Fluke tersenyum memeluk ibunya, melihat pada Ohm yang sedang menyesap wine, tengah mengobrol bersama Kao dan kedua ayah mereka.
"Bagaimana perasaanmu?"
Fluke tersenyum ceria pada sang ibu.
"Kau tidak berniat berbicara dengan mereka?"
Fluke melihat pada arah pandangan ibunya, dimana Tian tengah bercanda bersama ibu Tian. Istri pertama ayah kandungnya. Fluke menyadari kehadirannya sejak awal. Fluke juga tahu wanita itu tak membencinya. Namun ia merasa bersalah. Bersalah karena ibunya dan dirinya telah merebut ayah kandungnya dari mereka.
"Apakah Fluke pantas berbicara dengan mereka?"
"Kau hadir tanpa tahu masalah apa pun di keluarga itu, nak." Ibunya membelai kepalanya, "LAgipula, dengan hadirnya mereka di sini, bukankah itu berarti mereka memang ingin mengenalmu lebih jauh?"
Fluke mengangguk. Ia kembali memeluk ibunya, "Terima kasih, Ibu.."
"Mmm? Untuk?"
"Karena berkat ayah dan ibu, aku bisa bertemu semua orang-orang yang ada di sini sekarang."
Wanita paruh baya itu terkekeh pada kalimat putra kesayangannya. Ia mengingat kembali awal pertemuan keduanya. Depresi yang dialaminya karena tidak pernah dikaruniai anak dari Tuhan menghilang sejak hadirnya Fluke dalam keluarga mereka.
"Ibulah yang sangat beruntung karena bertemu denganmu, sayang. Maaf karena ibu sempat membuatmu kesusahan karena harus dijodohkan."
Fluke menggelengkan kepalanya, "Berkat itulah, Fluke bisa menemukan kebahagiaan dengan P'Ohm."
"Untuk terakhir kalinya ibu akan bertanya, apakah kau bahagia?"
"Tentu saja, Ibu.. Fluke mencintai P'Ohm dan sangat bahagia bersamanya." Fluke tersenyum.
...
"Mu, berhentilah berlarian begitu." Kao menegur Earth yang tengah berjlan kesana kemari, berfoto ria dengan pemandangan yang indah
Ohm terkekeh melihat ulah sahabatnya yang seperti anak kecil. Sepertinya pria cantik itu benar-benar mengidam.
"Tuhan bunuh saja aku." Bisik Kao melihat Earth yang tak peduli perkataannya
"Kau terlalu protektif, P'Kao."
"Fluke tidak seaktif dia. Kalau Fluke seperti itu, kau akan tahu bagaimana perasaanku."
Ohm tertawa, lalu mengambil sebuah kunci dari sakunya.
"Ini." Ohm memberikannya pada Kao, "Terima kasih sudah membantuku."
Kao tersenyum melihat kunci tangannya, "Kau sendiri bagaimana? Belum berniat menjadi ayah?"
"Tergantung." Ohm mendengus, "Jika Fluke siap menjadi orang tua, kenapa tidak?"
"Benar juga." Kao berdiri, "Kalau begitu, berjuanglah kawan. Aku juga harus menyemangati diri. Earth, kemarilah!"
Earth mendekati kekasihnya yang berjalan menuju keluar restoran.
"Apa yang kalian bicarakan?"
"Sedikit rencana masa depan."
"Hmm... kita pulang sekarang?"
"Tidak. Ohm menyediakan kamar untuk kita. Kita bisa menginap di sini."
Earth berjalan memasuki lift dan membiarkan Kao menekan tombolnya, "Aku baru tahu Thitiwat itu bisa seromantis ini. Dia benar-benar menyiapkan semuanya sendirian."
"Iya iya. Ohm itu romantis. Maaf Phi tidak bisa seromantis dia."
Earth terkekeh bersamaan dengan pintu lift yang terbuka, "P'Kao cemburu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated
FanfictionFluke hanya ingin membalas jasa pada kedua orang tua yang sudah mengadopsinya, pada orang tua kekasihnya yang telah bersama Tuhan. haruskah ia mengorbankan dirinya? Ohm lelah dengan paksaan kedua orang tuanya untuk menikah. ia masih sangat mencintai...