Chapter 4

935 104 8
                                    

Ohm berlari cukup terengah di sebuah lorong rumah sakit besar di Bangkok. Ia mencari sekeliling daerah gawat darurat dan mendapati sosok kecil yang ia cari tengah terduduk diam di kursi ruang tunggu. Matanya terlihat sembab karena menangis. Terakhir kali menelepon kembali, Fluke sudah agak tenang sehingga ia mencoba memberi arahan agar Fluke membawa ibunya ke rumah sakit.

"Fluke."

Fluke mengangkat kepalanya dan melihat ke sumber suara. Air matanya kembali keluar. Ia merasa cukup lega. Setidaknya ia tidak sendirian, menunggu kabar ibunya di dalam salah dengan penuh rasa takut. Melihat itu, Ohm segera duduk di samping Fluke dan menyandarkan kepala Fluke ke dada bidangnya.

"P'Ohm. Ibu..." isaknya dengan pelan.

"Tenanglah. Jangan menangis dulu. Apakah belum ada kabar dari dokter?"

Fluke menggeleng, "Aku takut ibu meninggalkanku lagi."

Lagi? Batin Ohm Kenapa ia berkata begitu?

"Apakah ada anggota keluarga Siriphongton di sini?" panggil seorang perawat membuyarkan pikirannya dan membuat Fluke segera bangkit menjawab panggilan tersebut.

...

"Saya sudah meminta Ny. Siriphongton untuk segera menjalani perawatan saat ia terdeteksi memiliki tumor pada kepalanya. Seharusnya ia menjalani perawatan lebih awal." Hela nafas dokter terdengar lelah, "Beliau benar-benar keras kepala."

"Lalu bagaimana keadaan ibu kami sekarang, dokter?" Tanya Ohm, seakan tahu Fluke terlalu shock untuk berbicara

"Untuk sekarang keadaannya sudah kembali stabil. Ia butuh istirahat lebih dan tidak boleh terlalu banyak pikiran. Saya menyarankannya untuk menginap beberapa hari dulu di sini."

"Lakukan apa yang terbaik menurut anda, dokter. Tolong kerahkan tenaga medis terbaik di rumah sakit ini. Aku tidak peduli berapa pun biayanya." Tegas Ohm.

"Baiklah, Khun Thitiwat. Saya akan mengusahakan yang terbaik."

Ohm hanya diam saat keluar dari ruangan dokter tadi. Ia menatap Fluke yang berjalan pelan di depannya. Tiba-tiba saja Fluke jatuh terduduk lemas, membuatnya kaget dan segera menahan tubuh kecil tersebut.

"Fluke? Kau kenapa?"

"Syukurlah.." isakan Fluke kembali terdengar, "Aku kira aku sudah kehilangannya."

Ohm mengangkat Fluke pelan dan mendudukkannya di kursi tunggu, lalu berlutut di depan Fluke. Sambil tersenyum lembut, dihapusnya air mata Fluke pelan dari pipi porselen itu.

"Tenanglah. Aku sudah menghubungi kepala rumah sakit untuk melakukan yang terbaik untuk ibu."

"Terima kasih, P'Ohm.. Sungguh.."

Ohm hanya mengangguk pelan. Fluke mencoba percaya dengan kata-kata Ohm dan pelahan pasrah menyandarkan kepalanya pada Ohm, cukup lama, hingga ia melihat ayahnya berlari datang dengan cemas dan Ohm menjelaskan semuanya.

...

"Anda tetap harus menghadiri rapat sore ini, Khun Thitiwat."

Terkadang Ohm benar-benar muak dan merasa salah memiliki sekretaris super perfeksionis bernama News Seaksit. Ia terus dihubungi agar segera kembali ke kantor karena ada rapat penting dengan dewan luar negri yang diutus menemui perwakilan dari Ritprasert Corp.

"Aku tahu, P'News. Aku akan kembali beberapa menit sebelum rapat dimulai. Tolong berhenti menghubungiku seperti kau kehilangan jejak kekasihmu, sialan."

"Saya tahu, tapi saya tetap akan meng.."

PIP. Hubungan ponsel tersebut pun diakhiri sepihak oleh Ohm. Ia masuk ke dalam ruangan tempat ibu mertuanya dirawat. Fluke tengah menyuapi sang ibu sambil menyanyikan kicauan kekesalan akibat ibunya yang kelelahan atau banyak berpikir.

FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang