Chapter 3

985 107 12
                                    

Fluke baru saja menyelesaikan shift kerjanya di sebuah café tempatnya bekerja paruh waktu. Selesai berganti pakaian, ia kembali duduk termenung di ruang ganti. Tangannya naik menyentuh cincin yang bertengger manis pada kalung di balik pakaiannya. Perasaan rindu yang besar menyeruak di dadanya, membuat tetesan bening keluar dari matanya. Ia merindukan Karin.

Teringat kembali kejadian malam yang lalu saat ayahnya memanggilnya dan sang ibu ke ruang kerja, memberi tahukan bahwa keluarga Ritprasert telah menentukan tanggal pernikahannya dengan sang tuan muda yang baru saja ia temui beberapa kali. Walau dikatakan bertemu, pria yang kini berstatus sebagai tunangannya itu hanya terkadang saja menjemputnya dari café pulang ke rumah, atau ke mansion keluarga Ritprasert untuk sekedar memberi salam pada orang tua Ohm. Ayahnya terus menerus meminta Fluke untuk memikirkan kembali keputusannya, meyakinkan dirinya bahwa ia tak perlu mengorbankan apa-apa, bahkan hampir menelepon kepala keluarga Ritprasert untuk membatalkan semua, namun ia menolak, meyakinkan bulatnya tekad yang telah ia buat kepada kedua orang tuanya.

"Ai'Fluke, ada yang mencarimu." Panggil salah satu rekan kerjanya

Awalnya Fluke mengira, ia akan kembali disambut Ohm Thitiwat yang seenaknya datang tanpa pemberitahuan untuk menjemputnya. Akan tetapi, saat ia keluar, bukan Ohm yang datang menemuinya.

"P'Mild.."

...

Mild Suttinut, salah satu sahabat terbaik Karin saat sekolah, kini duduk di hadapan Fluke di bangku umum dekat tempat Fluke bekerja.

"Kau tidak berubah sama sekali, Nong." Kata Mild sambil tersenyum hangat.

Diantara dua sahabat Karin, Kao dan Mild, Mild ibarat air yang senantiasa tenang dan menghadapi segala hal dengan kepala dingin.

"Tumben sekali berada di Bangkok." Ucap Fluke

"Aku dinas untuk 3 hari. Lalu ke sini karena merindukanmu."

Fluke terkekeh, "Phi.... sudah menerimanya kan?"

Mild menatap Fluke lembut dan mengangguk.

"Aku kaget saat mendapatkan undangan pernikahanmu. Sejak kapan kau berpacaran dengan orang sehebat itu?"

Fluke diam. Memangnya dia dengan Ohm pernah berpacaran? Bahkan setelah bertemu, belum sempat menyandang status sebagai seorang teman, ia sudah melesat naik langsung ke level status tunangan Ohm Thitiwat.

"Sudah cukup lama," bohongnya, "Kami menyembunyikannya karena P'Ohm takut media menggangguku. Bahkan kami setuju pernikahan ini akan dilaksanakan tanpa media apapun yang akan hadir. Hanya orang terdekat yang kami undang."

Bukan maksud Fluke untuk berbohong. Ia takut kedua orang tuanya akan di cap buruk oleh Mild bila ia jujur tentang alasan ia menikah dengan Ohm.

"Apa kau mengundang Kao?"

"Tentu saja."

"Bagaimana pendapatnya?"

"Entahlah." Fluke menghela nafas, "P'Kao bahkan sama sekali belum menghubungiku dalam sebulan ini. Aku rasa ia akan marah padaku."

"Kenapa begitu?"

"Karena... aku mengkhianati P'Karin?"

Mild melihat pria kecil di hadapannya dengan hangat. Ia tahu, Fluke belum sepenuhnya melupakan sahabatnya.

"Kami berdua sering berharap, kalau kau akan menemukan kebahagiaan lainnya, Fluke. Terus menerus meratapi Karin bukanlah jalan terbaik. Dan aku cukup senang karena orang yang akan menjadi pasanganmu menggantikan Karin adalah pria yang hebat."

Dering ponsel Fluke memotong pembicaraan mereka. Ia melihat nama peneleponnya. Muncullah nama Ohm Thitiwat, si penculik putra tunggal keluarga Siriphongton. Fluke hanya berharap hari ini ia akan dipulangkan langsung ke rumahnya, bukan ke mansion keluarga Ohm. Lain ceritanya bila Ibu Ohm berada di sana, ia cukup nyaman dengan wanita tersebut, tetapi jika ayah Ohm yang ada di sana, Fluke merasa hidupnya penuh intimidasi.

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang