"Gelap, tak dapat melihat apa-apa, aku di mana ini?"
"Siapapun! Tolong!"
"Ketua! Ria! Teman-teman! Di mana kalian?"Rudi terus berteriak lantaran ia tak dapat melihat apa-apa, gelap gulita tak ada cahaya sedikit pun. Yang Rudi ingat, terakhir ia berada di dalam lift bersama Dio dan Ria, namun obrolan mereka lama kelamaan menghilang di telinga Rudi, dan semua menjadi gelap.
Tiba-tiba, ada yang memanggilnya dari belakang, "Kak, bangkitlah!"
"Siapa itu?" Rudi panik.
Ditepuknya pundak Rudi, "Ini aku, satu-satunya adik kelasmu, kak Rudi."
Rudi kaget kalau suara itu adalah suara Ardi, "Ardi? Tapi bagaimana mungkin?"
"Kak Rudi yang sudah mendukungku tadi, kan? Suaramu sampai ke hati kak, dan ini terjadi begitu saja, heheh," jawab Ardi yang kemudian memunculkan cahaya di sekelilingnya.
Air mata Rudi seketika mengalir, suasana seketika menjadi haru. Entah apa yang harus dirasakan Rudi, tapi Ardi benar-benar ada di hadapannya.
"Kak, bangun Kak, bangkitlah. Teman-teman membutuhkanmu...." Ardi seolah menjadi cahaya harapan bagi Rudi.
"Tapi bagaimana? Suara itu terus mengganguku, bahkan suara Ketua dan Ria sampai tak terdengar lagi," ungkap Rudi.
Ardi menepuk pundak Rudi seolah untuk meyakinkan niat Rudi, "Ayo Kak, kamu pasti bisa. Aku akan mendukungmu dari sini, aku akan melihatmu, aku akan menyemangatimu. Berjuanglah melawan kelemahanmu sendiri, Kak. Ayo ayo ayo!!"
Rudi terbangun dari pingsannya, "Aduh duh duhh, kita masih di lift ya?"
"Rudi! Akhirnya kamu bangun juga," tanggap Ria.
"Cepet amat pingsanmu, kita baru sampai lantai 5 ini," ungkap Dio.
"Baru 5 lantai...? Kukira sudah sampai...." Rudi terkejut, karena dia kira pingsannya lama.
"Jadi, apa yang kamu rasakan, Rud?" tanya Dio.
"Ardi, aku bertemu dengannya. Entah bagaimana ini bisa terjadi, tapi itu jelas-jelas Ardi. Dia memberiku semangat, sehingga aku bisa seperti sekarang ini, bukan yang seperti tadi penuh beban pikiran...." Rudi menjelaskan apa yang ia rasakan.
"Baguslah Rud, tunjukkan semangatmu! Kita sudah sampai...." Lift seketika berhenti.
"Haa...? Dah sampai, lantai berapa, Ketua?" Ria bingung, karena jarak waktunya hanya sebentar setelah Rudi pingsan.
Setelah Dio amati, "Lantai 16 kan...? -Eh? Bentar-bentar.... Heheh, aku lupa kalo tujuan kita lantai 34, maaf."
"KETUA!! Hadehh..." Ria dibuat kesal seketika.
"Hehehe iyha iyha, kita naik lagi, eh Ria cek dong CCTV..."
"Oh iya, CCTV, bentar." Ria mengecek CCTV lagi.
Keanehan muncul kembali, bukan kamera yang mati, tapi tulisan yang berubah. Di lantai 34, sebelumnya tertulis Kalian akan gagal, berubah menjadi Kalian Bodoh!!
Ria dibuat kaget, "A-apa lagi ini? Ketua!"
"Sepertinya dia mempermainkan kita iniini, dia seolah sudah tau apa yang akan kita lakukan ini..." ungkap Dio kesal.
"Apa? Terus apa yang akan kita lakukan ketua?" tanya Ria"
Dio dan Ria bingung harus gimana lagi. Sedang Rudi sedang fokus berpikir, memikirkan cara terbaik dari berbagai petunjuk yang ada.
"Aku akan tinggal di sini, kalian berdua pergilah!" Sebuah ide tercetus di pikiran Rudi.
"Apa? Kenapa Rud?" tanya Dio bingung.
"Gini, Ketua. Berdasarkan petunjuk yang ada, yang pertama adalah tulisan 4², yang kedua Kalian akan gagal, terakhir Kalian bodoh. Ketika dia mengira kita akan menuju ke 34, dia bilang kita akan gagal, ketika kita berhenti di lantai 16, dia bilang kita bodoh. Apa yang terjadi jika ada yang di lantai 16 dan 34? Kita akan membuktikannya, Ketua!" jelas Rudi.
"Tapi apa kamu yakin, Rud?" tanya Dio meyakinkan.
"Aku yakin, percaya padaku, Ketua. Mungkin ini yang dimaksud semangat dari seorang Ardi untuk kita..." ungkap Rudi.
Kemungkinan keberhasilan rencana dadakan ini adalah, 0 dan 30. Tapi meski begitu, Rudi tetap yakin ini akan berhasil. Dengan mengandalkan alat komunikasi kecil yang ditempel di telinga, Rudi bisa berkomunikasi dengan Dio dan Ria.
"Cek, cek. Ria, kondisi CCTV?" Rudi memastikan sekali lagi.
"Masih aman Rudi, cek," jawab Ria.
"Oke, tingkat keberhasilan 0 dan 30 persen. Saat ini, dia mungkin bisa menuruni tangga langsung menuju ke sini, tapi itu tidak mungkin, karena akan merusak pola perusakan kamera CCTV. Fakta yang dapat diterima saat ini, dia masih bersembunyi. Kita juga bisa berasumsi pelakunya lebih dari 1 orang, satu orang di lantai 34, satunya lagi bersembunyi..." jelas Rudi yang membuat Dio terkagum.
"Tak kusangka, Ardi benar-benar memberikan api semangatnya padamu. Mungkin kita harus memberikan terima kasih padanya nanti. Tanda terima kasih yang paling mutlak, yaitu dengan tertangkapnya si pelaku!" Dio bertekad.
Rudi melanjutkan penjelasan, "Semua akan segera selesai, Ketua. Seberapa kecil pun kemungkinan yang ada, pasti ada keberhasilan di dalamnya. Saat kalian sampai di lantai 34, saat kalian sudah keluar dari lift, maka saat itu lah...."
"PERTEMPURAN DIMULAI!!"
[Bersambung ke Bagian 8 . . .]
"Pertempuran sebenarnya, baru saja di mulai, sialan!!!"Saatnya beraksi!!! Akankah mereka akan berhasil dengan kemungkinan 30 %? Ataukah gagal dengan kemungkinan 100 %?
Penasaran? Harus dong 🙃, kalo gak penasaran bukan misteri namanya. Sambil menunggu, jangan lupa follow dan share ke temen" kalian biar pada penasaran juga :), jangan lupa juga vote & comment agar penulis tambah bersemangat nulisnya 😉.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Time To Life
Mystery / ThrillerSebuah kasus baru yang membuat para agen detektif kesulitan menyelesaikannya. Mereka menemui pilihan yang sulit, korban pun terus berjatuhan. Jika mereka lari, korban akan terus bertambah, jika mereka bertahan, hampir tidak ada kemungkinan berhasil...