"Ayo."
Ajakan itu tentu membuat perempuan dengan rambut sebahunya terkejut, hampir menjatuhkan ponselnya. Baik, ini terkesan alay, tapi ya, memang begitu adanya. Kalian akan mengerti jika ada di posisinya.
"Di mana?" tanya Clarin.
"Neocafe aja, kamu bawa motor?"
"Enggak, gue naik gojek," jawabnya.
Nathan tersenyum kecil, "bareng saya aja."
--
Sesampainya di Neocafe, Nathan langsung memesan Americano Coffee favoritnya, sedangkan Clarin memesan Matcha, karena baginya, meminum kopi sama saja dengan mendekatkan diri pada ajal.
"Saya.."
"Gue-"
Baik, ini terkesan terlalu FTV, tapi memang begitu adanya, mereka terlihat sangat canggung sedari tadi. Bagaimana bisa mereka akan biasa saja jika ada suatu hal janggal yang dirasakan salah satu pihak? Iya, pihak itu adalah Nathan.
"Lo dulu," tegas Clarin.
"Ladies first," bantah Nathan.
"Enggak, lo lebih penting, kayaknya."
"Saya mau tanya.." Nathan mulai berbicara, ia merasa lawan bicaranya terlihat gugup dan tidak menikmati pertemuan mereka. Ia membawa selembar kertas putih yang berisi tulisan rapi di dalam sakunya, kemudian melanjutkan ucapannya. "Kamu yang nulis surat ini ya?" tanya Nathan tenang.
"Hah," refleks Clarin. "Enggak lah, becanda lo."
"Tapi nama Nathaoni di sekolah cuma kamu?"
"Ya..si Nathala salah liat kali, menurut lo aja gue nggak ada kerjaan gitu? Kata gue mah, mending latihan marching band, Nath."
"Tapi kamu gugup."
"Ya soalnya lo orang asing?"
"Orang asing yang akan saling?"
"Maksud lo?"
"Kalo iya itu kamu, saya suka sama tulisan kamu. Jangan berhenti membuat surat ya?"
--
gaktau bosen aja, kalian mampir ke twt aku dong, niatnya mau publish au. @iamjstme_
see u when i see u
with love, nana
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [finished]
Conto[𝙎𝙝𝙤𝙧𝙩 𝙎𝙩𝙤𝙧𝙮 - menye menye story] Kita: sama-sama menjadi seorang pengagum rahasia. Hanya saja, aku menjadi pengagum rahasiamu, dan kamu menjadi pengagum rahasia dia. Kita juga sama-sama menjadikan nama seseorang dalam untaian sajak. Hanya...