Fluke berbaring melihat langit-langit kamarnya. Dibalukkannya tubuhnya, tidur menyamping, melihat pada wajah Ohm yang sudah tertidur pulas. Tangannya terjulur menyentuh wajah Ohm pelan. Sepertinya sudah menjadi suatu kebiasaan baginya untuk mengagumi wajah suaminya itu diam-diam.
"Keluarga Buakhiao?"
Ohm mengangguk.
"Ia meminta untuk bertemu denganmu."
"..."
"Noo?"
"Mereka tidak pernah mempedulikanku selama ini. Mereka bahkan tidak menginginkan aku saat aku kehilangan ayah dan ibu kandungku. Lalu kenapa..."
"Mungkin ada alasan di balik semua itu." Ohm menggenggam tangan Fluke, tetap memperhatikan jalan di depannya, "Semua kembali lagi padamu, jika kau tak ingin bertemu, aku akan menolak permintaan Khun Tian."
"Tian..."
"Dia adalah orang yang mengaku sebagai kakak yang seayah denganmu."
Fluke menghela nafasnya, memejamkan matanya mengingat kembali percakapannya dengan Ohm dalam perjalanan pulang tadi.
Keluarga kandungnya. Fluke bahkan tidak mengenal mereka sama sekali. Ia dibesarkan kedua orang tuanya kandungnya, tanpa mengenal seorang kakak, nenek, paman, bibi atau siapa pun itu dari keluarganya. Hanya mereka bertiga.
"Tidak bisa tidur?"
Tangan Fluke yang hendak ditariknya ditahan, digenggam kuat oleh Ohm yang ternyata terbangun karena gerakan kecil yang ia rasakan pada pipinya. Ohm tersenyum melihat wajah Fluke yang memerah karena tertangkap basah.
"P'Ohm.."
"Kenapa Noo belum tidur, hm?"
"Aku tidak bisa tidur."
"Noo gugup karena harus bertemu dengan Khun Tian?"
Fluke mengangguk. Benar. Ia memutuskan untuk bertemu wanita itu. Tetapi ia terus berpikir, apa tujuan mereka bertemu? Untuk apa?
"Bagaimana... orangnya.. Khun Tian itu."
"Cantik.. dewasa dan bijaksana. Kalau dari perawakan, kalian mirip."
"Mirip?"
"Ya. Phi bisa melihat kemiripan dari sosok fisik kalian."
"..."
"Phi akan menemani Noo. Tenang saja. Jangan gugup dan santailah. Lagipula, Khun Tian tidak terlihat seperti seseorang yang akan menyakitimu."
"Mereka menolakku dulu."
"Noo. Berhentilah berpikiran negatif. Bahkan jika mereka menolakmu, Phi akan terus bersamamu."
"Janji?"
"Phi janji. tidak akan pernah meninggalkan Noo.."
Fluke tersenyum, menyesakkan dirinya dalam pelukan hangat Ohm.
"Oho.. Noo berani sekarang."
"Bagaimana kalau kau yang mulai bertindak duluan?"
Fluke menelan ludahnya mengingat kalimat Earth.
"P'Ohm."
"Ada apa?"
Wajah Fluke memerah seketika. Ini gila. Bagaimana mungkin ia bisa bertindak duluan? Dia bukan seorang Earth yang sangat percaya diri. Dia juga tidak cantik bak model seperti Earth. Bagaimana kalau Ohm menolaknya? Itu sama saja mempermalukan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated
FanfictionFluke hanya ingin membalas jasa pada kedua orang tua yang sudah mengadopsinya, pada orang tua kekasihnya yang telah bersama Tuhan. haruskah ia mengorbankan dirinya? Ohm lelah dengan paksaan kedua orang tuanya untuk menikah. ia masih sangat mencintai...