Author Pov.
Beberapa menit kemudian mereka keluar dari ruang bk yang terasa sedikit menegangkan.
Hanna dan Kevin pergi ke taman belakang sekolah untuk membersihkan luka-luka nya sambil menenangkan pikiran nya sejenak.
"Dimana Soo-ya dan Leon?." Tanya Kevin
"Mereka sedang ada diUKS sekarang." Jawab Hanna.
"Apa mereka baik-baik saja?."
"Hmm.. Mereka sudah ditangani oleh pihak UKS. Setelah ini kita akan kesana untuk melihat nya."
"Owhh.. Baik lah."
"iya."
.
"Sini biar ku obati luka-luka mu." Ucap Hanna.
"Tidak perlu. Kau juga terluka. Obati dulu luka mu." Jawab Kevin.
"Tidak. Kau yang terluka lebih banyak. Lihat wajah mu. Banyak bekas pukulan dan membuat nya menjadi lebam." Balas Hanna.
"Baik lah."
"Tahan. Mungkin agak sedikit sakit pada daerah mata, hidung, dan ujung bibir mu. Karna luka nya cukup besar dan sedikit merobek kulit mu."
"Hmm.."
Hanna pun mengoles kan beberapa cairan dan obat merah pada luka Kevin.
"Aahhk.."
"Maaf."
"Aahhk.. Pelankan sedikit Hanna."
"Sudah. Tapi luka mu terlalu besar. Tahan sedikit. Jangan menjerit seperti itu, kau membuat ku ikutan menjadi ngilu."
.
"Hanna.."
"Hmm?"
"Maaf soal yang tadi."
"Tidak apa."
"Apa pukulan ku terlalu keras tadi?"
"Tidak begitu."
"Tapi bibir mu terluka."
"Tidak apa. Ini tidak begitu sakit kok."
"Apa kau yakin?"
"Hmm..."
"Bagaimana kalau orang tua mu tau kau terluka? Lalu dia menanyakan siapa yang sudah membuat mu seperti ini. Aaahh... Aku sangat takut sekarang."
"Diam lah sebentar!. Kalau kau terus memberikan pertanyaan dan bergerak kesana kemari, kapan ini akan selesai? Diam sebentar mengerti?." Ucap Hanna.
"Iya.. Maaf."
"Tutup bibirmu rapat-rapat. Aku akan memberikan obat merah pada ujung bibir mu ini. Kalau kau bicara, obat nya akan masuk kedalam mulut mu dan terasa sangat pahit. Kau tidak ingin mati karna keracunan obat merah kan?."
"Jahat.."
"Kkkk... Tidak aku hanya bercanda." Lirih Hanna terkekeh kecil.
.
.
"Sudah selesai."
"Sekarang giliran mu."
"Tidak. Aku akan mengobati nya sendiri."
"Haishh... Tidakk.. Sini biar ku bantu."
"Tidak."
"Cepatt.. Cepat berikan itu pada ku."
"Tidak.."
"Nahh.. Seperti ini. Sini biar ku obati luka mu."
"Aku tidak yakin kau bisa melakukannya."
"Sudah cepatt.. Percaya lah sedikit pada ku."
"Hmm.. Baik lah."
Kevin mencoba mencari obat yang tadi dipakai Hanna untuk mengobatinya tapi ia tidak tau yang mana obat nya.
"Tadi obat mana yang kau pakai?" Tanya Kevin
"Kau tidak tau?" Jawab Hanna. Kevin hanya mengangguk.
"Haishh.. Dasar. Ini."
"Okeyy.. Mari kita mulai mengobati luka mu."
"Hmm.."
"Tutup mulut mu."
"Aahhk.."
"Maaf.."
"Aahhk.. Sakit Kevin!"
"Maaf.. Luka mu juga lumayan besar. Jangan banyak mengeluh."
"Aahk.. Kevin!."
"Apa?! Diam lah. Tadi kau bilang tidak begitu sakit."
"Berikan itu pada ku. Apa kau tidak bisa pelan sedikit?!."
"Maaf.. Sini biar ku obati lagi."
"Tidak."
"Cepat."
"Pelan-pelan ingat!."
"Iya berisik."
"Apa kata mu?!."
"Cepatt!."
"Aahk.. Sudah biar aku sendiri yang mengobatinya sini."
"Apa kau tidak bisa diam?!"
"Berikan itu pada ku cepat!. Kau hanya menambah rasa sakit nya saja. Cepat berikan itu pada ku!."
"Kau yang menyakiti dirimu sendiri. Kalau kau diam dan tidak berisik, pasti tidak akan terasa sakit."
"Tidakk.. Berikan itu pada ku."
"Nihh.. nihh.. Dasar keras kepala." Geram Kevin.
"Apa kau bilang?!." Pekik Hanna.
"Apa? Aku tidak mengatakan apa apa." Bela Kevin.
"Sekali lagi ku dengar kau mengatakan sesuatu pada ku seperti itu. Akan ku pencet luka mu!."
"Tidak peduli. Lagi pula, luka ku tidak begitu sakit."
"Oohh.. Menantang rupanya. Mau mencoba?."
"Tidak terima kasih. Cepat obati luka mu. Lalu kita pergi ke UKS." Ucap Kevin. Hanna tidak peduli dengan perkataan Kevin dan hanya terfokus mengobati luka nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle in December
RomanceJisoo Pov Dear Dairy.. Bukankah semua orang memiliki takdir nya sendiri-sendiri? Walaupun begitu, bukankah mereka semua tidak bisa melihat, membuat, bahkan mengubah takdir dengan sendiri nya? Yaa.. begitu juga dengan kami. Maksud ku, aku dan ke-tiga...