba-tiba menyambut Jisoo dengan kasar.


Brukkk...


"Soo-ya... Apa kau baik baik saja?." Teriak Hanna.

Seseorang tak sengaja melempar bola kearah Jisoo. Ia berniat untuk mengoper bola itu pada temannya. Hanya saja bola itu melambung jauh dari dugaannya. Jisoo jatuh pinsan saat bola itu mengenai kepala nya.


"Yakk..! Apa kalian berniat bermain kotor?! Hahh?!" Pekik Kevin.


Tiba-tiba seseorang melambungkan bola itu kearah Leon yang hendak berjalan kearah Jisoo yang terlihat tak sadar kan diri.


"Aahhkk..! Sial hidung ku!" Gumam Leon yang tengah berbaring tengkurap pada lantai lapangan karna lemparan bola basket yang tepat mengenai batang hidungnya itu. Lemparan nya cukup kuat, yang membuat hidung Leon terus mengeluar kan darah.

"Yakk..!! Apa yang kau lakukan?!  Kalian tidak harus membalas nya bukan?!" Ujar Kevin pada teman satu grup nya.

"Kenapa?! Apa karna dia teman mu?!."

"Bukan itu. Tapi, bagaimana kita akan menyelesaikan masalah ini jika kita saling membalas satu sama lain!."

"Diam lah! Kau hanya murid baru disekolah ini!."

"Jaga nada bicara mu!."

"Kenapa? Apa kau tidak suka dengan nada bicara ku?. Hahh.. Siapa peduli!"

"Ku peringati sekali lagi..."

"Apa?!. Tidak suka?!. Hey bung! Kau ini cuma orang asing yang numpang dan mencari ilmu di negara orang!."

"Jaga mulut kotor mu dasar keparat!"

Bughh..

"Oohh.. Banyak juga nyali mu." Ujar seorang siswa dan membalas Kevin dengan tinjuan nya yang mengarah ke tulang pipi, perut, dan ujung bibir tipis Kevin. Yang menghasilkan sedikit darah terlihat pada lapisan ujung bibir nya.

"Kevin hentikan!." Teriak Hanna berlari menuju pertengkaran yang mulai memanas itu.

"Diam lah!."

Bughh...

"Aaaawh.."

"Hanna? Kau? Ma.. maaf kan aku. Aku benar-benar tidak sengaja."

Entah persetan apa yang telah merasuki tubuh Kevin saat itu. Sampai ia tidak menyadarinya bahwa Hanna berlari menuju pertengkaran sengit itu. Melerai-kan kedua nya. Dan balasan atas kebaikan Hanna yang telah membatu melerai-kan keduanya adalah sebuah genggaman tangan yang tiba-tiba memukul wajah bagian kanan nya.

"Apa kau baik-baik saja? Aku benar-benar tidak sengaja. Maaf kan aku. Aku...


Bughh..

Aahhkk.." Satu pukulan kuat mendarat pada pelipis Kevin.

"Cukup! Kalian semua, ikut saya ke ruang bk sekarang!." Tegas seorang guru olahraga memecah kan pertengkaran itu.





Maaf atas kesok tau-an dan typo yang sering dibuat sama author
nya yaa gaishh😁
.
.
.
And jangan lupa vote nya ya
kakak..😗

Miracle in DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang