Ilsan, Seoul.
12 Desember 2001
16.45Jisoo Pov.
Desember... Bukankah bulan kebahagian bagi seluruh penduduk kota seoul? menurut ku iya.. terlebih lagi saat melihat pepohonan 'yang entah kemana dedaunannya karna musim gugur datang lebih awal' yang dihujani butiran salju. Menakjubkan, walau bisa dibilang pemandangan itu datang setiap setahun sekali, tapi ku rasa, aku tidak akan bosan dengan pemandangan yang seindah itu.
Sampai saat dimana aku bersama salah satu sahabatku, yaa... tentu saja perempuan. ia cantik, baik, pintar, pemberani, yaa walaupun agak sedikit lebih cerewet dibandingkan dengan ku. Namanya Park Hanna, dia akrab dipanggil Nana. Saat ini umur ku sembilan tahun dan Hanna sepuluh tahun. Kami satu sekolah, duduk dibangku yang sama.
Saat sepulang sekolah, aku dan Hanna pergi bermain ditaman.
"Bukan kah ini sangat indah?" Ucap ku.
"Indah dari mana?.. saat ini, kita hanya bisa melihat tanaman yang diselimuti salju. Apa yang seperti ini yang kau bilang indah Soo-ya?" Ucapnya sambil menekuk-kan alis tipis nya. dan aku hanya tersenyum kecil.
"Haii kalian...!" Teriak seorang pria kecil yang tiba-tiba berada dibelakang kami. Tidak terlalu dekat, tapi cukup membuat kami kaget dan terdiam untuk sementara sambil berbalik badan.
"Siapa dia?" Bisik ku pada Hanna yang saat ini sedang berhadap-hadapan dengan orang itu dengan jarak yang bisa terbilang agak sedikit jauh.
"Muka nya tidak asing, sepertinya aku pernah melihat nya. Tapi dimana ya?" Jawab nya sambil menekuk-kan alis tipis nya kembali.
"Biar ku tebak. Pasti kalian berdua itu anak Seoul Foreign School kelas 4-2 kan?" Tanya pria kecil itu sambil menunjuk ku dan Hanna. dan kami 'mengangguk' untuk menjawab pertanyaan orang itu.
"Wahh... ternyata benar" ujar nya. Mata nya berbinar, entah apa maksudnya, tapi ia begitu senang saat melihat angguk-kan dari kami yang mungkin sangat ia tunggu.
"Lalu..? apa mau mu?" tanya Hanna dengan nada sedikit sinis pada pria itu.
"Tidak, hanya ingin kenal saja. apakah salah?" Jawab nya sambil tersenyum. dan Hanna hanya memutar melas bola mata nya. Bukan kah mereka terlihat lucu?.
"Kalau boleh tau, siapa nama mu? kenapa kamu tau kalau kita anak kelas 4-2 diSeoul Foreign School ?" Tanya ku sambil menaik-kan kedua alis ku.
"Bukan kah kita ini satu sekolah? ayo lahh.. Apa kalian tidak mengenali ku? Bukan kah kelas kita bersebelahan? Yaa.. Aku Leon Lee dari kelas 4-1. Walaupun kelas ku terbilang kelas unggulan dan terlihat tenang, tapi bukan kah aku selalu pergi sendiri kekantin. Bukan kah kalian bahagia karna cepat mendapatkan teman? Bukan kah menyenangkan seperti itu? Mungkin aku akan merasakannya suatu saat nanti. Memiliki banyak teman, ku rasa tidak banyak juga tidak buruk. Karna, beberapa teman yang tulus itu segalanya dari pada ribuan teman yang hanya datang sesaat saja kan" Ucap pria kecil itu sambil menunduk dan tersenyum kecil.
"Maksud mu itu apa sih? apakah kau mengeluh tentang kelas mu dan ego dari teman-teman mu itu?" Jawab Hanna dengan nada yang sedikit kesal sambil menaik-kan salah satu alis tipis nya.
"Heyy Naa.. tidak baik berbicara seperti itu. mengertilah sedikit tentang perasaan nya saat ini" Kata ku sambil memegang bahu kanan dan menatap Hanna, ia hannya tersenyum sinis dan memutar melas bola matanya.
"yakk Soo-ya, menurut mu, apakah kita harus peduli padanya? dia itu laki-laki bukan? lagi pula, walaupun ini bukan salah nya, kenapa dia tidak mencoba untuk berteman dari salah satu teman sekelas nya? apakah sangat sulit mencari teman sekelas? sepengecut itu kah kau sampai-sampai untuk mencari teman sekelas saja ragu. Atau memang kau yang selalu mengikuti ego mu itu?" Ucap Hanna dengan nada sedikit menyindir.
"Naa.. bukan kah dia hanya mengingin kan teman? Ku rasa di ingin berteman dengan kita. Apa itu salah?" Jawab ku dengan suara yang agak sedikit mengecil.
"Lihat lahh.. dia itu aneh. Kenapa harus berteman dengan kita? Hahahh... Dasar Pecun..." Ucap Hanna yang terputus, lebih tepat nya diputus oleh pria kecil yang bernama Leon itu.
"Sudah puas? Masih kurang? Atau ingin lebih? Ku rasa, kau dan teman-teman sekelas ku tidak ada bedanya. Kalau mereka semua egois. dan kau, samanya. Kau itu angkuh, keras kepala, dan lebih tepat nya. Kau itu 'Sombong'. Bukan kah terlihat sama?" Jawabnya sambil tersenyum sinis.
"Cih.. dasar manusia. Jisoo, ayo kita pulang, sebentar lagi matahari akan tenggelam dan mulai gelap. Kita bisa di marahi kalo ketahuan pulang sampai larut malam. Kalau kau tidak mau ikut dengan ku, aku bisa pulang sendiri." Ucap Hanna sambil melangkah kan kaki menjauh dari hadapan ku dan pria kecil itu.
"Haii pria kecil, nama ku Jung Jisoo, kau bisa memanggil ku Jisoo atau Soo-ya. Kalau teman ku itu Park Hanna. Maaf yaa, dia memang agak sedikit agresif dengan orang baru. Kalau kau menginginkan teman baru, aku dan teman ku mau kok berteman dengan mu. Kalau begitu aku pulang dulu yaa, samapai bertemu besok disekolah." Ucap ku sambil tersenyum meyakinkan kalau aku dan Hanna mau menjadi teman nya. Aku pun melangkah kan kaki perlahan meninggalkan nya.
"Soo-ya..." Teriak nya. seketika aku terdiam dan berhenti melangkah. membalikkan badan sambil mengankat kedua alis ku.
"Terima kasih.." Ucap anak itu sambil berlari meninggalkan taman. Aku yang hanya diam dan tidak bisa menahan senyuman ku yang melihat tingkah pria kecil itu.
Aku berlari menyusul Hanna dan hampir tertinggal. Berusaha menarik perlahan tangan sebelah kanan nya dan membujuk nya.
"Heyyy... Naa... Bukankah tadi itu terlalu berlebihan?" Ucap ku sambil menggandeng tangan kanan Hanna.
"Berlebihan apanya sih? Bukan nya itu cukup untuk menjawab semua pertanyaan anak itu? Kau tau kan kalau aku itu tidak suka ada orang yang masuk dikehidupan kita. Apalagi dia itu pria." Jawab dia sambil menatap mataku.
"Kau tau? Lebih banyak teman bukannya lebih bagus? Apa kau tidak bosan bermain hanya dengan ku saja sejak dulu? Ayo lahhh... buka sedikit pikiran mu, dan biarkan dia masuk dan berteman dengan kita. Kalau kau tidak ingin berteman dengan nya, setidak nya biarkan dia menganggap kita teman." Ujar ku sambil memohon pada Hanna. Hanna yang sedari tadi hanya diam tidak mengeluarkan suara apapun seketika menghelakan nafas.
"Jadi kau benar-benar tidak akan pernah menerima siapa pun masuk dan berteman dengan kita?. Baik lahh.. Aku mengerti, aku juga tidak memaksa." Kata ku dengan nada rendah.
"Tidak apa, aku mengerti. Mungkin kau benar. Aku terlalu berlebihan. Aku terlalu takut kehilangan teman seperti mu. Benar kata pria itu, aku itu memang egois. Tapi mulai sekarang aku akan membiasakan diri, dan ku rasa dia boleh menganggap kita teman." Jawab nya sambil sedikit tersenyum padaku.
"Kau serius? Bukan kah itu baguss.. Aku yakin, pasti dia sangat senang. Terima kasih Nanaa" Ucap ku sambil memeluk nya. Hanna hanya membalas dengan senyuman riang diwajah nya.
"Ayo kita naik, kalau terus-terusan membiar kan bus hanya melewati kita, bisa-bisa kita dimarahi karna pulang terlalu larut." Ujar nya sambil menarik tangan ku.
Mungkin ini terasa aneh. Karna setiap kali ada anak yang ingin kenal dekat dengan ku atau pun Hanna, ia tidak akan izin kan. Tapi kali ini berbeda. Dia membiarkan orang baru masuk di kehidupan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle in December
RomansaJisoo Pov Dear Dairy.. Bukankah semua orang memiliki takdir nya sendiri-sendiri? Walaupun begitu, bukankah mereka semua tidak bisa melihat, membuat, bahkan mengubah takdir dengan sendiri nya? Yaa.. begitu juga dengan kami. Maksud ku, aku dan ke-tiga...