Nathan bodoh, kalau Nathalie pelakunya, mana mungkin ia berani bertegur sapa. Lebih bodohnya, Nathan malah bertanya apakah Nathalie bisa membuat sajak apa tidak. Jika sekali pun Nathalie pelakunya, ia tidak akan mengakui sebab takut dicurigai.
--Anonymous
-----
Bel istirahat berbunyi membuat seisi kelas gaduh, tak sabaran untuk segera keluar kelas. Nathan memasukan buku Bahasa Inggrisnya ke dalam tas dan berencana pergi ke rooftop sekolah. Siapa tahu si pengagum rahasia itu ada di sana. Meski sebetulnya sering menunggu, tapi tak pernah terlihat juga. Ah, sepertinya perempuan itu benar-benar bermain dengan rapih.
Ini sudah tiga hari suratnya tak dibalas, dan sudah tiga hari juga Nathan tak menemukan surat di lokernya yang sering ia tunggu. Sepertinya, perempuan itu benar-benar pergi dan berhenti.
"Nathan? Kenapa melamun?"
Nathalie Jeslyn. Perempuan itu menyapa dengan hangat. Pikiran Nathan berkelana, namun tertuju pada Nath; si perempuan pengirim surat rahasia itu.
"Nathalie? Boleh saya tanya sesuatu?"
"Boleh, ada apa?"
"Apakah kamu suka sajak?"
Nathalie tertawa kecil, kemudian menepuk punggung Nathan pelan. "Enggak, Nath. Lo juga tau kali kalau gue lebih suka dunia musik dibanding sastra."
Benar, Nathalie seorang penyanyi kafe sekaligus ballerina. Perempuan itu begitu cinta pada dunia musik dan benci dengan segala jenis membaca, sekali pun sekedar sajak singkat. Meski Nathan sendiri sedikit bingung kenapa Nathalie malah masuk ekskul cheerleader.
Lagi pula, Nathan bodoh, sangat bodoh. Jika Nathalie pelakunya, perempuan itu tidak akan mengakui sebab takut dicurigai. Bahkan untuk sekedar bertegur sapa saja, Nathalie tak akan punya nyali.
Ah iya, lagi pula, Nathalie dikabarkan dikabarkan dekat dengan Raven si kapten basket yang sangat populer sekaligus teman Nathan sendiri. Apakah Nathan melupakan fakta kalau Nathalie seseorang yang sangat terbuka, tidak tertutup seperti Nath si pengagum rahasia itu?
"Ah iya, terimakasih Nathalie."
"Lagi nyari orang ya, Nath?"
"Saya? Ah tidak."
"Nggak mungkin kalo mau minta ajarin sajak, kan? Sedangkan lo sendiri pinter banget buat sajak," Nathalie tertawa manis, lalu melanjutkan kalimatnya yang sempat ia gantung. "Hayoloh, gue nggak bego-bego amat kali, Nath."
Nathan tertawa kecil, tak menjawab.
"Yaudah deh Nath, semoga cepet ketemu ya orangnya." Setelah mengucapkan kalimat itu, Nathalie pergi meninggalkan Nathan yang terdiam. Nathalie black list, dan masih ada Nath yang lainnya.
Tunggu, di kelas Nathan ada perempuan bernama Nathala, tapi Nathan tidak pernah melihat perempuan tersebut menulis surat. Tapi--bisa saja, kan, kalau perempuan itu menulisnya di rumah? Ah iya, dan bahkan--Nathala seseorang yang sangat jutek dan jarang berbicara.
Baik, di kelas nanti Nathan akan memperhatikan gerak-gerik Nathala.
-----
seneng bgtt readersnyaa cepet naik, ya meskipun sider si. Pdhl aku gada promot di lapak orang shshsh.
[Edited]
Aku lupa bilang.
with love, keisa
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [finished]
Short Story[𝙎𝙝𝙤𝙧𝙩 𝙎𝙩𝙤𝙧𝙮 - menye menye story] Kita: sama-sama menjadi seorang pengagum rahasia. Hanya saja, aku menjadi pengagum rahasiamu, dan kamu menjadi pengagum rahasia dia. Kita juga sama-sama menjadikan nama seseorang dalam untaian sajak. Hanya...