Chapter 3

40 8 0
                                    

Jisoo Pov.

Ilsan, Seoul.
05 Oktober 2009
05.25

Disini lah kisah ku dimulai.
Pukul 05.25 pagi. Kicauan burung terdengar bagaikan alaram ku tiap pagi tiba. Perlahan sinar matahari menyinari kamar ku yang masuk dari sela fentilasi kamar ku. Ingin rasanya membiarkan kicauan dan sinar itu hilang dengan sendiri nya, tapi ku rasa tak-kan bisa. Aku beranjak bangun sambil memaksakan mata ku untuk terbuka. Membuka jendela kamar ku dan merapih kan tempat tidur ku lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap-siap menjalani kewajiban ku setiap hari nya.

Kini umur ku sudah beranjak 17 tahun dan sekarang aku duduk dibangku kelas 12-2 Sekolah Menengah Atas. Ya.. Tentu saja kami satu sekolah lagi, yang ku maksud kami itu aku, Hanna, dan Leon. Hanna, orang tua nya memang selalu memasukan nya ke sekolah yang telah ku daftar kan. Kalau Leon, ia meminta, bahkan memohon pada orang tua nya agar iya bersekolah di sekolahan yang sama dengan kami berdua.

'tukk..tukk..tukk...' Suara langkahan kaki ku menuruni tangga.

"Morning mom." Ucap ku sambil menuruni tangga.

"Hai.. baby, apa kau ingin sarapan?."Tanya ibu ku.

"ya.. Ku rasa roti isi saja."

"Baik lah."

"Morning dad." ucap ku saat mencium pipi ayah ku lalu duduk.

"Morning baby." Jawab nya sambil mengelus rambut ku dengan lembut. Ibu yang melihatnya hanya tersenyum.

kami melanjutkan sarapan nya sambil berbincang pelan.

"Soo-ya, teman Eomma bilang kalau hari ini anak nya akan bersekolah disekolahan yang sama dengan mu. Apa kau tau?" Ucap ibuku sambil memotong roti isi menjadi beberapa bagian.

"Oh yaa? Soo-ya belum mendengar kabar akan ada murid baru disekolahan Soo-ya. Apa dia perempuan?" tanya ku.

"Laki-laki sayang." Jawab ayah ku.

"Soo-ya kira perempuan" Ucap ku sambil melahap potongan roti isi. Kesunyian yang sedari tadi terjadi, tiba-tiba menjadi bising.

"Bisa kah kau diam? ingat lah, ini bukan rumah ku atau rumah mu."

"hah.. apa?! bukan nya dari tadi mulut ku diam?!"

"Bukan mulut mu, tapi kaki mu!"

"Kalau bersama mu, kenapa aku terus yang selalu kau salah kan! padahal kan kau juga jalan, kita sama sama jalan. Tapi kenapa kau mengatakan kalau kaki ku besrisik?! bukan nya kaki kita sama sama menapak?!"

Kedua nya nampak saling menatap sinis satu sama lain. Saking asik nya berdebat, mereka sampai lupa, tuan rumah yang mereka datangi sedang sibuk memperhatikan mereka.

"Mau sampai kapan kalian berdebat disana?" Ucap ku sambil menatap mereka bergantian. Mereka yang kaget, seketika melihat kearah keluarga ku sambil tersenyum.

"Apa kalian sudah sarapan?" Tanya ibu ku.

"Sudah tante." Jawab nya dengan bersamaan sambil menatap sinis satu sama lain.

"Kalian itu, kapan coba bisa akur." Ucap ayah ku sambil tersenyum.

"NEVER!!" Ucap Hanna sambil membuang muka.

"Yakk..!!" Teriak geram Leon sambil membulat kan mata nya sebesar mungkin sambil menekuk alisnya.

"Soo-yaa, Sebaik nya kau cepat selesaikan sarapan mu."Ujar Hanna.

"Kenapa terburu-buru sih?" Ucap kesal Leon sambil mengambil beberapa lembar roti.

"Dasar rakus!"Gumam Hanna.

Miracle in DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang