"Pppunten kentang," --Nathan
-----
Tangan pria itu terhenti saat melihat secarik kertas di lokernya. Ia mengerutkan alis, kemudian meraih dengan hati-hati dan membuka surat itu secara perlahan.
"Siapa yang menyimpan surat ini di sini, ya." Ia bermonolog, tertegun ketika membaca untaian sajak dalam surat itu. Ia menyukai sajak sederhana. Dan juga, tulisan rapih yang ditulis oleh sang pengirim.
Nathan mengeluarkan bolpoin dalam tas, merobek kertas binder berwarna biru. Nathan pikir, sepertinya akan bagus ketika membalas dengan warna yang berbeda.
Untukmu
Apakah saya menyakitimu? Jika iya, maafkanlah,. Saya tidak bermaksud begitu. Lalu, apakah kamu bisa memberi identitas? Setidaknya saya mengetahui siapa kamu. Kalau pun saya tidak bisa membalas perasaanmu, bukankah kita masih bisa berteman? Ah iya, jangan sungkan. Sapa saja saya ketika berpapasan
Dari saya, Nathanael
Senyum Nathan memudar ketika tersadar satu hal. Kemana ia harus mengirim surat ini? Tidak mungkin kan kalau di simpan kembali dalam lokernya? Ah sudahlah, Nathan pikir lebih baik di simpan dulu dalam tas. Siapa tahu, besok pengirim rahasia itu memberi surat lagi.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [finished]
Short Story[𝙎𝙝𝙤𝙧𝙩 𝙎𝙩𝙤𝙧𝙮 - menye menye story] Kita: sama-sama menjadi seorang pengagum rahasia. Hanya saja, aku menjadi pengagum rahasiamu, dan kamu menjadi pengagum rahasia dia. Kita juga sama-sama menjadikan nama seseorang dalam untaian sajak. Hanya...